DINI ANDINI, DINA ANDANA
BAGIAN 4
Esok hari dilihatnya Andin belum terbangun. Ibunya memandangi lalu membelainya. Ia kaget ternyata badan Andin panas. Ia bingung. Harjo sudah berangkat kerja. Saroh berlari menemui tetangganya dan meminta tolong untuk mampir dan memamitkan majikannya kalau ia tidak bisa kerja hari ini karena anaknya sakit. Saroh segera membawa Andin ke puskesmas terdekat. Untunglah panas Andin segera turun. Ia yakin anaknya kaget dengan kejadian penculikan kemarin. Selang beberapa jam badan Andi panas lagi. Saroh menjadi bingung . Ia mencoba mengompresnya agar panasnya turun. Sesekali ia melihat Andin menggenggam tangannya seperti orang ketakutan.
Tidak seperti biasa Harjo pulang lebih awal. Ia merasa tidak tenang. Ia masih teringat akan cerita istrinya dan ia belum sempat bertemu Andin karena ia masih terlelap tidur saat ia pergi. Baru saja suara motor tuanya berhenti, strinya segera menghampirinya dan mengatakan kalau Andin panas dan panasnya tidak tentu. Malam itu mereka memutuskan untuk pergi ke dokter. Dokter mengatakan jika Andin mungkin kaget sebelumnya. Saroh terbengong mendengar perkataan dokter
Malam semakin larut . Harjo dan Saroh saling terdiam. Mereka hanya memandangi Andin yang sudah lelap karena reaksi obat yang diminum. Harjo dan Saroh saling termenung memandangi atap kayu rumah yang sudah jelek dan banyak sarang laba-labanya.
" Besok aku tidak bekerja dulu, Mas. Andin masih sakit. Jika perlu aku memutuskan untuk berhenti bekerja. Aku minta pamit Bu Lilik dulu.” Saroh memecahkan keheningan itu.
“ Kamu sudah yakin. Apa kamu merasa sudah cukup hanya dengan mengandalkanku saja ? “ tanya Harjo.
“ Keselamatan anak kita lebih penting, Mas. Aku tidak akan menuntut apa-apa darimu. Bagiku hidup tenang dan nyaman adalah suatu kebahagiaan. Aku tidak mengukur hidupku dari materi. Aku tahu siapa aku dan aku tahu siapa kamu, Mas. Asal kita selalu bersama-sama, semuanya akan jadi berbeda. “ Saroh mencoba memberi pengertian pada suaminya.
“ Terserah kau, saja.” Tugasku hanya mencari uang saja agar kita selalu bisa makan. Kau urus saja semua yang kau anggap baik.”
Saroh tidak menyahut perkataan suaminya. Mereka masih tetap saling terdiam, termenung dan larut dalam keheningan malam yang akhirnya membius mereka dalam pulasnya tidur. ………….BERSAMBUNG
SALAM LITERASI
REMBANG, 4 JULI 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
makin informatif dan inspiratif
Keren Bu..ceritanya Kelanjutannya ditunggu bu
Semoga Andini cepat sembuh