Husain meminta Yandi untuk tinggal di rumahnya. Segala macam akomodasi dan keperluannya ditanggung oleh Husain. Dia berharap Yandi tenang dan aman di sana. Dia bisa fokus belajar tanpa ada rasa was-was.

Secara diam-diam Husain mengambil sampel rambut Yandi. Kemudian dia juga mengambil rambutnya. Untuk memastikan jika Yandi adalah anak kandungnya, kedua sampel rambut tadi diberikan ke dokter bagian tes DNA. Husain berharap jika dugaannya tersebut benar. Hasil tes DNA tersebut dapat diterima keesokan harinya.

Rasa deg-degan pun terasa. Husain dengan degupan jantung menunggu hasil tes DNA keesokan harinya. Perasaannya berkecamuk antara positif atau negatif tentang status anaknya. Dia telah siap sedia menerima konsekuensi yang ada.

Lamunan Husain terhenti ketika seorang perawat memanggil namanya. Dia tersentak kaget dan sedikit berlarian menuju ke ruang dokter. Dokter memberikan selembar surat yang beramplop. Dokter menyilahkan Husain untuk membukanya.

Dengan sedikit gemetar dia menerima amplom. Secara perlahan surat dibuka. Dengan mata yang nanar dan penuh keharuan, dia membaca hasil tes DNA. Tertulis di bagian tengah surat 100% positif. Air mata Husain tak sengaja keluar. Dia segera berdiri dan sujud syukur. Dia sangat bahagia telah bertemu dengan anaknya. Lima elas tahun tidak bersua.

Hati Husain sangat berbahagia. Dia pulang dengan penuh kebahagiaan. Darah dagingnya telah bersamanya. Namun dia tetap akan merahasiakan hal ini. Dia takut Yandi tidak siap menerima kenyataan ini. Dia berjanji dengan dirinya sendiri akan menceritakan hal ini ketika Yandi tamat kuliah.

Secara diam-diam Husain meminta Andreas mengantarkannya ke kampung Yandi. Dia ingin menyelesaikan permasalahan Yandi. Dia juga ingin mengetahui bagaimana keadaan Ratih di sana. Dia juga ingin menemui Tono sehubungan permasalahan Yandi ini.

Bersambung ...