JON HENRI SIPAYUNG

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PENDERITAANMU IBU adalah TANGISKU

PENDERITAANMU IBU adalah TANGISKU

PENDERITAANMU IBU adalah TANGISKU

Hormatilah orang tua mu, perkataan ini kerap kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari. Perjuangan yang dilakukan oleh seorang ibu, untuk membesarkan anak-anaknya dia penuh dengan pengorbanan. Terkadang seorang ibu tidak mengenal waktu, kita dibesarkan mulai dalam kandungan dibawanya selama 9 bulan, pada waktu balita yang mana dalam proses ini diberi asi, makan, minum. Kemudian masuk pada masa anak-anak, disekolahkan pada Sekolah Dasar si ibu juga menyiapkan kebutuhan buah hatinya yang meliputi kebutuhan sekolah dan pakaiannya. Tahap Selanjutnya anak masuklah pada masa remaja, ibu dengan extra untuk memperhatikan tingkah laku si anak agar buah hatinya jangan salah melangkah dalam kehidupannya sebagai bekal di masa depannya nanti. Biasanya yang saya dengar di sini ada sering pernyaan dari orang tua “ baik-baik sekolah nak, itu adalah untuk masa depanmu dan keluargamu”.

Pernyaan kalimat di atas ini benar sekali saya rasakan dalam kehidupan sehari-hari saat ini, kami sekeluarga ada 5 orang terdiri dari 3 laki-laki dan 2 orang perempuan, saya anak paling besar dan kami dibesarkan di daerah perkebunan PTP VI Tinjowan (saat ini namanya PTPN IV Tinjowan), ayah kami karyawan BUMN, berprofesi sebagai mandor untuk persiapan bibit sawit dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Ayah bekerja sebagai karyawan mulai tahun1965-1997), gaji ayah kami untuk menghidupi anak dan istrinya pada kami masih kecil-kecil boleh dikatakan pas-pasan, setelah saya tamat SMA tahun 1989 testing ke IKIP Negeri Medan mengambil prodi PMP & KN Hasilnya dinyatakan tidak lulus,tetapi ibuku tetap memberi motivasi karena dia tahu keinginan kuliahku kuat. Ayah terus terang mengatakan kalau untuk meyekolahkan anak ke perguruan tinggi dengan gaji seorang karyawan tidak sanggup. Akhirnya kedua orang tua ku sepakat untuk melanjutkan pendidikanku ke FKIP Nommensen Pemtangsiantar pada tahun 1989 dengan cara menjual sawah warisan, seingat saya waktu itu uang kuliah Rp450.000,00 per tahun.

Usaha yang dilakukan oleh ibu kami untuk membantu ayah di dalam memenuhi kebutuhan kami adalah dengan cara bersawah menanam padi di Ujung Padang, tetapi kami ini menyewa sawah orang lain marga Manurung dan pernah tidak mendapatkan hasilkarena air sungai banjir dan merendam tanaman padi, selain itu ibu juga menanam sayur di sekitar pekarangan rumah seperti daun ubi, cabe,terong, papaya dan hasilnya dijual ke kedai kelontong Ompung Girsang. Uang hasil dari menjual sayur lumayan untuk membantu biaya makan saya waktu kuliah di Pematangsiantar tak hanya itu, seingat saya banyak yang dilakuakan oleh ibu lima anak ini untuk menopang biaya kuliah anaknya. Karena ibu ini mempunyai prinsip anak ki do hamoraon di au (anak ku adalah kekayaan bagi ku). Kebun Tinjowan waktu itu memberi kesempatan kepada karyawannya untuk menaam jagung di sekitar tanaman kelapa sawit yang jarang pokoknya, ibu saya terus bergegas mendaftar dan mengambil cangkul serta peralatannya. Kalau ayah kami hal seperti ini kurang mendukung yang urusannya dengan berladang, hanya karena ikut ibu sajanya ini.

Seirng dengan berjalannya waktu ada masaaya ayah pensiun tahun 1997, kemudian anak-anaknya menikah satu persatu. Kesehatan ayah mulai menurun dan tanggal 26 Juli 2009 ayah kena sakit stroke yang ke-2, opname selama satu minggu di rumah sakit Tinjowan, kemudian dirujuk ke rumah sakit Pabatu, dua minggu di rumah sakit Pabatu di kirim ke rumah sakit Marta Friska. Selama perawatan di rumah sakit inilah saya lihat perjuangan ibu kami merawat, mendampingi ayah kami ini dan terkadang tidak tidur sampai satu malam apabila situasi ayah kami gawat. Ayah kami ini akhirnya disuruh dokter pulang ke rumah dan dirawat ibu kami selama 7 tahun 2 bulan dengan kondisi stroke dan hanya bisa tidur ditempat tidur saja. Akhirnya pada tanggal 24 September 2016 ayah kami dipanggil Tuhan (meninggal). Tentunya ibu kami sangat terpukul perasaannya dengan kepergian ayah kami ini di usia 74 tahun 2 bulan.

Situasi sudah berubah ibu tinggal sendiri di rumah, walaupun ada adik saya tinggal dikebun dengan jarak rumah radius 4 km, sejak ayah saya meninggal mulai Desember 2016 saya berkata kepadanya “ bu tinggal di rumah kami saja di Pematangsiantar” jawabnya “ sudahlah di rumahku lah dulu masih banyak ayam ku” ujarnya. Ya memang benar, tapi menurutku apalah salahnya kalau datang ke rumah kami tinggal entah dua bulan saja baru setelah itu pulang lagi kerumahnya. Lalu seingat saya waktu ayah sakit, saya tawarkan pun untuk tinggal bersama kami tidak mau. Di usianya yang semakin tua ibu kami ini sudah sering sakit, di bulan Juni 2021 yang lalu digigt anjing terpaksa suntik dengan harga yang cukup mahal. Saat ini hamper sekali dua minggu berobat baik ke dokter, perawat dan pengobatan alternatif ke Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Hasil berobat ke dokter spesialis tulang bulan November 2021 di rumah sakit Vita Insani Pematangsiantar, difoto hasilnya dinyatakan keropos tulang, lalu saya anjurkan untuk pindah faskes ke Pematangsiantar agar tinggal di rumah kami juga tidak mau. Kembali saya coba mengatakan”bu tinggal di rumah kami saj di Pematangsiantar” sembari terus tersenyum dia mengataakan” sudahlah amang (nak) di rumahku lah aku”. Mendengar jawabannya ini saya sedih, mengapa ibu tidak mau tinggal di rumahku, saat ini situasinya jalan saja sudah sulit dan terkadang harus dibantu dengan tongkat.

Ketika saya mendengar kabar ibuku sakit saya sedih dan menangis, dimasa-masa tuanya ibuku menderita. Mengapa dia tidak mau tinggal bersama kami? Memang banyak orang tua mengatakan lebih enak tinggal di rumahnya sendiri. Selamat ulang tahun ke-70 Mamak ku 31 Januari 2022 (Ompung Gerhard Daboru), semoga penyakitmu berkurang sedikit demi sedikit tiap hari. Horas.Diateitupa (terimakasih).

Tantangan menulis Gurusiana hari ke-1

1 Pebruari 2022, Jalan Sitalasari Pematangsiantar

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terharu. Kenangan yang penuh perjuangan hidup. Semoga ibunda lekas sembuh ya bapa Uda.

02 Feb
Balas



search

New Post