juaningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MQ: Kisah Punai dengan Kotak Cermin

MQ: Kisah Punai dengan Kotak Cermin

Seekor Punai kecil merengek pada ibunya, “ Mah, lihat..ada rembulan menempel pada wajah langit, cahayanya begitu sempurna, aku mau itu…, aku mau rembulan “ teriaknya. Sang Ibu sejenak terkejut, keningnya berkerut , tapi tak lama kemudian ia tersenyum. Ia lalu mengambil sebuah kotak cermin dan meletakkanya tepat di bawah rembulan, “ Lihat Nak, Ibu telah menangkap rembulan untukmu..,” katanya lembut . “ Horre aku dapat rembulan..,” sorak Punai, ia menari-nari kegirangan karena mengira rembulan telah dalam genggamannya, Ia tak pernah mengerti bahwa sebenarnya yang ia milki hanya sebuah ilusi dalam kotak cermin. Esok pagi Punai kecil mungkin akan menangisi rembulan yang tiba-tiba menghilang, menyesali bahwa ia hanya sesaat dapat memiliki impiannya. Kisah Punai kecil di atas barangkali bisa menjadi refleksi buat kita, punai hanya symbol untuk kita yang selama ini sering memaksakan keinginan / kehendak tanpa melihat kemampuan yang kita miliki, Ketika kita menginginkan sesuatu tak jarang kita seperti punai yang melupakan akal sehat, karena terpedaya oleh godaan panca indra yang menyajikan kegungan rembulan. Sementara, dunia seperti kotak cermin yang lebih banyak memberikan ilusi pada kita. Ia memberi apa yang kita inginkan, keindahan, kemewahan, kekuasaan, ketampanan, kecantikan, dan bahkan kenyamanan, ketentraman, kedamaian, cinta, juga pernak-pernik kesenanngan/ kenikmatan lainnya. Semua membuat kita kadang-kadang tak sadar/lupa diri menganggap bahwa apa yang kita genggam dan kita miliki tak akan hilang selamanya hingga ketika ia tiba-tiba lenyap dari kehidupan kita, kita menangis, meratap, bahkan putus asa. Ironis memang saat kita menyadari bahwa kita menangisi sesuatu yang sebenarnya tak pernah menjadi milik kita. Kita mungkin seperti punai kecil yang tak berdaya, lemah dan penuh keterbatasan namun memiliki keinginan dan kehendak yang melebihi luasnya lautan hingga hal yang muskil sekalipun kalau bisa ingin kita milki. Atas nama ikhtiar kadang kadang kita juga mengahalakan segala cara, tak perduli pada etika/kesantunan, norma agama maupun adat.. Sungguh, rasanya kita perlu menyadari bahwa dunia hanyalah sebuah kotak cermin yang menyajikan mimpi buat kita. Barangkali pendapat Harun Yahya , seorang ilmuwan besar yang juga seorang muslim lebih menegaskan lagi buat kita, beliau mengatakan bahwa hidup sesungguhnya hanyalah rangkaian mimpi. Sepintas kalimat tersebut seperti diucapkan oleh seorang pujangga yang penuh dengan bahasa-bahasa kias/konotatif. Rasanya sulit kita percaya bahwa hidup itu hanya sebuah mimpi karena kita dapat melalui waktu demi waktu dengan penuh kesadaran, kita bisa merasa senang, susah, sedih, gembira, kita juga dengan nyata dapat melihat, mendengar, mencium, meraba, bahkan menikmati nuansa rasa, dan tidak ada satu haripun waktu yang hilang dari hidup kita. Namun, Mungkin kita perlu meriveuw kembali bahwa saat kita tidur dan bermimpi kitapun akan merasakan jika apa yang kita alami adalah sungguh-sungguh terjadi, kita sadar bahwa itu hanya sebuah mimpi adalah saat kita terbangun dari tidur kita. Demikian pula hidup, kita pasti akan tersadar bahwa kita telah terpedaya oleh kotak cermin saat Saat kita terbangun dalam alam kubur dan bersiap menghadap Sang Pencipta, Allah SWT, tempat sebaik-baiknya kita kembali.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post