Jepri M.P. Sihombing

Guru Pengampu Biologi SMA Negeri 1 Pagai Utara, Kab. kepulauan Mentawai, Sumatera Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
IDENTITAS DENA

IDENTITAS DENA

ALEXANDRO ALEXANDRIA (PART 4)

» IDENTITAS DENA «

Senja bersembunyi dan mulai memberikan tempat bagi malam untuk menggelapi kota Surabaya. Rintik hujan yang membasahi bumi belum juga menunjukkan pertanda untuk berhenti. Kemeja putih dan celana jeans biru melekat rapi di tubuh Alexandro. Sepatu nike putih pemberian Alexandria menghiasi bagian paling bawah tubuh Alexandro. Ganteng, gagah dan berwibawa terpancar dari rauh wajah Alexandro. Sudah lama sifat ini tidak ada. Hilang bersamaan dengan Alexandria yang pergi entah kemana.

Dering samsung milik Alexandro kembali berbunyi. “Lex, gue dah siap, jemput gue yah,” suara perempuan dari sambungan telepon itu. ‘kali ini, Alexandro tidak ditemani oleh toyata rush miliknya. Menggunakan samsung miliknya, dia memesan ojek online. Tak lama menunggu, ojek online pesanan Alexandro datang, “Mas, sesuai peta yah,,, eee.. ini mantel hujannya mas,” kata mas ojek online sambil tersenyum ramah.

Ojek online yang ditumpangi Alexandro berpacu dengan hujan yang semakin lebat. Hujan seperti marah saat itu. Jalanan Surabaya yang sepi mulai digenangi air di beberapa titik. “Kerjaan begini aja tak pernah beres, tapi ngurusin dan mencampuri hidup orang lu nomor satu,” guman Alexandro dalam hati. Ntah siapa yang dimaksud Alexandro.

Setiba di tempat tujuan, Alexandro memberikan tip kepada mas ojek online itu. Mas ojek online menerima dengan senangnya. “Mas, terimakasih.. aku pamit dulu ya mas,” ucap mas ojek online dengan senangnya.

Ditengah hujan lebat itu, Alexandro menelusuri lorong demi lorong gedung itu. Alexandro melihat banyak poster tertempel di sudut-sudut gedung itu. “Lex, gue disini,” ucap perempuan dengan nada pelan. Alexandro tak mendengarkan. Perempuan itu melemparkan gulungan kertas kecil ke arah Alexandro. “Dena, lu disitu?” ucap Alexandro dengan nada keras ketika melihat Dena seperti bersembunyi di salah satu sudut gedung itu. Dena meletakkan telunjuk di bibir merah meronanya seakan memberi isyarat kepada Alexandro untuk diam. Pelan-pelan, Alexandro menghampiri Dena.

Dena, pakaian lu kok gak seperti biasanya,”

“Sttttt, suara lu kecilin Lex, bisa ketahuan kita,”

“Emang knapa, kan gak ada orang Den, sepertinya sudah pulang semua,”

“Pokoknya, lu jangan macam-macam Lex, lu ikuti intruksi gue. Lu ingat kan rencana yang sudah kita susun di hotel?”

Dena mengajak Alexandro untuk masuk ke salah satu ruangan di gedung itu melalui saluran ventilasi udara. Alexandro semakin heran dan bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya Dena. Alexandro selama ini hanya mengenal Dena sebagai adik dari Alexandria. Mereka berdua menelusuri lorong ventilasi udara itu dengan sangat pelan-pelan. Tiba-tiba, “Sttt… Lex!”, ucap Dena sambil memberi isyarat untuk berhenti dan diam. “Kalo tau kan begini jadinya, tadi gue gak akan berpakaian seperti ini,” batin Alexandro dengan keringat bercucuran di sekujur tubuhnya. Hujan lebat di luar gedung seolah tak mampu memberi kesan dingin kepada Alexandro yang sekarang sedang berada di lorong ventilasi itu.

Tiba di ruangan yang dimaksud Dena, mereka pun melompat dari saluran ventilasi udara itu. Banyak kertas bertumpuk. Ruangan itu sepertinya merupakan server seluruh komputer di gedung itu. Sepertinya, ruangan itu baru saja digunakan. Beberapa bekas gelas kopi masih terasa hangat. Dena segera menyuruh Alexandro untuk membuka tas yang dibawanya.

Lex, buka tas lu dan keluarin yang ku pesan waktu itu, lu bawa kan?”

“iya.. gue bawa.. ni!” Alexandro memberikan scan retina kepada Dena. “Ini untuk apa Den?” lanjut Alexandro

Ruangan ini dilengkapi dengan sensor retina mata. Hanya orang-orang yang scan retina matanya dapat mengoperasikan server itu. Jika orang lain yang scan retina matanya mengoperasikan server, maka alarm gedung ini akan berbunyi… trus, habislah riwayat kita Lex,” Ucap Dena dengan tatapan tajam.

Dena dengan beberapa peralatan yang Alexandro tidak mengerti mulai bekerja. Dena mencari inti dari server tersebut. Scan retina yang dibawakan Alexandro ditempel Dena di kacamata yang dia pakai. Laptop kecil disambungkannya ke inti server menggunakan kabel LAN. Tiga menit kemudian, Dena selesai dengan seluruh pekerjaannya. Dan, tiba-tiba seorang laki-laki berbadan tegap masuk ke ruangan itu.

Alexandro dan Dena hanya bisa bersembunyi tanpa suara. Mereka saling memandang, dan terkadang mereka tersenyum kecil. Laki-laki berbadan tegap itu ternyata hanya mematikan server itu. Mungkin karena sudah pukul 21.00 WIB, gedung itu akan mengakhiri pekerjaan hari itu.

Huuuuuihhh.. untung sudah selesai,” Ucap Dena sambil mengelus keringat di keningnya.

Lu sebenarnya siapa Den,” Ucap Alexandro dengan nada serius.

“Gue adik ipar lu lah,”

“iya… gue tahu itu, gue serius nanya Dena,”

“Lu jangan bilang siapa-siapa yah Lex, kalo gue kasih tau, lu janji jaga rahasia ini,”

“Iyah,, cepat kasih tau gue,,lu siapa?”

Dena mengambil dompetnya dan memberikan sebuah kartu kepada Alexandro. Alexandro tak percaya. Ternyata, Dena yang selama ini dikenalnya merupakan sosok wanita yang berbeda.

Dena, lu serius ini?”

“Lha.. iya,”

“jadi lu selama ini …..…..”

“Iya… jadi gue akan bantu lu Lex, tapi lu jangan bilang siapa-siapa yah,

MNJ (My Name Jepri)

@saumanganya, 3 Oktober 2020

Tantangan Gurusiana hari ke 22

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Pak. Sukses selalu. Salam literasi

03 Oct
Balas



search

New Post