Jepri M.P. Sihombing

Guru Pengampu Biologi SMA Negeri 1 Pagai Utara, Kab. kepulauan Mentawai, Sumatera Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
PULANG KAMPUNG, AKHIRNYA JADI ORANG KAMPUNG - TANTANGAN GURUSIANA HARI KE-2

PULANG KAMPUNG, AKHIRNYA JADI ORANG KAMPUNG - TANTANGAN GURUSIANA HARI KE-2

PULANG KAMPUNG, AKHIRNYA JADI ORANG KAMPUNG

Saat itu dengan rasa percaya diri aku bertanya kepada Bapak, “Pak, kapan kita pulang?”

Jawaban Bapak waktu itu membuat hati dan otak tak mampu bekerja sama dengan baik.

Aku hancur dan sakit hati.

Gempa Bengkulu pada tahun 2000 mengubah jalan kehidupan keluarga ku. Aku masih duduk di bangku kelas 3 SD. Jiwa anak-anak ku yang masih on fire seketika itu hilang bagai ditelan bumi dan tak kembali.

Orangtua ku memutuskan untuk pulang kampung setelah gempa yang melanda Bengkulu pada tahun 2000. Sangat senang hati ini bagai pasang lotre dan menang. Bagi anak-anak seusiaku yang masih 9 tahun, pulang kampung itu bagaikan mendapat penghargaan setelah menyelamatkan orang sekampung yang terkepung oleh si jahat yang mirip si pitung.

Berlari dan loncat kesana kemari seperti orang yang sedang menari, aku mengabari pada saudara-saudari bahwa aku akan pulang kampung dan mungkin sampai berhari-hari, baru akan pulang kembali.

Permainan terakhir yang kuperankan bersama teman-teman di Bengkulu adalah rumah-rumahan. Masih segar diingatan, aku masih gencar promosi pada teman-teman bahwa aku akan pulang kampung. “Tunggu aku pulang teman”, ku ucapakan pada mereka di bawah atap rumah-rumahan yang kami buat.

Akhirnya, pulang kampung kami sekeluarga terealisasi. Naik bus Mawar Selatan. Seakan-akan aku adalah anak paling beruntung di bumi ini karena habis gempa terbitlah jalan-jalan. Sepanjang jalan ku lihat ke arah luar dari jendela, banyak pohon dan pantai. “Wuihhh, sering-sering aja begini”, mungkin itu yang ku ucapkan kala itu dalam hati.

Sepanjang jalan, si Mawar Selatan ini sering berhenti di tengah hutan. Mungkin menawarkan pelayanan eksklusif bagi penumpang untuk menikmati hutan sambil mendengar lantunan musik yang berasal dari sayap nyamuk yang saling beradu. Kala itu, bagiku itu adalah hal yang sangat membahagiakan. Kalau sekarang itu adalah hal yang sangat membosankan. Sekarang ku sebut namanya “Mobil Mogok” bukan “Pelayanan Eksklusif”.

Tiba di kampung yang disebut Lintongnihuta. “Brrrrrrrr”, ketika pertama kali keluar dari si Mawar Selatan. Kesan pertama dingin. Kusalam opung ku, dan mereka yang sudah menanti kami akhirnya menangis sambil berkata-kata dalam bahasa batak. Tentu hal ini biasa-biasa aja bagiku. Mungkin mereka menangis karena bahagia. Sekarang, ku sadari,mereka menangis karena bahagia melihat kami selamat dari gempa hebat yang melanda Bengkulu.

Hari pertama di kampung sangat senang rasanya. Hati ini girang bukan main bagai tak ada kebahagiaan yang lain. “Pulang Kampung” adalah hal paling keren.

Hari kedua, ketiga dan seterusnya masih dengan suasana “Pulang Kampung”. Rasa bosan sudah mulai menggantikan “hati ini girang bukan main”. Orangtua ku sudah mulai rajin berladang, berangkat pagi pulang petang. Ditambah lagi ibu membeli baju seragam sekolah SD. Pikirku mungkin lebih murah di kampung daripada di Bengkulu yang saat itu ku sebut kota.

Rindu dengan teman-teman yang kutinggal di Bengkulu. Teringat dengan ucapan ku kala bermain rumah-rumahan, “Tunggu aku pulang teman”. Akhirnya ku beranikan bertanya pada Bapak.

Saat itu dengan rasa percaya diri aku bertanya kepada Bapak, “Pak, kapan kita pulang?”. Jawaban Bapak waktu itu membuat hati dan otak tak mampu bekerja sama dengan baik. Aku hancur dan sakit hati. Akhirnya, “pulang kampung” yang ku pikir itu menyenangkan berubah menjadi sesuatu yang saat itu tak ku harapkan.

Pulang kampung dan akhirnya menjadi orang kampung. Sejak saat itu aku sah menjadi warga kampung Lintongnihuta dan akhirnya bersekolah di daerah yang ku sebut kampung. Kata-kata “Tunggu aku pulang teman” sampai sekarang belum ku lunasi dan masih menjadi utang. “Apa kabar mu teman disana?”. “Apakah kau masih menungguku pulang?”. Semoga ada waktu di masa depan, kita ketawa dan berbincang, “Bagaimana kabar nenek yang kayunya melayang saat pohon pisangnya kita tebang dan daunnya kita jadikan atap rumah-rumahan kita?”

MNJ (My Name Jepri)

@Saumanganya, 12 September 2020

hari ke -2

Ditulis di atas kasur sambil menikmati sayur.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisna mantab Pak Jepri. Semangat berliterasi, semoga sukses selalu. Amin.

13 Sep
Balas



search

New Post