Joni Setiyawan

Saya adalah seorang guru biasa yang berasal dari sebuah desa kecil di kabupaten Kebumen. Tepatnya di Desa Semondo kecamatan Gombong. Saya terlahir dari seorang ...

Selengkapnya
Navigasi Web
ASTINA DI BUMI KEBUMEN
https://www.senibudayaku.com/2018/07/tokoh-wayang-kulit.html

ASTINA DI BUMI KEBUMEN

Kemarin, kami bersiap pergi ke Kebumen untuk review berkas. Sesuai kesepakatan bersama, kami harus berangkat pukul 09.30 WIB. Pada saat menunggu waktu, aku membereskan berkas–berkas yang harus aku bawa ke Kebumen. Temanku sepertinya sudah membereskan berkasnya sejak kemarin. Di saat mendekati waktu keberangkatan, berkasku belum selesai menatanya. Keringat dingin mulai mengalir tipis. Dengan gugup, aku menyelesaikan penataan berkasku. Penataan berkas akhirnya selesai juga pada saat akhir waktu yang telah disepakati bersama. Waktu sudah tepat pukul 09.30, namun kendaraan belum juga muncul di hadapanku.

“Tahu begini, tadi aku santai saja dalam menata berkas”, dalam hatiku berujar. Tapi tidak mengapa lah, sambil istirahat setelah “gobyos” tadi.

Tepat pukul 09.45, kendaraan datang. Kami memasukkan berkas ke dalam mobil bersama. Berkasku ternyata yang paling sedikit dibandingkan dengan teman–temanku.

“Berkasku koq paling sedikit ya?”, tanyaku kepada teman–teman.

“Ya jelas sedikit, berkasnya jenengan kan yang dibawa hanya 1 berkas, kami membawa berkas keduanya”, salah seorang menjawab,

“Oh ya ya”, jawabku singkat sambil menganggukkan kepala.

Aku duduk di samping pak supir. Pak supir ini pernah aku lihat sepertinya. Ternyata memang benar apa yang kuduga. Dia adalah salah satu kerabat dari teman SMP ku. Dalam perjalanan, teman–teman mengolokku. Mereka mentertawakan keadaanku yang kelihatan masih tergopoh–gopoh. Aku hanya diam dan senyum kecut saja, karena memang kenyataan seperti itu. Ketika aku merasa aku menjadi bulan–bulanan mereka, aku berusaha mengalihkan pembicaraan. Aku membuka obrolan ringan dengan pak supir. Dari obrolan kami, aku sedikit mengetahui latar belakang beliau.

“Maaf Mas”, aku mulai mengajukan pertanyaan.

“Maaf mas, apakah jenengan masih saudara dengan temanku yang dulu rumahnya di dekat tukang urut tulang?”.

“Iya, pak”, jawab mas supir.

“Oww, berarti jenengan itu masih keturunan astina ya?” tanyaku lagi.

“Hehehe, katanya begitu pak”, mas supir menjawab dengan sambil konsentrasi melihat jalan.

Mendengar percakapanku dengan mas supir, teman–temanku berhenti mengolokku. Mereka ternyata juga terhenyak mendengar itu.

“Oww supir ini astina”, mungkin mereka berkata dalam hati. Aku tidak melanjutkan percakapan tentang astina lagi, karena aku berpikir kalau ini sebuah privasi bagi beliau. Namun, aku akan bertanya personal saja nanti tentang astina ini.

Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 10.20 WIB ketika mobil berhenti di halaman parkir kantor, di mana kami akan memverifikasi berkas–berkas yang kami bawa. Kami menemui petugas yang memverifikasi berkas, lalu kami menggelar berkas kami di hadapan petugas. Setelah semuanya diverifikasi, kami merasa plong dan lega. Pemikiran dan usaha kami sudah ada jawabannya, sehingga kami tahu, kekurangan berkas kami. Dalam perjalanan menuju parkiran, salah satu teman mengusulkan untuk mecari tempat makan siang.

Setelah sampai di tempat makan siang, aku duduk bareng dengan mas supir. Pada saat menunggu pesanan makanan datang, aku lanjutkan pertanyaan saat dalam perjalan yang terputus.

“Mas, boleh tanya lagi ya, tentang astina tadi”, tanyaku.

“Silahkan pak, ndak papa”, jawab mas supir.

“Setahuku, kalau astina itu, orangnya eksklusif loh mas, ndak bisa berbaur dengan masyarakat umum”. Kuberanikan diri bertanya seperti itu, karena mas supir kelihatannya juga terbuka dan ramah.

“Begini loh pak, saya itu memang dari keluarga astina. Tapi keluarga kami adalah keluarga yang pertama kali keluar dari trah astina”.

“Diawali oleh ibu saya yang menikah dengan orang luar trah, dan selanjutnya anak–anaknya seperti saya mengikuti jejak ibu saya”.

“Di trah astina, diharapkan untuk tidak menikah dengan orang di luar trah astina. Oleh karena itu, ketika ibu saya menikah dengan orang luar, ibu saya dijauhi dan tidak dianggap bagian dari keluarga”. Jawab mas supir sambil tersenyum.

“Karena trah astina itu, berpikir harta bendanya agar tidak boleh keluar dari trah astina (ora keliya). Jadi mereka harus menikah dengan kerabatnya sendiri. Namun bagi saya, itu tidak baik. Karena itu akan menimbulkan kecacatan pada anak kita, ketika pernikahan itu dalam satu darah”, mas supir menjelaskan dengan semangat sekali. Pada saat pelayan mendekat sambil membawa baki makanan, kami berhenti berbincang.

Setelah kami menikmati semangkok mie ayam “Aan” yang terkenal di Kebumen, kami beralih tempat duduk di luar ruangan. Sambil menunggu teman–temanku menyelesaikan makan siangnya, aku lanjutkan percakapan tentang astina.

“Mas, sebenarnya astina artinya apa?”, tanyaku.

astina itu adalah keturunan keraton yang bidang usahanya berdagang pak”, Mas supir menjawab dengan sambil tersenyum.

“Oh. Berarti jenengan termasuk Raden Mas ya?”, saya menimpali. Mas supir hanya tersenyum.

“Di kebumen trah astina banyak pak. Makanya jika saja dikumpulkan, kami bisa menjadi suara yang signifikan dalam pilada nanti”, kata mas supir menjelaskan padaku sambil tertawa lepas.

Ketika adzan sholat dzuhur berkumandang, teman-temanku telah menyelesaikan makan siangnya. Kemudian kami menuju mobil untuk kembali ke Gombong. Perjalanan melewati jalanan utama kota Kebumen, kami bisa melihat Tugu Lawet di perempatan Jalan Pemuda, alun – alun Kebumen yang luas yang di tengah–tengahnya terdapat 2 (dua) pohon beringin. Kami menyebrangi kali Luk Ulo dengan jembatan pelanginya, meyusuri jalanan atara Kebumen–Gombong dengan kesemrawutan pasarnya. Sesampainya di kantor, aku berpikir bahwa Tuhan telah mengatur semuanya.

#Kebumenku391

#Umahgombong

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post