jujur

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAAHIIM Menulis akan bernilai "ibadah" jika apa yang disampaikan berupa kebaikan dan kebenaran. Fastabiqul Khairat !!...

Selengkapnya
Navigasi Web
LIBURAN COVID

LIBURAN COVID

LIBURAN COVID

Namaku Jamilah. Aku duduk di kelas dua tingkat menengah di sebuah pesantren. Aku tinggal di asrama. Tidak lama setelah MID semester dua berakhir sekolah mengumumkan pada siswa untuk libur. Libur kali ini terasa beda. Aku kembali ke kotaku Batusangkar. Selama tinggal di asrama aku merasa senang. Teman-teman semua baik kepadaku. Sebab aku sendiri menurut pengakuan Gian teman sekamarku aku cukup pandai berkawan.

Meskipun aku tidak masuk rangking sepuluh besar dan nilai MID ku sedang-sedang saja aku tetap bersyukur. Motivasi dari teman-teman di sekeliling itu yang penting bagiku. Lagi pula nilaiku tidak ada yang diremedial.

Meninggalkan Gian, Husni, Anggun, dan Aisyah, terasa cukup berat bagiku. Mereka sahabat terbaikku meski kami beda kelas. Namun bagaimana lagi. Sejak wabah Covid – 19 mulai melanda Sumatera Barat dan awal mulanya kami hanya mendengarnya dari guru-guru dan kemudian dari orangtua saat datang kesempatan nelfon di kantor asrama. Seberapa berat bencana itu aku sendiri saat itu belum begitu paham. Kini yang jelas kami pun libur sepanjang-panjangnya.

Libur ini sudah dua bulan sebelum Ramadhan yang telah berlalu dan kini lebaran sudah pula aku lewati. Ayah dan ibu biasanya akan mengajak aku dan dua adikku berlibur ke rumah nenek di kota Bukittinggi. Pulang kampung sekaligus liburan ke tempat wisata. Seputaran jam gadang adalah favorit kami sekeluarga, main ke Ramayana, minum es krim kesukaanku atau pergi ke kebun binatang, dan tak lupa ke panorama. Saat ini semua hanya bisa dibayangkan saja.

“Saat ini kita mau berlibur kan bu...?” telah tiga kali adikku Abdul bertanya antusias pada ibu. Pemikiran kami sama. Aku juga merasa jenuh terkurung di rumah. Tak boleh kemana-mana. Ibu hanya manggut-manggut saja.

“Ibu kan sudah jawab Dul...besok kalau Corona pergi baru kita bisa jalan-jalan, nak...” ibu kasihan juga melihat kami. Wajah ibu kelihatan kurang bahagia.

“Ah, sampai kapan sih bu kita di rumah terus ...Abdul kan pingin belajar sama bu guru dan bermain bersama Faiz...”

“TK masih tutup, dek...ndak lama lagi bakalan sekolah kok...sabar ya ...” kataku berusaha menghibur adik kesayanganku itu. Abdul kelihatan sedih. Bibirnya nampak manyun. Diam-diam aku tersenyum melihat tingkahnya.

Begitulah hari-hari liburku kini. Tugas-tugas sekolah sudah selesai aku kerjakan. Tidak lama setelah kami diliburkan. Kami tetap diberikan tugas. Tugas dikirimkan secara online oleh guru-guru. Cukup menyenangkan karena kami belajar begitu santai. Tidak perlu memakai seragam sekolah. Tidak perlu memasang sepatu. Bahkan tak perlu tergesa pergi mandi. Hehehe

Selama libur ibu mengajariku dan kakakku Fatimah bagaimana mengurus rumah. Semua yang berkaitan dengan kerja perempuan. Kata ibu seorang perempuan itu harus serba pandai. Supaya kelak tidak banyak bergantung pada orang lain. Bagaimana cara memasak, mencuci, menyetrika baju, menyapu rumah, dan lain-lain.

“Anak-anak...kesini sebentar. Ada yang akan ayah sampaikan...” aku agak heran kenapa sore-sore begini tiba-tiba ayah memanggil kami bertiga. Ayah telah menunggu kami di ruang tengah tempat biasa kami berkumpul. Kami segera bergegas duduk di sekeliling ayah. Ibu menyusul kami dari dapur sambil membawa sesuatu.

“Ini ada pisang rebus, siapa mau...?” tanpa ba bi bu aku duluan menjangkau piring yang ada di tangan ibu. Namun aku hanya boleh mengambil pisangnya satu buah. Begitu aturan dari ibu. Jika berlebih baru boleh meminta tambah.

“Ayah mendengar berita bahwa sudah ada kelonggaran untuk pergi keluar rumah. Meski masih dalam aturan yang sesuai standar kesehatan. Jadi...” “Jadi....kita pergi jalan-jalan...!” kakakku yang kini juga sedang libur kuliah langsung memotong pembicaraan ayah, saking gembiranya.

“Iya...ayah mau ajak kamu semua ke taman kota di dekat masjid besar sana...dekat pasar....setuju ndak...?” ibu ikut menambahkan. Ayah dan ibu ternyata sudah kompak merencanakan liburan ini. Tapi mendengar jalan-jalan ke pasar doang kegembiraan kami jadi surut lagi.

“Nggak apa-apa nak...masa sulit ini belum berakhir... ” sambung ayah cepat. Beliau tidak ingin membuat kami bertambah gusar.

“Kita pergi keluar bukan sekedar untuk senang-senang...tapi melihat situasi negeri kita saat ini. kita tetap taat aturan. Dalam mobil hanya boleh empat orang. Mobil kita tiga baris jadi hanya boleh maksimal empat orang..."lanjut ayah.

"Ibu nggak ikut dong, yah..."rengek Abdul sambil bergayut di lengan ibu.

"Tidak apa-apa...biarlah kalian duluan...besok-besok ibu yang nyusul berdua bersama ayah...tapi semua wajib pakai masker ya..."sahut ibu dengan sabarnya.

Demikianlah akhirnya setelah mandi sore, kami pun berempat bersama ayah berangkat jalan-jalan berkeliling di sekitar taman kota. Entah mengapa begitu bahagianya hatiku saat itu. Mungkin setelah sekian lama mendekam di rumah. Ah, apapun itu, yang penting kegalauan kami selama ini telah terobati. Aku berdoa semoga Covid - 19 ini segera berakhir dan aku bisa bertemu dengan sahabat dan teman-teman di Pesantren kembali. Belajar kembali seperti kemaren-kemaren.

________________________________

#Tantangan Menulis Hari Ke - 22

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Minal aidzin walfaizin pak

30 May
Balas

mhn maaf lahir dan bathin

30 May
Balas

Sama2 pak....salam kenal dan salam literasi

30 May

Sama2 pak....salam kenal dan salam literasi

30 May



search

New Post