Juli Arniwita

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Aku Kaget Sore Itu

Aku tak dapat menahan airmata yang menggenang di sudut bola mataku, berita kepergianmu begitu terasa menyayat hatiku. Baru saja bincang-bincang di beranda tua itu antara aku dan dirimu. Kau tampak sangat bersemangat dan bahagia. Kutatap penuh cinta wajahmu dan seakan aku tak ingin berlepas pandang darimu.

Kau begitu berarti bagiku, setiap kata dan nasehatmu adalah cambuk bagiku, diriku yang rapuh tiba-tiba bisa berdiri tegap manakala sudah mendapat wejangan darimu.

"Sayang... biar staminamu kuat dan kau tak lelah, kau minumlah madu ini setiap hari tiap pagi dan malam hari", katamu. Nasehatmu benar-benar kuamalkan, karena aku menyadari aktifitas ku mulai sebelum shubuh sampai menjelang malam sangat menguras energiku. Namun aku tak bisa mengelak dari lupa dan khilafnya aku sehingga nasehatmu tak kuamalkan secara rutin.

Kadang serasa mimpi berita kepergianmu di sore itu, aku berusaha untuk meyakinkan diri hari itu kalau aku tidak dalam keadaan bermimpi, aku benar-benar berada di alam nyata. Ku coba mengingat ingat nasehat demi nasehatmu.

"Makanlah yang teratur dan penuhilah kebutuhan gizi untuk tubuhmu apalagi habis melahirkan tubuhmu perlu zat makanan yang berkalori dan bergizi" , katamu.

Perhatianmu luar biasa walau aku merasa tidak maksimal memperhatikan dan merawatmu. Semangat yang kau alirkan bagai menusuk disetiap persendianku, walau aku tahu fhisikmu semakin melemah tidak seperti dulu lagi. Setelah berita kepergianmu kurasa dunia bagai tak cerah lagi, senandung burung camar sudah tak seindah dulu lagi, langkahku gontai sudah tak segesit dulu lagi. Satu kata keluar dari mulutku: "ayah...begitu cepat kau tinggalkan kami, begitu singkat kebersamaan kita. Kudoakan ayah husnul khotimah, semoga Allah mengampuni dosa ayah, melapangkan kubur dan meneranginya dengan cahaya terang, mengumpulkan ayah bersama orang-orang sholeh".

Kini jasat ayah terbujur kaku ditutupi kain panjang batik dan til putih. Hilang saat indah dan bersama denganmu, tiada lagi nasehat yang keluar dari mulutmu, tak kudengar lagi tawa bahagia dari dirimu, kuseka air mata yang semakin membasahi pipi ini. Kusadari ini perjalanan hidup manusia dan maut adalah awal dari kehidupan yang sebenarnya.

"Selamat jalan ayah semoga kita bisa bertemu di surganya, akan kukirim doa terindahku untukmu disetiap waktu", ucapku.

Sungaipenuh, Sabtu, 16 November 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yg renyah.enak dibaca...

17 Nov
Balas

Belajar bu......

17 Nov

Sukron...kau komentator pertamaku pagi ini, terjadi pada kakak sepupu.

17 Nov
Balas

Trima kasih bu.......♥️♥️♥️♥️

17 Nov
Balas

Sukron bu Sri........

21 Nov
Balas

Sedih mu, kalau ingat perpisahan

17 Nov
Balas

Bagus Bu... Gaya tulis dan isinya. Semoga semangat menulis semakin berkobar ya Bu, salam sukses!

17 Nov
Balas



search

New Post