Jepri M.P. Sihombing

Guru Pengampu Biologi SMA Negeri 1 Pagai Utara, Kab. kepulauan Mentawai, Sumatera Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
PAGI HARI, HARI SABTU

PAGI HARI, HARI SABTU

PAGI HARI, HARI SABTU

Pagi hari, di hari Sabtu ini sang mentari malu-malu menunjukkan sinarnya. Mungkin hujan lebat semalam masih menyisakan jejak yang begitu kokoh di cakrawala. Ku buka selimut tipis yang masih menutupi tubuh ku. Hawa dingin yang masuk melalui celah kecil di kamar menyapa ku dengan manja. Ku usahakan untuk mengembalikan seluruh raga ku yang masih tertinggal di alam mimpi untuk memulai kehidupan normal yang kuharapkan. Ku berjalan berlahan menuju dapur dengan pakaian tidur yang mulai tak menentu warnanya. Segera ku ambil gula dan kopi, ku satukan mereka dalam wadah yang kusebut gelas, ku berikan mereka kehangatan yang mungkin mencapai 100 derajat celcius, ku aduk dan terciptalah kopi. Aroma kopi membuat ku kembali semangat dan siap menjalani kehidupan normal yang ku harapkan. Teras merupakan tempat favorit untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi semalaman. Ku scroll layar HP ku dan terus ku scroll. Tanpa ku sadari, kopi satu gelas ku tinggal menyisakan seteguk lagi.

Ku seruput kopi terakhir ku sambil mengakhiri berita yang ku baca pagi ini. Tiba-tiba, “Selamat pagi Pak” terdengar suara dari ujung halaman rumah. Ku coba untuk berdiri memastikan siapakah mereka. Baju khas putih-putih menutupi tubuh mereka dengan map berisi kertas di tangan sebelah kanan. “Selamat pagi”, kataku menjawab setelah ku pastikan mereka adalah tenaga kesehatan di puskesmas daerah ku.

Aku berjalan ke arah tenaga medis puskesmas itu. Ku buka gerbang rumah dan ku coba memberi tangan untuk menyalami mereka. Tanpa ku duga, mereka tidak mau menerima niat baik ku itu.

“Maaf Pak, bukannya tidak mau bersalaman”

“Jadi pak?”

“Kita masih harus menjalankan protokol kesehatan Pak. Belum diperbolehkan salaman untuk saat ini”

Wah, seperti ditelanjangi, aku malu sekali. Saya lupa bahwa saat ini masih berlaku protokol kesehatan untuk memutus pandemi yang semakin menjadi. Setiap hari ada saja kabar yang mati.

“Waduh, maaf Pak saya lupa” kataku membela diri. Ku persilahkan mereka masuk dan mereka minta hanya sampai teras rumah saja. Ku iyakan saja dan ku minta tolong sama teman satu rumah untuk membuat 3 gelas kopi hangat.

“Ada apa Pak? Kok pagi-pagi sekali datangnya? Sepertinya ada yang penting ini”

“Waduh Pak, satu-satu aja pertanyaannya Pak”

“Gak apa-apa Pak, sebelum lupa pertanyaan saya”

“Iya pula yah”

“Hahahahahahahahahah” kami tertawa bersama. 3 gelas kopi hangat pun tiba. Suasana pagi hari mulai terasa hangat karena sang mentari mulai berani menanggalkan kemaluannya.

“Begini Pak, kan Bapak baru datang dari perjalanan jauh. Jadi demi kebaikan bersama Bapak dan teman-teman bapak akan di swab hari minggu besok”

swab di Puskesmas Pak”

“Iya Pak, tapi di puskesmas sikakap”

“Ok Pak, hari Minggu kami akan langsung ke Sikakap saja naik motor”

“Tidak boleh Pak, Bapak akan dijemput petugas kami menggunakan ambulan”

“Hahahahahaha, masa pake ambulan Pak? Terkesan seperti gimnaaaa gitu Pak”

“Begitulah SOP nya Pak, kita patuhi saja Pak demi kebaikan bersama”

Sebagai seorang guru saya akhirnya menyanggupi meskipun hati dan raga sepertinya tak sudi. Seumur umur akhirnya naik ambulan juga. Tapi demi memberi contoh baik ke masyarakat, hati dan raga yang tak sudi harus di ajak mengerti.

“Silahkan di minum Pak kopinya, keburu dingin”

“Iya Pak, makasih Pak”

Mereka pun minum dengan nikmatnya. Sepertinya kopi buatan teman ku rasanya sekelas bintang lima. Seteguk demi seteguk mereka nikmati dengan sepenuh hati.

“Oh iya Pak, ini ada data yang harus Bapak isi” ,kata salah seorang dari mereka sambil menyodorkan kertas putih yang berisi tabel untuk diisi.

“Ok pak, nanti saya isi. Hari minggu mau ke Sikakap aja saya berikan Pak”

“Tidak bisa Pak, harus sekarang Bapak isi karena datanya nanti akan digunakan sebagai bahan acuan untuk swab hari Minggu”

Ku perhatikan data yang harus ku isi di kertas itu. Data pribadi, riwayat perjalanan, suhu tubuh terakhir dan hasil rapit test terakhir. Ku isi dengan teliti satu persatu datanya.

“Selesa Pak”

“Bisa kami cek dulu ya Pak data yang sudah bapak isi ini”

“Oke Pak silahkan, jika ada yang kurang supaya bisa saya perbaiki”

Salah satu dari mereka membalik lembar demi lembar kertas yang ku isi tadi. Sepertinya tak ada yang salah atau kurang. Biasalah, seorang guru terbiasa dengan ketelitian.

“Ok Pak, data bapak sudah lengkap dan kami izin dulu pulang”

“Siap Pak, terimakasih kembali sudah peduli terhadap kami”

“Gak apa-apa Pak, sudah menjadi tugas kami untuk selalu peduli terhadap kesehatan masyarakat”

Kami pun beranjak dari kursi teras rumah. Ku antar mereka menuju gerbang. Satu persatu dari mereka masuk ke dalam mobil ambulan itu.

“Brummmmm…brummmmm”

Semakin lama, mobil itu pun hilang di persimpangan jalan.

MNJ (My Name Jepri)

@saumanganya, 17 September 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantab. Keren. Semangat berliterasi, semoga sukses selalu. Amin.

17 Sep
Balas

Gimana hasil swabnya Pak? Semoga sehat selalu ya

17 Sep
Balas



search

New Post