Jepri M.P. Sihombing

Guru Pengampu Biologi SMA Negeri 1 Pagai Utara, Kab. kepulauan Mentawai, Sumatera Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
MISTERI RAJA DAN DELAPAN RUMAH

MISTERI RAJA DAN DELAPAN RUMAH

MISTERI RAJA DAN DELAPAN RUMAH

Pada waktu itu, hiduplah seorang raja yang arif dan bijaksana. Raja itu berwajah tampan dan berbadan tegap. Kumis tebal, dada bidang dan senyuman yang manis serta suara yang berat merupakan inventaris sang raja. Sang raja hidup bersama permaisuri yang cantik dan jelita parasnya. 2 orang jagoan tampan dan 1 orang putri cantik telah diberikan sang Pencipta sebagai pelengkap hidup mereka. Mereka hidup bahagia di bawah kolong langit Sumatera arah barat. Sebuah kastil mewah berlapis emas menjadi saksi bisu kebahagian keluarga raja. Tibalah pada suatu masa, sang raja harus kembali ke salah satu daerah kekuasaannya dan harus meninggalkan permaisuri dan anak-anaknya. Permaisuri mencoba untuk menahan kepergian sang raja dan menawarkan supaya penasihat kerajaan saja yang pergi. Tetapi, sang raja tetap bersikukuh pergi, “Istriku, aku harus pergi ke sana, sebuah masalah mengakibatkan aku sebagai raja harus menyelesaikan masalah yang terjadi pada warga ku disana, mereka sangat membutuhkan ku.” Tutup sang raja sambil meyakinkan permaisurinya.

Sang raja didampingi oleh pengawal kerajaan bersenjata lengkap berlayar mengarungi samudera. Di tengah perjalanan, ombak besar dan angin kencang menghantam perahu layar raja dan pengawalnya. Seolah-olah samudera tidak merestui keberangkatan raja meninggalkan permaisurinya walau hanya sementara. Raja dan pengawalnya tak kuasa menahan takdir alam yang harus mereka hadapi. Dan, tiba-tiba mereka terdampar di suatu pulau kecil dan indah. Raja pun memutuskan untuk beristirahat sejenak melepas penat setelah bertarung ombak.

Sedang terlelap dalam mimpi, sang raja mendengar seperti suara kegaduhan. Suara yang mampu memecah keheningan dan sepi. Semakin lama, suara itu semakin nyata memasuki telinga sang raja, “Woiiii…. !!!! Gak nampak nanti.. akan ku matikan kau”. Mendengar kegaduhan itu, raja pun bergegas dan bersiap dengan senjata lengkap. “Sepertinya sedang ada perang”, batin sang raja

Langkah pelan namun pasti, raja dan pengawalnya berjalan dalam suasana yang tak lagi sepi. Letih dan perih yang belum hilang setelah menerjang ombak seolah tiada berarti setelah raja dan pengawalnya tiba di lokasi kegaduhan tadi. Sebuah desa kecil asri hadir di depan mata mereka. Desa yang hanya memiliki delapan rumah yang sama persis. Suara anak kecil bermain semakin menambah kesejukan di desa itu. Seolah seperti kepingan surga yang terjatuh ke bumi. “Akhirnya, ku menemukan surga yang kedua”, gumam raja dalam hati.

Sang raja mengamati dengan hati-hati. Sepasang bola mata sang raja bergerak kesana kemari seolah menari dibawah alis tebal miliknya. Tetapi sang raja belum mengerti dan tahu pasti, “Apakah gerangan yang terjadi di desa ini?, ‘knapa tiba-tiba suara seperti perang tadi hilang seperti ditelan sunyi?”, kata raja berbisik kepada pengawal di sebelahnya.

Raja dan pengawalnya pun memutuskan untuk masuk lebih dekat ke desa itu.

“Aku ingin mengetuk rumah di desa ini satu persatu”.

“Apa gerangan raja ingin mengetuk pintu rumah itu satu persatu? Jangan wahai baginda raja!, kita tidak tahu apa yang sedang terjadi disana. Keselamatan raja adalah tanggung jawab kami”.

“Jangan terlalu khawatir pengawal ku, semua akan baik-baik saja”.

Mulailah sang raja mengetuk satu persatu rumah di desa yang asri itu. Rumah pertama yang berada di perbatasan desa itu menjadi rumah pertama yang dikunjungi raja. Di depan rumah itu ada seekor kuda tangguh. Dan seperti di dunia dongeng, kuda itu berwarna merah.

Tok…tok….tokk…” ketika raja mengetuk pintu rumah itu,

Wahai penghuni rumah, adakah kalian di dalam?

Iya,,,saya ada dirumah..

“Bolehkah Ananda membukakan pintu bagi ku?

Tunggu sebentar, saya sedang membersihkan sebilah pisau

Mendengar itu, kecurigaan sang raja semakin jadi. Raja yakin sepertinya sedang terjadi sesuatu yang tidak beres di desa itu.

Mengapa dia membersihkan sebilah pisau?, apakah dia…. ‘Ehhh.. Mungkinkah dia?”

“Kreekkkk” suara pintu pun terbuka menghentikan lamunan sang raja.

“Siapakah Anda?, adakah yang bisa saya bantu?”

“Mmmmmm.. Saya raja dari kerajaan jauh diseberang lautan sana…Saya hanya ingin bertanya.. Bolehkah saya meminjam pisau mu?

“Mohon maaf raja, pisau saya masih kotor.. tadi saya gunakan untuk memotong”

“Tidak apa-apa Ananda, mungkin saya bisa meminjam ke rumah yang disana”

“Silahkan raja.. mungkin disana raja akan memperolehnya”

Sang Raja pun melanjutkan ke rumah ke dua di desa itu. Raja sangat ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. “Mengapa suara gaduh tadi tiba-tiba hilang”, batin raja yang semakin tak terkendali.

Rumah kedua memiliki halaman yang cukup bersih, kuda betina putih ada di depan rumah itu.

Raja pun mengetuk pelan-pelan rumah itu. Tetapi, tidak ada yang membalas ketukan raja itu. Rasa penasaran raja dengan rumah kedua itu semakin besar.

“Ananda, apakah ananda ada dirumah?

“Tok…tok.. tokk” ,kembali raja mengetuk pintu rumah itu. Kehampaan dan ketiadaan adalah jawaban yang di dapat raja dari rumah itu.

Kemanakah yang punya rumah ini?, padahal kuda betina putihnya ada di depan rumah.. Mungkinkah dia sedang….. Tidak mungkin! Desa seasri ini tidak mungkin memiliki penghuni yang…. Ah, sudahlah.. mungkin dia sedang tertidur”.

Rumah ketiga pun didatangi raja. Untuk kali ini raja tidak didampingi oleh pengawalnya. Raja berpikir, mungkin jika mereka ramai-ramai mendatangi setiap rumah akan menimbulkan kecurigaan. Rumah ketiga memiliki pagar dan gapura yang indah, di halaman rumah itu banyak tumbuh bunga beraneka warna. Dua ekor kuda ada di sana. Kuda jantan dan betina berwarna hitam. Raja pun mengetuk pintu rumah itu.

Wahai Ananda, bolehkan saya menumpang makan di rumah mu?”

Maaf, Anda siapa?, sepertinya Anda seorang…… Raja yah?”

“Iya Ananda,,, benar sekali.. Saya Raja dari jauh di seberang lautan sana,, Bolehkah saya makan disini?”

“Maaf raja, makanan dirumah ini belum masak.”

“Apakah gerangan yang Ananda masak?”

“Hanya potongan-potongan daging yang diantar tetangga raja”

“Kenapa belum masak wahai Ananda?”

“Tadi, masih ada kuku yang tertinggal di potongan-potongan daging itu Raja”

Bagai genderang perang, denyut nadi sang raja pun berdetak kencang. “Apakah mungkin,,,? kuku itu….. daging itu…… ‘masa desa asri ini berpenghuni.……”, gumam raja dalam hati. Raja pun berpamitan ke rumah ke empat.

Rumah ke empat juga memiliki pagar dan gapura yang lebih tinggi dibanding rumah ketiga. Tumbuhan merambat mengisi halaman rumah. Seekor kuda betina merah corak hitam sedang asyik tertidur di bawah sinar mentari. Pintu rumah itu terbuka. Raja pun yakin akan memperoleh jawaban di rumah ke empat itu. Tiba-tiba anak kecil keluar dari dalam rumah dan menghampiri raja.

Kamu siapa? Dan cari siapa?”

“Saya raja Ananda.. Saya kesini ingin mencari orangtua mu.. adakah meraka dirumah?”

“Apa?.. Kamu raja?, berarti kamu yang menciptakan langit dan bumi yah?… Bu… Ibu…. Raja datang”, kata anak itu kegirangan memanggil ibunya. Ibu anak itu datang dengan tangan yang basah dengan wajah yang sedikit lelah.

Ada apa Raja?”

“Bolehkah saya menumpang untuk mencuci muka dirumah mu?.. dari tadi saya mencari air tidak ketemu”

“Maaf Raja, di kamar mandi ku banyak baju yang harus ku cuci… Lebih baik hamba ambilkan sedikit air dan Raja cuci muka di halaman rumah saja”

“Jika boleh tahu, baju apa yang adinda cuci?”

“Baju suami saya Raja, tadi suami saya membantu tetangga memotong daging dan tidak disengaja darah berlumuran di baju suami saya”

“Mengapa bisa darah itu berlumuran di baju suami mu adinda?”

“Tadi, ketika suami saya membantu tetangga memotong daging itu… tiba-tiba dia meronta ketika lehernya disayat dengan pisau”

“Kalau saya boleh tau adinda, daging apakah itu?”

“Maaf raja, saya kurang tau.. yang memasak tetangga sebelah.”

Ibu itu pun bergegas mengambil air dan memberikan kepada raja. Raja itu pun dengan senang hati menerima dan segera cuci muka. Meskipun sebenarnya, air dan cuci muka itu hanya sebuah alasan. Raja pun berpamitan dari rumah ke empat itu dengan misteri yang belum terpecahkan.

Tibalah raja di rumah ke lima. Rumah itu memiliki pagar dan gapura yang sepertinya baru dibangun. Seperti biasa, raja mengetuk pintu rumah itu.

Iya… tunggu sebentar”, tak lama kemudian seorang wanita berkerudung membuka pintu dan sedikit mengintip dari baliknya.

“Perkenalkan saya seorang raja dari kerajaan jauh di seberang lautan sana”

“Oh iya Raja, maafkan hamba.. Ada perlu apa raja datang ke rumah hamba?”

“Bolehkah saya bertemu dengan suami mu adinda?”

“Maaf raja, suami saya tidak di rumah. Suami saya sedang pergi menguburkan potongan-potongan daging yang tidak kami makan raja”

“Mohon maaf adinda, potongan-potongan daging seperti apa yang adinda maksudkan itu?”

“Bagian perut, kuku… seperti itu Raja”

“Kalau boleh tahu, darimana adinda mendapatkan potongan daging itu?”

“Dari tetangga yang di depan rumahnya ada kuda jantan tangguh berwarna merah raja”

Raja pun semakin penasaran. “Apakah mungkin di desa ini sedang terjadi pembunuhan?, mungkinkah daging yang dimaksud itu adalah daging manu.. ‘Ah! Belum bisa ku pastikan”, kata raja dalam hatinya.

Rumah ke enam merupakan rumah selanjutnya yang diketuk raja bijaksana itu. Dua orang wanita berparas cantik segera keluar. Mereka keluar karena mendengar suara raja yang berat. Mereka berharap, pria yang mengetuk pintu rumah mereka itu tampan dan bisa dijadikan suami.

Iya mas.. ada apa mas”, kata salah seorang wanita yang berambut agak keriting.

Tidak ada apa-apa adinda,”

“Kok panggil adinda mas,, panggil kami dengan sebutan ‘sayang’ aja mas”, celetuk gadis yang satunya dengan rambut yang lurus.

Maaf adinda, saya sudah beristri.. saya hanya mau bertanya, dimanakah warung di desa ini?”

“Mas,, warung di desa ini tidak ada.. hanya, jika penduduk desa ini ingin membeli sesuatu, maka kami harus ke kampung sebelah”, kata wanita berambut lurus itu kembali

“Tapi jangan khawatir mas, kami disini jualan juga kok mas?”, lanjut wanita berambut agak keriting itu.

Jualan apa adinda”, kata sang raja dengan lembut.

Kami berjualan sesuatu yang dapat membuat raja merasa hangat”, kata wanita berambut lurus itu.

Apakah gerangan itu adinda?”, kata raja dengan penasaran.

Daging raja, tetapi raja harus bersabar, karena daging itu masih dimasak tetangga kami yang di depan rumahnya ada dua ekor kuda jantan dan betina hitam”

Tatapan raja itu semakin tajam. Pertanyaan yang mengisi alam sadar raja semakin besar. “Apakah gerangan yang terjadi di kampung ini?… Apakah mungkin disini masih ….. dan di jual?, aku harus tahu kebenaran yang sesungguhnya”, kata raja dalam hati.

Harapan raja untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi hanya tinggal menyisakan dua rumah. Rumah ke tujuh pun target raja selanjutnya. Ketika sang raja masih melangkahkan kakinya ke arah pintu rumah ke tujuh itu dan hendak mengetuknya, tiba-tiba Raja mendengar percakapan dari dalam rumah itu.

Raden, tolong dulu ambil dan bawa daging dari rumah tetangga yang ada kuda jantan dan betina hitam di depan rumahnya

Daging apa itu eyang?”

“Tadi eyang dengar, tetangga kita memotong daging . Coba raden tebak,,, yang berkaki dua dan mata dua”

“Kok seperti kita Eyang?”

“Iyah… Pokoknya cepatlah Raden ambilkan daging itu.”

Ketika pintu rumah itu hendak dibuka, raja dengan segera meniggalkan halaman rumah itu. Raja pun kembali menyusuri jalan di desa itu hendak menuju ke rumah terakhir. Rumah ke delapan. Tiba-tiba seorang wanita separuh baya menghampiri raja dan berkata, “Wahai orang asing… adakah Ananda melihat seorang anak kecil melintasi dari desa ini?”. “Mohon maaf ibu, saya sungguh tidak melihat ada anak kecil melintas dari desa ini, ada apa gerangan bu?”, kata raja dengan penuh tanya. “Tadi, anak saya permisi hendak bermain dengan temannya, tetapi saya kurang tahu desa temannya itu.. dan saya melihat ada alas kaki anak saya di depan rumah itu, rumah yang di depannya ada kuda tangguh berwarna merah itu”, kata ibu paruh baya itu sambil menunjuk rumah pertama yang di kunjungi sang raja. Sontak aliran darah sang raja pun semakin cepat, seperti ingin meloncat dari nadi darah sang raja. Keyakinan sang raja bahwa di desa itu sudah terjadi peristiwa mengerikan semakin nyata. Pisau yang dibersihkan karena kotor habis memotong, rumah kosong seperti tak berpenghuni, daging yang masih ada kuku, baju berlumur darah, mengubur bagian daging yang tak di makan, daging yang berasal dari sesuatu berkaki dan bermata dua, dan ibu yang mencari anaknya merupakan bukti yang semakin meyakinkan sang raja bahwa sudah terjadi sesuatu yeng mengerikan.

Tibalah sang raja di rumah ke delapan. Seorang wanita berkerudung duduk di depan rumah itu sedang asyik dengan sesuatu di tangannya. Sesuatu yang sang raja pun belum pernah melihat benda itu. Tetapi raja tidak peduli dengan hal itu. Raja dengan santunya menyapa wanita itu,

Permisi, bolehkah saya bertanya

“Boleh, tetapi saya sedang berbicara dengan siapa?”

“Saya seorang raja dari kerajaan jauh di seberang lautan sana”

“Maafkan hamba raja, apa gerangan yang ingin raja tanyakan kepada saya?”

“mohon maaf adinda, benda apakah yang ada di tangan adinda itu?”

“Ohhh… ini alat untuk menyebarkan pesan dengan cepat raja… dengan alat ini, saya bisa mengirimkan pesan dengan cepat”

“Jadi jika saya boleh tahu, adinda sedang mengirim pesan apa dengan alat itu?”

“Saya sedang mengirimkan pesan kepada desa sebelah bahwa di desa kami akan diadakan pesta syukuran dan kami memotong daging berkaki dua, dan daging itu akan dibagi-bagikan kepada seluruh masyarakat desa”

Mendengar penjelasan wanita itu, raja pun memutuskan untuk segera meninggalkan desa itu. Desa itu memang asri bagaikan kepingan surga yang jatuh ke bumi. Tetapi, warganya rela membunuh seorang anak kecil untuk di jadikan hidangan pesta syukuran mereka. Anak kecil yang niat untuk bermain, harus dijadikan kurban daging layaknya seekor kambing.

Ketika raja mengumpulkan pengawalnya yang sedari tadi mengawasinya dari kejauhan. Seorang anak kecil berteriak memanggilnya, “Raja, jangan pulang dulu… sebentar lagi pesta akan dimulai”. Raja tetap tak menghiraukan panggilan anak kecil itu, raja dan pengawalnya tetap berjalan meninggalkan desa itu. Tiba-tiba, laki-laki yang ditemui raja di rumah pertama tadi dengan segera berlari dan menyusul raja.

Raja, sudilah kiranya raja ikut merayakan pesta dengan kami”

“Mohon maaf ananda, kami teburu-buru”

“Kami sangat memohon raja.. Anak-anak itu sangat ingin raja ada bersama kami merayakan pesta”

“Baiklah ananda, saya dan pengawal akan ikut ke pesta”, kata raja karena ingin memastikan jawaban yang masih belum pasti.

Tibalah raja di rumah ke empat yang penghuninya tadi sedang mencuci baju suaminya yang berlumuran darah. Dengan wajah tegang dan penuh kehati-hatian raja pun masuk ke dalam rumah itu. Sudah banyak orang yang berkumpul, termasuk ibu separuh baya yang mencari anaknya. Tiba-tiba, sang raja melihat seorang anak memotong kue yang diatasnya ada tertulis angka 10. Dan tibalah pada acara makan. Raja pun semakin tegang, sang raja berpikir bahwa dia akan disuguhkan dengan daging manusia. “Tetapi, mengapa ibu yang mencari anaknya ada disini dan terlihat senang?”, kata raja dalam hati.

Raja, makanan raja dan pengawal raja kami sedikan di meja, silahkan dimakan raja”, kata salah seorang bapak kepada raja. Mungkin bapak yang punya rumah. Raja pun menghampiri meja makan dan napas sang raja semakin tak karuan melihat hidangan di atas meja. Daging yang sudah dibumbui.

“Silahkan dimakan raja, itu adalah daging yang paling enak dan jarang dimakan. Warga desa disini harus dengan bersusah payah mendapatkan daging ini. Bagi kami, memakan daging ini hanya pada saat pesta syukuran seperti saat ini raja. Kami warga desa ini harus saling berbagi dengan daging ini raja. Ini daging ayam wahai raja. Silahkan di makan raja,, silahkan

Raja pun tiba-tiba terdiam. Pengawal raja saling melihat satu sama lain.

Ayam jantan berkokok dengan nyaring. Tiba-tiba raja mendengar suara kecil memanggil, “Bangun…. bangun…. sudah pagi.. nanti kesiangan ke kampus”. Nofaf pun terbangun dari tidur panjangnya. Malam yang begitu indah bagi Nofaf. Berharap, nanti malam akan kembali ke kisah raja selanjutnya.

MNJ (My Name Jepri)

@saumanganya, 24 September 2020

Tantangan gurusiana hari ke 13

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ada pesan moral dalam ceritanya. keren. salam

24 Sep
Balas



search

New Post