WAKTU

Hari ini terasa berbeda. Jadwal bangun pagi yang biasanya pukul 05.30 WIB berubah menjadi 08.00 WIB. Biasanya setiap bangun pagi langsung menuju kamar mandi, tetapi hari ini bermalas-malasan di tempat tidur sambil scroll facebook dengan sinyal yang ‘hidup segan mati tak mau’. baru ku sadari hari ini hari minggu. Hari yang merupakan suatu kemerdekaan. Merdeka yang berujung ketidak teraturan.

Merdeka dalam waktu kadang kusalahartikan. Jebakan hangatnya kasur sering kuabaikan. Panggilan sayu suara air mengalir dari kran di kamar mandi sering kuacuhkan. Jeritan sayur mayur dan ikan segar dalam kulkas juga sering pura-pura tak kupedulikan. Akhirnya semua jadi berantakan dan karuan.

Ibarat gadis-gadis yang merayu disepanjang jalan ketika aku pulang kerja sering tak kupedulikan. Padahal mereka hanya sekedar meminta aku mampir di toko handphone bos mereka. Kadang setelah sampai di ujung jalan, aku menyesal sambil bergumam dalam hati, “Kok aku tadi tidak singgah aja yah tadi disalah satu toko itu, mana tahu ada pegawainya yang mau kujadikan pacar”. Sebenarnya aku tahu mengapa ku tak singgah, semua karena aku tidak percaya diri jika harus berhadapan dengan gadis-gadis cantik dan seksi. Jantungku tak karuan. Selalu ada kesempatan, tetapi pembuluh darahku mungkin terlalu sempit untuk menampung volume darahku.

Banyak waktu dan sedikit waktu selalu menyuguhkan kesempatannya masing-masing. Hari minggu yang memberikan banyak kesempatan tidak bisa kugunakan dengan baik, tetapi menjadi suatu kesempatan untuk aku melakukan kegiatan yang tidak produktif. Kesempatan untuk mendapatkan pacar pada saat gadis-gadis merayuku pun kulewatkan begitu saja hanya karena ku merasa kekurangan waktu untuk menetralkan denyut jantungku yang tak karuan.

Ada salah satu kalimat yang sering menjadi semboyan para pengejar deadline, “The Power Of Kepepet”. Kalimat ini ada betulnya jika diterapkan dengan perhitungan yang presisi. Banyak orang yang belum berpengalaman menerapkan ini berakhir dengan berantakan. Jadi, ini hanya dilakukan oleh profesional seperti saya.

Semua hanyalah masalah menajemen waktu. Sayangnya di dunia pendidikan formal, tidak ada mata pelajaran atau jurusan perkuliahan yang khusus mempelajari manajemen waktu. Usul kepada pemangku kepentingan, jika diperkenankan mohon untuk membuka kuliah jurusan ini. Mungkin gelar alumninya bisa Sarjana Waktu (S.W). Contohnya, Jepri M.P. Sihombing, S.W.

Waktu adalah harta yang dimiliki oleh semua mahluk yang sudah disediakan oleh Pencipta. Waktu merupakan harta yang tidak pernah bertambah banyak. Nilai sebuah waktu akan semakin berkurang bagi setiap manusia. Tidak ada yang abadi, tidak ada yang kekal dan semua pasti berlalu merupakan beberapa kalimat yang menandakan waktu selalu memiliki masanya sendiri dan tidak ada satupun manusia yang mengatahui kapan berakhir waktu yang dimilikinya kecuali Sang Pencipta sekaligus Pemiliki waktu.

Jadi, perlakukan waktu dengan baik supaya waktu memperlakukan kita dengan baik.

Pagai Utara,

Kab. Kepulauan Mentawai

@mnj (my name jepri)

Tulisan ke 34