Kemarin bertepatan dengan hari Rabu tanggal 20 Desember 2017, madrasah kami mengundang wali murid untuk mengambil raport hasil belajar anak - anaknya. Dan kebetulan saya merupakan salah satu wali kelas dari 24 kelas yang ada di madrasahku. Maka dari itu saya harus membagikan raport pula.

Tepat pukul 08.00 WIB aku memasuki ruang kelas dengan membawa setumpuk map raport yang berjumlah 35 siswa. Di ruangan kelas sudah hadir sebagian wali murid yang sedang menuggu kedatanganku. Sebelumnya saya sudah mempersiapkan nomer antrian untuk diambil oleh wali murid yang datang lebih awal sehingga akan menereima raport lebih dulu, saya tidak memanggil sesuai abjad daftar absen siswa di kelas.

Setelah semuanya terkondisikan, map raport sudah siap, majalah madrasah yang akan dibagikan ke pada wali murid setiap semester juga sudah tersiapkan serta kalender madrasah sudah tersaji, maka saya buka pertemuan dengan wali murid dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar bapak/ibu wali murid. Sebelum saya mulai untuk membagi, saya menyampaikan pesan - pesan dari pihak madrasah tentang hari libur, pengawasan anak di dalam liburan serta pesan sponsor dari Tata Usaha agar bisa melengkapi administarsi yang belum terselesaikan, Walau tidak harus menyelesaikan administrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan raport. Karena ini akan melanggaran aturan ketika raport tidak dibagikan karena kekurangan bayar administrasi.

Ada tambahan informasi dari saya pribadi selaku wali kelas, karena mungkin hanya saya saja di antara ke 24 kelas yang tidak melakukan perankingan. Sebelum proses pembuatan raport saya mendapatkan kiriman video dari sebuah group whtasapp. Isi video yang disampaikan oleh Bapak Munif Chatib menerangkan bahwa kecerdasan anak itu tidak harus diukur oleh angka. Namun dari kebiasaan mereka dalam menyikapi kehidupan. Dan juga di kurikulum 2013 memang tidak dinyatakan ada ranking dalam raportnya. Sehingga semakin kuat diri saya untuk tidak menampilkan ranking di kelas saya.

Ada beberapa wali murid yang memaksa untuk mengatahui, ranking berapa anak saya ? terus bagaimana nilai anak saya ?

Dengan sabar dan dibarengi senyuman saya jawab pertanyaan itu. "Maaf bapak / ibu, di kurikulum 2013, memang tidak ditampilkan ranking sehingga saya belum tau putera / puteri bapak / ibu ranking berapa, terus masalah nilai - nilai anak bapak/ibu semuanya sudah ada di laporan hasil belajar yang sudah saya bagikan, silahkan dilihat dan dicermati bagaimana anak - anaknya dalam belajar selama satu semester ini. Sehingga dapat menjadi bekal bagi bapak / ibu untuk bisa membantu membimbing agar bisa mempertahankan atau meningkatkan kemampuannya. jangan sampai malah menurun di semester ke depan. Untuk anak - anaknya agar bisa mengantispasi dalam pelajaran di semester genap.

Setelah ada penjelasan seperti itu, mereka paham dan mengucapkan terima kasih atas bimbingan terhadap anak - anaknya selama satu semester ini, dan malah menitipkan anaknya untuk semester ke depan agar selalu diawasi dan dibimbingnya.

Setelah waktu yang telah tertera di undangan pengambilan raport sudah habis, yaitu pukul 09.30, maka dengan masih ada sisa 3 map raport yang belum diambil, saya menuju ke kantor Tata Usaha untuk melaporkan bahwa masih ada 3 wali murid yang belum sempat hadir mengambil raport hasil belajar, jika nantinya mereka datang, mohon pihak Tata Usaha melayani pengambilan raportnya.

Hari ini, saya membagi senyum kepada 32 wali murid dengan senyuman ramah dan dengan tulus ikhlas. Semoga dengan senyuman ini menambah kepercayaan wali murid kepada madrasah untuk menitipkan anak-anaknya dididik di madrasah.

Gombong, 21 Desember 2017

dini hari