Juliati

Terlahir dari seorang ibu yang bernama Nurma tepatnya di Bukit Batabuh, 10 Juli 1964. Pada usia 6 tahun mulai masuk sekolah di SD Muhammadyah lirik tepatnya Jan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sea Food

Sea Food

Tanjung Pinang, Lagoy itulah yang menjadi tujuan perjalanku kali ini. Aku tergabung dalam group wisata bersama rekan-rekan kerjaku. Rencana ini adalah rencana tahun lalu yang tertunda.

Tanjung Pinang, Lagoi...wow suatu tempat yang indah di daerah Kepulauan Riau. Menjelang mentari kembali ke peraduannya , kapal yang kami tumpangipun merapat ke dermaga. Semua penumpang bergegas turun sembari membawa semua barang-barangnya. Aku pun turun dengan gaya dan wajahku yang selalu ceria.

Di penghujung dermaga pemandu wisata berteriak "Bapak dan Ibu mohon segera berjalan ke arah kanan, mobil kita sudan menunggu." Kami pun bergegas menuju arah itu. Di sana menunggu sebuah bus berwarna putih dan cukup besar untuk rombongan kami yang hanya berjumlah 28 orang.

Di dalam mobil, sambil terus berjalan pemandu wisat kembali bertanya "Bapak dan ibu, mau langsung ke hotel atau kita makan malam dulu. Serentak kami menjawab " Makan!."

"Kita akan makan di restoran yang cukup terkenal dengan masakan sea foodsnya." kata pemandu wisata lagi.

Mendengar kata-kata sea foods, pikiranku melayang kepada salah satu makanan pavoritku yaitu kepiting saus merah. Sambil menelan air liur akupun menikmati perjalanan menuju restoran itu. Lamunan dan hayalanku tentang kepiting sontak hilang karena teriakan pemandu wisata.

"kita sudah sampai, silahkan bapak dan ibu turun. Barang-barang yang tak perlu dibawa turun tinggalkan saja di dalam bus. Bapak ibu tak usah khawatir, semua barang bawaan ibu aman, kecuali barang-barang berharga dan HP silahkan diamankan masing-masing."

Dengan penuh semangat aku pun menggandeng tangan puteri kesayanganku, sedangkan sibungsu puteraku berjalan duluan di depan.

"Ma, foto adek." kata sibungsuku.

"Ok dek, adek mau difoto di mana?" ujarku.

Sibungsukupun bergaya dengan kebiasaannya yang menggambarkan anak zaman now. Sambill mengarahkan kamera HP ku padanya, pandangan mataku melihat "Syam &Ana". Rupanya tempat kami berhenti makan itu adalah tempat makan zaman now yang banyak berhiaskan lampion-lampion berwarna merah.

Di dalam rekan-rekanku sudah duduk di depannya meja bundar beralaskan kain merah. Restoran ini syarat dengan hiasan yang serba merah. Rupanya malam itu adalah malam tahun baru Imlek. Lampion-lampion merah bergelayutan menambah syahdu dan semaraknya suasana malam itu.

Kami pun duduk di salah satu meja bundar, tanpa alas seperti yang ada di tempat duduk rekan-rekanku. Sembari menunggu hidangan kamipun bercerita dengan rekan-rekan semeja. Anehnya hidangan yang kami tunggu tak kunjung datang. Rrkan-rekanku yang duduk dengan meja beralaskan kain merah, dengan lahap menyantap hidangan yang telah disediakan. Sambil sekali-sekali menoleh ke tempat pelayan yang akan menghidangkan jamuan makan malamku, kamipun terus bercerita. Anehnya tak juga kunjung ada sepiring makananpun di meja kami.

Tiba-tiba pemandu wisata mendekatai kami fan berkata "Ibu-ibu rombongan kita hanya tiga meja yang beralaskan kain merah saja. Masing-masing meja sembilan orang." Sontak kami yang duduk ceria dengan sejuta cerita berdiri kaget dengan raut wajah yang sangat-sangat kecewa.

Kami harus duduk dan menikmati makanan yang boleh dikatakan semua jenis masakan yang ada sudah tinggal sisa-sisa. Maklumlah rekan-rekanku semua sudah lapar, sehingga dengan semangat mereka menyantap semua yang ada.

Bayanganku tentang kepiting pavoritku sirna, rasa laparku pun hilang seketika. Tak ada lagi hayalanku tentangvsea food yang nikmat. Hatiku marah, dengan lesu akhirnya akupun duduk di salah satu meja yang sudah dahulu di sana ada enam orang temanku yang keenamnya laki-laki.

Kecewa....sedih...piringpun tak ada. Teriakan temanku pun terdengar " Dek! Tolong ya piringnya...air minumnya."

P3layanpun datang membawa dua buah piring untukku dan puteriku yang manja. Kulihat puteriku dengan malas mengambil sedikit nasi dan dengan lauk seadanya. Miris hatiku m3lihat puteriku makan malamnya tak seperti yang ki bayangkan.

Makan malampu usai dengan rasa kecewa yang mendalam. Pemandu wisata dengan lembut berbicara "Maaf ya bu, kalau tadi ibu kecewa, berarti saya berhutang rasa kecewa ibu." Ikhlas tapi terpaksa ku angguukkan kepalaku sambil memandang kiri kanan jalan di kota Tanjung Pinang.

Bus yang kami tumpangipun akhirnya berhenti di sebuah hotel yang katanya bintang empat. Kami semua menurunkan barang-barang bawaan dan membawa masuk ke lobi hotel. Di lobi hotel kami langsung disuguhi segelas mungil minuman dingin yang sedikit mampu mendinginkan hati ku yang gundah karena kecewa.

Pemandu wisatapun memberikan kunci kamar kepada kami. Aku dan puteriku pun mendapat sebuah amplop kunci yang bertuliskan 518. Ternyata malam ini aku akan merebahkan tubuhku yang sudah mulai letih karenai kecewa di kamar 518. Selamat malam Tanjung Pinang, semoga malamku menghanyutkan semua rasa kecewaku. Dengan harapan pagiku hadir untuk menyaksikan keindahan kotamu "Tanjung Pinang.".

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Haha kasian banget, ke Tanjung Pinang lagi yuk kita cari seafood sendiri dilautan, pasti asyik

23 Feb
Balas

Haha kasian banget, ke Tanjung Pinang lagi yuk kita cari seafood sendiri dilautan, pasti asyik

23 Feb
Balas

Haha kasian banget, ke Tanjung Pinang lagi yuk kita cari seafood sendiri dilautan, pasti asyik

23 Feb
Balas



search

New Post