JOKO ISWAHYUDI, S.Pd.I, M. Pd

Nama Joko Iswahyudi, S. PdI, M. Pd Saya lulus SDN Sebani tahun 1994 dan melanjutkan MTsN lulus 1997Tapaan 1 Kota yang dekat dengan dg Jalan Raya Lalu Melanjutk...

Selengkapnya
Navigasi Web
Perjuangan Mengajar Siswa-Siswi di Pedalaman Pegunungan
Berkaryalah untuk menjadi terbaik dari yg terbaik

Perjuangan Mengajar Siswa-Siswi di Pedalaman Pegunungan

Tosari- Bertugas di daerah perkotaan sudah menjadi hal biasa, namun bagaimana jika mendapat tugas mengajar di wilayah yang jauh dari perkotaan dan sulit diakses oleh transportasi. Hal itulah yang dihadapi oleh Guru Guru Tosari, Kabupaten Pasuruan Kec Tosari

Pegunungan Tosari adalalah salah satu kabupaten Pasuruan yang termasuk dalam daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T). Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kab Probolinggo. Banyak gunung atau bukit yang tersebar layaknya bintang bertaburan di langit sehingga kabupaten ini memiliki nama Pegunungan Bromo. Tidak ada jalan beraspal maupun alat transportasi darat yang menjangkau seluruh wilayah selain di ibu kota Kec Tosari ini. Satu-satunya alat transportasi adalah motor, apabila bepergian antar distrik maupun ke berbagai wilayah masyarakat cukup berjalan kaki.

Baca juga : Kemenristekdikti Berencana Beri Insentif Pengajar Vokasi dari Industri Bermodal Rp2,7 Triliun, Kemenristekdikti Bereskan 38 Gedung Mangkrak di Kampus Negeri Begini Strategi Pemerintah Tekan Kesenjangan Akses Pendidikan Menag Sebut Prodi Agama Kurang Diminati Calon Mahasiswa

Tidak semua distrik di kabupaten ini dijangkau oleh sinyal telefon seluler. Banyak pula distrik yang belum dialiri listrik sepenuhnya.

“Kehidupan sederhana dan jauh dari hiruk pikuk kota menjadi pengalaman hidup yang sangat berharga,” kata Salah Satu Pendidik seperti disitat.

Bahkan guru tosari bisa merasakan udara segar, mendengar suara ayam berkokok, serta pemandangan indah setiap pagi. Bahkan masyarakat yang ramah senantiasa membantu dan memberi sesuatu yang mereka miliki.

Pendidik tersebut mengajar di SD Berdekatan dg Penanjakan Bromo. Kedua sekolah tersebut terletak di kawasan yang sama. Awal mula mengajar, ia mendapat beragam tantangan, salah satunya siswa yang sulit diatur dan cenderung tempramental.

“Penilaian awal saya terhadap siswa adalah siswa tersebut susah untuk diatur dan memiliki temperamen yang keras,” ungkapnya.

Kendati demikian, ia wajar dan maklumi karena kondisi geografis dan lingkungan yang membentuk kepribadian mereka. Menurutnya, yang harus dilakukan adalah mendidik afektif agar mereka patuh dan taat terhadap nasihat guru walaupun guru tersebut berbeda latar belakang kedaerahan dengan mereka.

Pendidik Tersebut tidak hanya mengajar pelajaran semata namun juga menanamkan sikap dan sopan-santun siswa kepada guru baik di dalam sekolah maupun di luar.

Alumni prodi pendidikan dst... tersebut mengatakan pembelajaran tidak sepenuhnya dilakukan dalam kelas. “Mata pelajaran yg lain juga yang menjadi bidang utama saya mengajar menunjang kegiatan belajar di luar kelas,” tuturnya.

Lingkungan sekitar sekolah yang masih asri berisi berbagai macam tumbuhan dan hewan menjadi laboratorium terbesar. Materi keanekaragaman hayati, pola interaksi, pertumbuhan perkembangan tumbuhan, anatomi-fisiologi tumbuhan dan lainnya sangat kontekstual apabila siswa dibawa dalam lingkungannya yang nyata.

Selama mengabdi di SD setempat Pendidik juga merangkap sebagai guru dengan beberapa mata pelajaran seperti bhs inggris penjaskes, bahasa Indonesia dan guru kelas rangkap III-IV. Ketersedian guru yang sangat terbatas menuntutnya untuk mengajar beberapa mata pelajaran.

Ia lebih menekankan kemampuan calistung (baca, tulis, dan hitung) selama mengajar di jenjang sekolah dasar. Sementara itu, siswa SMP diajar seperti pada umumnya dengan pemilihan materi yang sekiranya mereka dapat menangkap dengan baik. Tidak semua materi disampaikan kepada siswa selama setahun mengajar. Hal tersebut menjadi pertimbangan karena mengingat kemampuan menyerap pelajaran mereka yang masih kurang. Pada sore hari diadakan pemberian pelajaran tambahan selama mengabdi sejak pukul 08.00 sampai 12.00 WIB dengan jadwal yang sudah diatur sebelumnya.

Siswa pedalaman tidak boleh dibandingkan atau disejajarkan dengan siswa yang bersekolah di tempat maju. Mereka hidup dalam keterbatasan untuk mencapai pendidikan ini. Jarak rumah siswa dengan sekolah yang jauh tidak menyurutkan semangat mereka untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Kondisi jalanan di tepi lereng gunung yang berjurang menjadi tantangan mereka untuk pergi ke sekolah.

Sungguh perjuangan yang harus disambut dengan pelayanan kepada mereka agar kelak bekal ilmu pengetahuan yang didapat dapat bermanfaat seterusnya. “Semoga apa yang kami berikan selama pengabdian berupa ilmu pengetahuan ini dapat memberikan manfaat kepada mereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post