Joko Mulyanto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Layang layang-ku

LAYANG LAYANG-KU

Siang itu hari cukup panas.Aku dan teman-teman sekolah-ku sedang istirahat sehabis mengikuti pelajaran di kelas.Apalagi aku baru saja mengikuti pelajaran Matematika yang menurut-ku salah satu pelajaran yang menjadi momok dan hantu yang menakutkan.Seperti biasa , aku dan teman-teman laki-laki langsung bergegas menuju warung yang letaknya di luar lingkungan sekolah.Di sana sebagaimana biasa,aku dan teman-temanku menikmati mkanan ala kadarnya seperti: bakwan,mendoan dan makanan ringan lainnya.Sedangkan minumnya air teh tawar,air putih yang disediakan secara cuma-cuma oleh si pemilik warung.

Aku langsung mendekati teko tempat air teh tawar dan segera secepat kilat mengambil gelas ,tanpa berkata kata, aku menuangkan air teh kedalam gelas yang udah ku persiapkan itu.Kemudian aku langsung meminumnya,tanpa banyak kementar menyikat makanan ringan yang ada di piring yang tersedia.Tak terasa, karena aku menikmati suasana santai di warung,ada seorang teman yang datang berteriak dan memberitahukan bahwa jam istirahat sudah habis.

Tanpa berpikir panjang, aku dan teman teman bergegas meninggalkan warung menuju ke sekolah.Setalah tiba di depan kelas ,aku lihat mereka sudah duduk rapi di dalam kelas.Untunglah guru kelas belum masuk,sehingga aku cepat mengambil tempat duduk.Sebelum pelajaran dimulai,aku sempat ngobrol dengan bahwa sehabis pulang sekolah kita akan bermain layang layang di tempat biasa.

Tak lama kemudian masuklah guru kelas untuk menyampaikan materi.Sepertinya waktu sangat panjang dan lama untuk menuju ke jam terakhir. Akhirnya yang dinanti datang juga ,bel dari besi yang digantung de depan kantor guru dipukul oleh pesuruh sekolah : teng ... teng ... teng, begitulah suara bel sekolah berbunyi. Setelah guru kelas-ku memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah dan beliau memimpin doa pulang.

Dalam perjalanan pulang ke rumah, aku,Anto dan Gatot ( Anto dan Gatot adalah teman dekat penulis semasa di sekolah dasar ) terus berbincang untuk bermain layang layang. Sembari ngobrol, aku Anto dan Gatot mempercepat langkah –langkah kaki masing-masing agar cepat tiba di rumah. Setibanya di rumah, aku langsung menuju sumur dan disebelah pojok disediakan teempat wudhu dari tari tanah mirip dengan kendi yang besar, aku langsung mengambil air wudhu,sholat Dhuhur dan mengambil makan siang yang ada di meja makan.

Belum habis nasi di piring,dari depan rumah terdengar ada yang memanggil : ko... aku terus menikmati makan siang seadanya.Terdengar lagi panggilan : ko... ( ko dalah nama panggilan penulis yang biasa digunakan ) Mendengar panggilan yang kedua kali, aku langsung keluar rumah menghampiri suara itu,ternyata kedua teman-ku , Anto dan Gatot. “ Ayuh, sida ora layangan” kata kedua temanku itu. ( “ayuh, sida ora layangane” adalah bahasa Jawa dialek Banyumas dimana penulis tinggal ). Ya sida yah, kata aku membalas.

Tak lama kemudian, aku,Anto dan Gatot bergegas menuju karangan Suwung ( suwung artinya kosong karena ketika musim kemarau tempat itu tidak pernah ditanami )Sebelum pertandingan adu layang layang dimulai, aku dan kedua temanku membuat aturan mainnya, barang siapa yang layang layangnya paling lama terbang diatas kepala , dialah pemenangnya. Setelah semuanya siap, acara dimulai. Masing masing dari kami menyiapkan segala sesuatunya, dan sepertinya sudah oke, aku, Anto dan Gatot mengambil ancang-ancang untuk menerbangkan layang layang kami, dan acara ini dibantu oleh tiga orang anak kecil untuk memegang layang layang kami dan kami bertiga memegang tali senarnya.

Siji, loro,telu, terdengar aba – aba dari kami bertiga secara bersamaan, dan sesaat kemudian ketiga anak yang memegang layang layang kami melepaskan pegangannya. Kebetulan ketika musim kemarau di daerah kami anginnya kencang sehingga memudahkan kami untuk menerbangkan layang layang. Setelah dilepaskan, layang layang aku,Anto dan Gatot terbang dengan enaknya menuju langit di tempat itu.

Sedikit demi sedikit aku, Anto dan Gatot mengulurkan senar layang layang, dan setelah dirasa cukup mencapai ketinggian dan angin sudah stabil, pertandingan dimulai. Pemenang dari pertandingan itu adalah siapa yang layang layangnya paling lama dan posisinya tegak lurus lurus dengan si empunya.Dan ternyata setelah sama sama disaksikan oleh aku dan kedua temanku, layang layangku paling lama dan terbang lurus dengan-ku. Kemudian dari sebelah-ku terdengar kedua teman-ku ini berucap, “ layangan-mu menang,layangan-mu menang” suara mereka keras terdengar di telingaku. Setelah itu, masing-masing dari kami mengikatkan layang layang tersebut di pohon pohon kecil yang tumbuh liar di tempat itu.

Setelah itu, aku dan kedua teman-ku duduk mendekat dan mencari tempat yang rindang untuk menyaksikan layang layang kepunyaan masing masing yang tengah menari nari dengan angin. Sambil berbincang bincang santai,aku,Anto dan Gatot menikmati tarian dari layang layang kami di langit arena pertandingan siang hari dan menjelang sore.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post