10 Kesalahan Fatal Guru di Kelas Yang Dibenci Muridnya, dan Cara AMPUH Mengatasinya
Kata “Guru” berasal dari bahasa sanksekerta yang merupakan gabungan dari dua suku kata, yakni “gu” yang berarti kegelapan (darkness) dan “ru” yang berarti terang (light) atau cerah. Seorang guru membawa murid-muridnya dari ketidak tahuan menjadi tahu, paham dan mengerti. Guru adalah sosok digugu dan ditiru, artinya perilaku guru menjadi teladan bagi murid dan lingkungannya.
Tugas guru adalah memberi pencerahan. Untuk memberi pencerahan guru harus menguasai ilmu dan kompetensinya. Dan untuk menjadi guru professional guru harus memiliki 4 kompetensi seperti kompetensi akademis, pedagogis, kepribadian dan kompetensi sosial. Dari pandangan murid, guru yang berhasil dan disenangi muridnya adalah sosok guru yang penuh perhatian, sabar, memotivasi dan bisa menjadi tempat “curhat”. Namun, tidak semua guru memiliki cara, metode dan pendekatan yang baik dalam mengelola kelasnya. Dari kumpulan hasil survey, saya menginventasir perilaku guru yang dibenci muridnya, dan menjadi kesalahan fatal bila tidak segera diatasi. 10 Kesalahan Fatal Guru : 1. Tidak punya perhatian, 2. Pilih kasih, 3. Tidak kompeten mengajar, 4. Terlalu menuntut, 5. Terlalu kaku, 6. Keras, 7. Disiplin berlebihan, 8. Sinis, 9. Suka marah- marah, 10.Membawa masalah pribadi ke sekolah
Cara AMPUH Merebut Hati Murid Mengajar dengan baik bukanlah soal teknik dan cara yang dipakai, tetapi kepada integritas pelakunya, yakni guru itu sendiri . Seorang guru AMPUH mampu menciptakan hubungan antara dirinya, mata pelajaran yang diajarkan, dan murid murid sehingga mereka bisa menciptakan dunia mereka sendiri.
Untuk mengatasi masalah di atas, menurut pengalaman, cara AMPUH ini betul betul Ampuh , berikut uraiannya: #Cara “A”: Asertif dalam Bertindak Guru Asertif adalah guru yang tegas tetapi tidak kasar. Asertif adalah sikap yang tegas dan memiliki keberanian menyatakan pendapat. Ada 3 komponen dasar dari sikap asertif yaitu : (1) Kemampuan mengungkapkan perasaan, (2) Kemampuan mengungkapkan keyajinan secara terbuka, dan (3) Kemampuan untuk mempertahankan hak hak pribadi ( tidak membiarkan orang lain mengganggu dan memanfaatkan dirinya). Tujuan perilaku asertif adalah mengkomunikasikan sesuatu dalam suasana saling percaya. Konflik yang muncul dihadapi dan solusi dicari untuk menguntungkan semua pihak.
#Cara “M”: Menghargai Murid Mari kita bertanya kepada diri sendiri. Apakah guru Anda, atau sebagai guru, mana yang sering dilakukan: memberi pujian atas perilaku baik murid atau mengkritik, menyalahkan, menasehati, memerintah, dan memberi label? Tanpa disadari, murid murid ternyata haus akan pujian guru. Setiap manusia, apapun latar belakangnya memiliki kesamaan yang mendasar yaitu ingin dipuji, diakui, didengarkan dan dihormati.
#Cara “P”: Pandai Membina Hubungan Baik Dalam pembelajaran, pengetahuan yang diajarkan sama pentingnya dengan cara memberikan pelajaran itu sendiri. Sebaik apapun ilmu pengetahuan yang diajarkan, jika cara memberikan pelajaran tidak menarik, semua akan sia-sia. Cara menyampaikan pelajaran adalah cara guru berkomunikasi terhadap muridnya. Dalam membina hubungan baik, tentu saja guru harus menguasai cara dan teknik berkomunikasi. Keterampilan interpersonal dan komunikasi dalam mempresentasikan materi pelajaran di kelas sangat menentukan suksesnya proses belajar mengajar.
#Cara “U”: Usaha Optimal Anak “bodoh” adalah label buruk yang seharusnya tidak diungkapkan, apalagi kepada murid yang masih mengalami perkembangan kecerdasan dan kejiwaan. Orangtua dan guru seharusnya tidak meremehkan kemampuan anak atau murid. Untuk melakukan usaha optimal, seorang guru harus memiliki niat dan keyakinan. Niat keyakinan yang kuat untuk mengubah anak yang biasa biasa saja menjadi anak yang luar biasa, anak yang memiliki kebiasaan buruk menjadi kebiasaan efektif. Selain itu guru juga harus memiliki kebiasaan efektif. Dalam buku Cara AMPUH saya mengulas bagaimana pandangan Stephen R. Covey dengan buku 7 Habits of Highly People yang diimplementasikan dalam kebiasaan di sekolah.
#Cara “H”: Hindari Kekerasan dan Rasa Takut Perlakuan yang menimbulkan rasa takut yang dialami anak dapat memberikan dampak negatif bagi tumbuh kembangnya. Anak yang mengalami rasa cemas akan mengalami ganguan psikologis seperti kurang percaya diri, rendah diri, dan merasa tidak berarti dalam lingkungannya sehingga tidak termotivasi untuk mewujudkan potensi potensi yang dimilikinya. Untuk itu guru di kelas harus mengubah kata kata ancaman menjadi kata ajakan yang memotivasi. Bagaimana mengetahui penyebab kekerasan, cara mengatasi konflik kekerasan? Karena keterbatasan ruang, akan di bahas pada edisi selanjutnya.
Demikian kesalahan fatal guru di kelas dan cara mengatasinya, Bila Anda ingin mendapatkan ulasan lengkapnya segera dapat memiliki buku Cara AMPUH Merebut Hati Murid yang dapat dibeli di toko buku Gramedia dan toko buku di kota Anda.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar