Terpaut si Cantik
Memandangnya
mengunjungi indahnya
terpaut hati hingga selalu ingin
lagi, lagi, dan lagi
Pelangi berada di sana
Mentari pun ada
Mereka menunggu hadirku
Tiada mau tertinggal
cangkul pun memaksaku berkunjung
lagi, lagi, dan lagi
tak kuasa menyudahi
Mata berkunang-kunang,
Kepala pun berbintang-bintang
Ketika segenap energi berjaya
ke luar dan berpijak di bumi
pening itulah yang nyata
hambar itu yangg kurasa
anak terabai ibunya merana
tangan-tangan mereka melambai
menggapai
mereka lapar dahaga
rindu belai kasih ayahnya
tapi apalah dayaku
aku telah terpaut padanya
si cantik Maya
dunia ke duaku
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus Pak, sdkt kritik nggeh, diksinya msh ada bbrp yg berlebihan. Biasanya kita mengejar rima jd muatan agak terlupa. Tapi dah bagus, hebat Pak Jito. Lanjuuuuuuut.
Sobat gurusiana, silakan beri kritik saran untuk perbaikan puisiku ini! Terimakasih setulusnya.