Joko Wahyono

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
JANGAN ASAL FULLDAY SCHOOL

JANGAN ASAL FULLDAY SCHOOL

Baru baru ini sekolah kami kedatangan rombongan tamu dari 3 sekolah di Samarinda. Kedatangan rombongan yang berjumlah 28 orang yang terdiri dari pengawas sekolah, kepala sekolah, dan wakil kepala sekolah tersebut tidak terlepas dari apa yang telah ramai dibicarakan di media, yaitu tentang “Full Day School” dan “Beban 40 Jam Mengajar Guru di Sekolah”.

Sejak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Muhadjir Effendi melontarkan 2 ide yang kabarnya akan menjadi kebijakan tersebut, para pengambil kebijakan pendidikan di daerah sibuk mencari tahu seperti apa ide pak Menteri ini bila kelak dikeluarkan menjadi peraturan dan kebijakannya.

Wajah gelisah dan cemas terpancar dari wajah tamu kami, ketika kami menjelaskan tentang apa yang mereka anggap full day school dan beban 40 jam mengajar di sekolah kami. Bagi guru guru di sekolah negeri yang biasanya mengajar rata rata 5 jam sehari, perubahan menjadi 8 jam sehari bukanlah hal yang mudah, namun harus segera disikapi. Untuk itu mereka mencari tahu dari sekolah yang telah terlebih dahulu melaksanakan full day school.

HATI HATI DENGAN FULL DAY SCHOOL

Seperti apa full day school itu? Belum ada jawaban dan aturan yang baku. Sebagian sekolah menyatakan bahwa full day school itu adalah tambahan program dan banyaknya waktu berada di sekolah. Dr. Reni Akbar, M.Psi, seorang psikolog dan dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, dalam sebuah seminarnya pernah mengingatkan, agar penyelenggara sekolah berhati hati menyelenggarakan “sekolah seharian” ini. Panjangnya waktu di sekolah, bila tidak disertai iklim sekolah yang nyaman dan menyenangkan akan menciptakan anak anak stress dan frustasi. “Bayangkan, bila orang dewasa yang bekerja 8 jam sehari saja sudah lelah, bagaimana anak anak yang baru berusia 6 tahun, yang datang ke sekolah diantar orang tuanya sebelum pukul 7 pagi dan dijemput setelah pukul 17 sore, ditambah kemacetan yang terjadi di kota-kota besar, praktis mereka seharian berada di sekolah dan di jalan. Lalu, kapan mereka dapat bersosialisasi dengan lingkungannya, kapan mereka bermain dengan teman sebayanya? Kapan pula mereka bercengkrama dan menikmati kehangatan sebuah keluarga, bila anak anak itu pulang sekolah sudah malam, lelah dan mengantuk?.” Katanya.

Sebenarnya untuk siapa full day school itu diselenggarakan? Apakah untuk murid, guru, atau untuk pemerintah?

KESEJAHTERAAN DAN KEBAHAGIAAN ANAK

Sebaik-baiknya pendidikan adalah pendidikan yang menyejahteraan dan membahagiakan anak, Untuk itu segala kebijakan dan aturan yang dibuat seyogyanya dipersembahkan untuk Anak Indonesia yang sejahtera dan bahagia. Bukan semata mata untuk mengurangi beban orang tua dan menganggap sekolah sebagai “tempat penitipan anak”, atau sekedar menambah beban kerja guru agar guru tampak seperti pekerja professional.

Lalu, bagaimana menyelenggarakan full day school, dengan memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan anak? Berikut tips “Ramah Anak” yang telah kami lakukan di sekolah kami.

1. Ramah Waktu; Beban waktu yang proporsional akan menghindari murid dari kelelahan fisik dan mental (stress). Maksud proporsional di sini adalah pengaturan waktu belajar dan usia anak. Anak kelas 1 dan kelas 2 SD cukup belajar maksimal 6 jam sehari, kelas 3 dan 4 bisa sampai 7 jam, sedangkan anak kelas 5, 6 dan anak usia SMP ke atas belajar hingga 8 jam sehari.

2. Ramah Perhatian; durasi waktu yang begitu panjang tentu akan efektif, bila guru tidak dibebani murid yang terlalu banyak di setiap kelasnya. Idealnya sebuah kelas diisi 25 sd 30 murid dan diampu 1 – 2 orang guru. Dengan jumlah murid ideal setiap guru dapat memperhatikan potensi anak dan mengoptimalkan perkembangan individualnya.

3. Ramah Psikologis ; Suasana kelas dan sekolah akan nyaman, bila diampu oleh guru yang kreatif dan menyenangkan. Guru seperti apa? Guru yang menyenangkan adalah guru yang suka mengajak daripada memerintah, guru yang membebaskan muridnya dari ancaman dan kekerasan, dan guru guru yang tulus yang bekerja dengan hati.

4. Ramah Lingkungan; semakin lama anak di sekolah, membutuhkan tempat dan lingkungan yang nyaman. Tidak hanya tempat yang nyaman, suasana sekolah pun harus membuat anak anak merasa betah untuk berlama lama di sekolah. Anak akan merasa nyaman bila warga sekolah saling menghargai, akrab, menjaga kesopanan, sehat, asri dan demokratis.

Seharian di sekolah bersama teman teman yang baik, guru yang ramah, lingkungan sekolah yang mendukung kreativitas dan suasana yang menyenangkan, tentu akan sangat membahagiakan. Semoga niat yang baik menyelenggarakan full day school, didukung dengan cara cara yang tepat akan menghasilkan anak Indonesia yang cerdas berakhlak mulia dan menjadi kebanggaan kita semua.

Joko Wahyono, Manager Pengembangan di Yayasan Fastabiqul Khairat Samarinda, dan Master Trainer Nasional Literasi Produktif Ikatan Guru Indonesia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post