Jepri M.P. Sihombing

Guru Pengampu Biologi SMA Negeri 1 Pagai Utara, Kab. kepulauan Mentawai, Sumatera Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
SULIT TAPI MUDAH

SULIT TAPI MUDAH

SULIT TAPI MUDAH

Oke! Saya mulai dari sebuah perbandingan. Pada masa orangtua dulu hampir semua masih serba mudah sedangkan pada masa sekarang ini hampir semua lini kehidupan terasa sulit. Bukankah begitu?

Pada masa dulu,sebut saja di era tahun 90-an yang merupakan masa dimana penulis sedang asik-asiknya dengan kelereng, gambaran, layangan dan permainan anak-anak lainnya. Kala itu hampir semua serba mudah.

Ketika ingin ke sekolah yang jaraknya juga cukup jauh, penulis masih merasa ini merupakan perkara mudah. Cukup hanya dengan jalan kaki dan ketika tiba di depan rumah teman maka cukup memanggil namanya, “Seeeeeedoooooooo, ayoklah!”. Maka teman penulis yang bernama Sedo akan keluar dari rumahnya. Kegiatan ini akan dilakukan ketika setiap melewati depan rumah teman. Akhirnya, lama-kelamaan jumlah kami yang berjalan kaki semakin banyak dan tidak terasa sudah sampai di sekolah.

Bagaimana jika meminta uang jajan pada masa itu? Padahal pada masa itu terjadi krisis moneter yang menghantam perekonomian Indonesia. Yah! Penulis tetap beranggapan ini masih merupakan perkara mudah. Buktinya, dulu ketika penulis ingin berangkat sekolah maka akan diberikan uang jajan sebanyak Rp 200,00 oleh orangtuanya. Dengan uang Rp 200,00 itu penulis sudah bisa membeli satu buah keripik pedas, satu buah es, dan satu porsi mie goreng. Kok tidak ada untuk ongkos? Ops! Penulis dulu selalu berjalan kaki pergi dan pulang sekolah.

Bagaimana dengan mencari Blue film? Mungkin beberapa pembaca akan merasa tidak nyaman ketika membaca bagian ini. Tetapi penulis siap menanggung resikonya. Sebagai contoh penulis akan dikirimin es krim dan sejumlah transferan dalam bentuk deposito oleh pembaca yang budiman. Pada masa itu, jaringan internet belum menyentuh masyarakat bawah. Jangankan internet, perangkat smartphone saja tidak punya. Jadi untuk mendapatkan itu, maka para peminatnya harus bersusah payah mencarinya dalam bentuk kepingan-kepingan CD. Bersusah payah mencarinya karena takut mengedarkannya dan kualitas keimanan yang masih kuat. Mohon maaf! Penulis bukan peminat film bergenre ini.

Sekarang mari kita coba bergerak ke tahun 2020-an yang merupakan era penulis sudah menginjakkan umur di kepala tiga. Banyak orang-orang mengatakan pada masa ini merupakan masa-masa sulit. Sulit di sisi mana?

Siswa-siswi sekarang tidak jarang yang tidak mau berjalan kaki ke sekolah meskipun dekat dari rumah. Mereka lebih memilih untuk naik sepeda motor atau diantar oleh orangtua. Bahkan, sudah memiliki mobil. Sebenarnya ini merupakan kemajuan yang menandakan keadaan ekonomi masyarakat bangsa ini semakin baik. Tetapi, siswa-siswi ini tidak mengerti betapa menyehatkannya jalan kaki dan mempunyai banyak sahabat offline. Mereka tidak merasakan otot-otot kaki yang kuat dan canda tawa tanpa emoticon bersama teman-teman.

Bagaimana dengan uang jajan siswa-siswi sekarang? Tidak perlu penulis jelaskan. Pernah suatu hari ketika penulis sedang mengajar di salah satu lembaga pendidikan nonformal di kota Medan, salah seorang siswa mengeluarkan sejumlah uang dari dalam tasnya. Wow! Jumlahnya hampir menyentuh angka sejuta. Ketika penulis tanya karena mengandung rasa curiga, “uang siapa ini dek?” . Tanpa diduga oleh penulis, siswa itu menjawab sambil tersenyum, “Uang jajan ku selama seminggu kak”. Penulis hanya bisa tersenyum kecil mencoba membandingkan uang jajannya dulu yang hanya Rp 200,00 dengan uang jajan siswanya yang Rp 1.000.000,00. Penulis hanya bisa bersyukur, dia masih dapat merasakan masa dengan uang Rp 200,00 dapat membeli tiga macam makanan. Penulis juga bersyukur masih sempat merasakan betapa berharganya dulu uang. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan ini.

Bagaimana dengan blue film pada masa penulis sudah berumur kepala tiga? Wow! Letaknya ada diujung jari. Sangat mudah mendapatkannya. Tidak perlu berlelah hati dan jiwa untuk mencari dalam bentuk kepingan-kepingan CD. Tidak perlu sembunyi-sembunyi. Cukup dengan download ketika ingin berangkat sekolah, kemudian biarkan begitu. Selama diperjalanan ke sekolah dengan naik motor maka file yang didownload tadi akan selesai dengan sendirinya. Sangat mudah. Tidak bisa dipungkiri, hal ini merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh orang-orang yang berminat.

Jadi sebagai penutup.

Pada masa dulu, rasa gengsi diantara orang-orang sangat kecil sehingga berjalan kaki pun tidak masalah. Berjalan kaki ramai-ramai ke sekolah bersama teman merupakan opsi pertama dan satu-satunya meskipun dirumah ada kendaraan. Pada masa dulu, penulis lebih dapat menghargai uang daripada ketika penulis sudah berumur kepala tiga.

Pada masa dulu, blue film merupakan barang langka untuk didapatkan. Jangankan barangnya yang langka, hati manusia yang menginginkan ini juga masih langka. Sekarang? Kita semua sudah tahu jawabannya.

Akhirnya penulis membuat satu kesimpulan untuk mengakhiri tulisan ini.

Semakin sulit zaman, maka harga dosa semakin murah”

Pagai Utara

Kab. Kepulauan Mentawai

@mnj (my name jepri)

Tulisan ke 41

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi

14 Mar
Balas

Terimakasih banyak Pak.

17 Mar



search

New Post