TANTANGAN HARI KE 25

Ratih , Rosa, dan orang tuanya sudah siap untuk pergi ke Balai kota untuk menyaksikan kompetisi fashion batik yang digelar oleh bupati dalam rangka hari pendidikan nasional. Ratih bangun paling awal dan berdandan secantik mungkin dengan kostum batik terbaiknya. Baru sepuluh menit berjalan,  Ratih menyuruh ayahnya mengemudi agak cepat. Ibunya menasehati Ratih untuk tidak terburu-buru. Waktu show masih sekitar satu jam lebih . Ratih tidak mengindahkan ibunya . Ia masih ngotot agar ayahnya mempercepat laju kendaraannya.

Rasa tidak sabar Ratih  lebih tak terbendung ketika sampai di perempatan jalan. Lampu merah yang menyala lama,  ditambah mobil yang berjejer dan memanjang ke belakang menambah kejengkelannya.  Mobil yang sudah dingin terasa panas karena ia dibakar emosi dan ketidaksabarannya.

Ayah Ratih segera melepas pedalnya dan menambah kecepatannya. Ibu Ratih  yang tidak biasa melihat sikap suaminya mengemudi dengan mengebut menjadi sedikit cemas dan berusaha menenangkannya. Tak lama kemudian mereka sampai . Begitu mobil berhenti , Ratih langsung membuka pintu dan berlari sekencang mungkin. Ibunya berteriak-teriak dan memanggilnya. Namun ia sudah hilang di belokan gedung balai kota. Ibunya yang sempat bingung menunggu Ratih di depan samping pintu  masuk. “ Em… Eeemm “ Ibunya menengok ke kiri dan ke kanan mencari  suara itu. Dilihatnya Ratih sudah ada dibelakangnya. Ia mendekati ibunya dan membisikkan kalimat di telinganya kalau ia tidak bisa menahan hasratnya lagi . Takut keluar duluan. Ia kebanyakan sarapan dan sedikit gugup karena baru pertama kali berjalan di atas catwalk.

 SALAM LITERASI