Joko Santoso

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
GURU INDONESIA MERDEKA BERKARYA  BERSAHABAT DENGAN DUNIA MAYA

GURU INDONESIA MERDEKA BERKARYA BERSAHABAT DENGAN DUNIA MAYA

Pandemi, oh pandemi bilakah engkau berhenti. Bilakah corona kan pergi. Pertanyaan itu selalu muncul setiap hari. Entah hanya aku atau semua guru memiliki perasaan yang sama, bahwa pandemi menanggung beban mengajar yang lebih berat. Mengajar yang biasanya hanya bermodal buku BSE, masuk kelas, bla bla bla, diskusi, mengumpulkan tugas dan selesai. Sekarang beda. Beda sekali dengan zaman sebelum covid-19 datang. Waktu begitu mendadak. Semua tidak menyangka bahwa kehadiran corona mampu merubah semua tatanan. Termasuk dalam dunia pendidikan. Pembelajaran yang semula berjalan normal berlangsung tatap muka didalam kelas. Berhenti total. Guru dan murid tidak boleh bertemu secara langsung dalam satu ruangan. Belajar secara daring. Pertanyaannya, sejauh mana guru Indonesia siap mengajar secara daring?

Belajar ataupun mengajar secara daring, tentunya bukan hal yang mudah. Hal pertama yang menjadi tuntutan ketika melaksanakan daring adalah jaringan. Belum sepenuhnya system jaringan internet menjangkau wilayah Indonesia. Jangan jauh jauh. Di jawa saja masih banyak daerah yang signalnya masih naik turun. Kadang ada kadang hilang. Setelah jaringan, faktor kedua adalah manusia. Manusia yang saya maksud dalam hal ini adalah guru ataupun juga peserta didik. Untuk peserta didik, saya rasa tidak banyak mengalami kendala. Kenapa saya berpendapat seperti itu? Anak anak sekarang itu anak anak mileneal. Belajar IT itu cepat sekali paham. Dalam hitungan hari, mereka akan mampu mengoperasikan handphone. Bukan hanya untuk game, musik, ataupun pembelajaran. Yang menjadi PR bagi Pendidikan Indonesia saat ini, berapa banyak guru yang mampu memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran jarak jauh?

Saya mengambil data di sekolah saya sendiri. Jumlah gurunya ada 24 orang. Sejumlah 16 guru berusia 45 tahun-58 tahun. 5 guru berusia 40 tahun -45 tahun. Sisanya, 3 guru berusia 28-30 tahun. Dari data ini menunjukkan lebih dari setengah guru berusia lanjut. Lantas apakah mereka siap untuk belajar lagi, di depan layar komputer untuk membuat media bahan ajar, membuat modul, membuat video pembelajaran dan sebagainya. Untuk di sekolah saya, memang tidak terlalu parah. Bapak/ ibu guru yang berusia 58 tahun, masih bersemangat di dalam Menyusun pembelajaran. Tetapi apakah semua guru seperti itu?

Sedangkan penggunaan komputer secara sederhana adalah untuk mengetik naskah word ataupun excel. Itu belum tentu semua guru mampu. Banyak ragam media yang menyediakan ruang pembelajaran. Yang saya tahu, dari pihak google ada google classroom, google formulir, ada google meet. Mungkin bagi Sebagian guru aplikasi itu sudah biasa. Karena sering digunakan. Tetapi bagi guru yang menganggap itu sulit, tentu bukan hal yang mudah untuk menjelaskannya. Sebenarnya dengan menguasai tiga aplikasi diatas, pembelajaran merdeka sudah dapat dilaksanakan.

Pembelajaran merdeka seperti apa? Pembelajaran merdeka yang saya maksudkan disini adalah pembelajaran tanpa harus tatap muka. Pembelajaran bebas tanpa harus terpaku pada jam belajar seperti dulu. Pukul 07.00 harus masuk dan 13.30 selesai. Pelaksanaan pembelajarannya sederhana, guru Menyusun jadwal pembelajaran. Kemudian membagikan jadwal di group Whatssapp. Dari group whatsapp, berlanjut di google meet. Diruang ini guru dapat bertatap muka secara langsung dengan peserta didik. Menyampaikan materi dan mengevaluasi sikap melalui keaktifan dan sikap ketika pembelajaran.

Setelah menyampaikan materi. Guru dapat mengarahkan peserta didik untuk masuk ke google classroom. Disini guru dapat membagikan modul ataupun bahan ajar yang sudah disusun. Guru juga dapat membagikan link video pembelajaran. Entah buatan sendiri ataupun orang lain. Di dalam classroom, guru juga dapat mengecek keaktifan siswa melalui waktu pengumpulan tugas. Apakah dikumpulkan tepat waktu ataukah terlambat.

Aplikasi sederhana yang selanjutnya adalah google formulir. Disini guru akan banyak dibantu. Guru akan langsung dapat melihat hasil pekerjaan siswa tanpa harus repot mengoreksi tugas satu persatu.

Sebenarnya pandemi adalah ladang bagi guru untuk mengembangkan diri secara optimal. Mampukah berjalan mengikuti zaman, ataukah tergerus oleh keadaan.

Perkenalkan nama saya Joko Santoso, S. Pd. Saya lahir di Bojonegoro 8 Pebruari 1978. Saya mengajar di SMPN 1 Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro sebagai guru matematika. Saya mengenal media guru sejak tahun 2017 dan mengikuti pelatihan menulis di Hotel Dalwa Pasuruan. Alamat email saya : [email protected] . Nomor WA aktif saya 08121745527

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post