TANTANGAN MENULIS HARI KE-28

Aku merasa diriku tidak sehebat di SMP terutama dalam hal pelajaran bahasa Inggris. Aku paling getol menghafalkan kosakata bahasa Inggris bahkan sering ngomel sendiri ngomong pakai Inggris. Semangatku mendadak turun. Bu Venti yang dijuluki bu Centil guru bahasa Inggrisku ketika kelas 1 SMA itu malah tidak membuatku semangat. Bu Venti yang cantik, lembut suaranya, dekat dengan murid, dan jarang sekali marah tidak memacu juga semangatku. Jika semua siswa sangat antusias saat diajar bu Venti terutama cowok-cowok tapi aku justru kebalikannya. Entah apa yang sedang terjadi padaku

Aku sulit sekali meangkap pelajaran Bu Venti . Bila Bu Venti mengajar di depan kelas , aku sudah berusaha mendengarkannya. Tapi semakin aku memperhatikan bu Venti , aku malah dipermainkan oleh pikiranku dengan bayangan gadis yang selalu aku boncengkan setiap hari.

Reta yang aku kenal lewat ajang Jambore sudah ada ditempat parkir sepeda. Kebetulan arah rumah Reta sejalur denganku. Reta tidak ingin naik angkot berdesak-desakan ketika jam pulang sekolah. Ia menanyakan padaku apakah aku tidak keberatan jika aku memboncengnya pulang sekolah. Aku agak terkejut dan mengiyakannya. Aku merasa semakin dekat dengan Reta . Hingga suatu hari Reta memintaku untuk mengantarnya sampai rumah. Hatiku mulai dag-dig dug dan tidak karuan. Sesampai di rumah Reta menyuruhku menunggunya sebentar dan ia keluar menyerahkan sebuah kado untukku. Sambil tersenyum dia menyuruhku untuk membukanya di rumah. Sebuah kamus baru dan ada tulisan “ Belajarlah dan carllah sahabat terbaikmu. Reta, keponakan ibu banyak cerita tentangmu. Kalian sangat cocok. “ Aku langsung lemas dan malu sekali karena ternyata diam-diam bu Venti memperhatikanku dan lebih parahnya lagi Reta ternyata ….. bu Venti.

Rembang, 28 Juni 2020

Salam Literasi