Jono sengaja lambat pulang. Dia menunggu Husain di gerbang rumah sakit. Tujuannya ingin mendiskusikan tentang niat Ratih mau rawat jalan. Ada perasaan tidak enak sama Husain jika mereka memutuskan sepihak. Jono terkejut ketika Husain dan Yandi memanggilnya. Dia segera menghentikan lamunannya. Dia menarik tangan Husain dan membawanya ke tempat duduk taman rumah sakit. Sementara Yandi duluan ke kamar perawatan ibunya.

Dia mengatakan bahwa Ratih mau pulang. Namun sebenarnya dia keberatan dengan permintaan Ratih. Lalu Jono meminta tanggapan Husain. Dengan spontan Husain menolak. Dia mengkhawatirkan keadaan Ratih. Di kampung tudak akan ada yang akan mengontrol kesehatannya. Lalu tidak akan ada yang menjaganya secara efisien. Semua sibuk dengan pekerjaannya. Kalau di rumah sakit ada perawat yang mengatur semuanya.

Husain lalu mengatakan sama Jono jika dia yang membujuk Ratih untuk tetap bersabar di rumah sakit. Kesehatannya belum pulih malahan masih dalam tahap pengobatan. Jono menyetujui hal tersebut dan pergi ke tempat parkirannya. Dia langsung mengarahkan kendaraannya ke arah pengadilan agama. Sesampai di sana dia memasukkan bahan gugatan cerai Ratih dan Tono.

Jono menantakan informasi ke pihak pengadilan berapa lama suratnya keluar. Pihak pengadilan mengatakan bahwa surat akan keluar satu minggu lagi. Jono berterima kasih dan pulang menuju ke kampung.

Yandi masuk ke ruang perawatan sendiri. Ratih cukup heran kenapa dia sendiri. Ketika dia mau menjawab Husain muncul dari luar. Dia minta maaf karena ada perlu sama Jono di luar. Dia langsung ke Ratih dan menyatakan keberatan jika dia pulang. Kesehatannya masih buruk. Walau dokter mengizinkan karena dia tidak enak sama Ratih.

Awalnya Ratih ngotot. Husain pun dengan lembut dan penuh kasih sayang membujuknya. Ratih tak berdaya menolak Husain. Tandi pun setuju jika ibunya dirawat sampai sembuh. Dia tak ingin ibunya nanti tidak mematuhi permintaan dokter.

Bersambung....