MY IDOL
MY IDOL
Dia idola saya di sekolah. Bahkan mungkin semua guru mengidolakan dia. Anaknya yang pendiam, pintar, rajin, penurut, ditambah badannya yang gede membuat kami memilihnya menjadi ketua OSIS. Pokoknya dimata kami dia top markotop. Dari kelas 7 saya selalu melibatkannya dalam semua kegiatan. Kebetulan saya dulu di standar SKL. Jadi sah –sah saja kalau saya selalu memilih dia, guru lain pun tidak protes karena memang dia punya potensi dan bisa diandalkan.
Masuk kelas 9, nilainya mulai turun. Bahkan saya dan guru lain sering menjumpai dia melamun dikelas. Saya pernah mencoba mendekati untuk mengorek keterangan, siapa tahu dia punya masalah. Ternyata guru lain pun telah berbuat hal yang sama. Dan kami tidak berhasil mendapatkan jawaban apapun, selain “ tidak ada apa-apa bu “ atau “saya baik-baik saja bu”. Tapi hasil belajarnya menunjukkan hal yang sebaliknya. Kami sampai membuat tim investigasi khusus untuk idola kami itu. Tapi hasilnya nihil. Dia menjadi suatu misteri yang tak terpecahkan bagi kami.
Tibalah saat pengumuman kelulusan. Dia lulus. tentu saja ! kami tidak meragukan itu. Namun disaat saya menyodorkan formulir pendaftaran ke SMK dia menolaknya. “ Saya tidak melanjutkan bu, maaf “. Saya terkejut mendengar jawabannya. “ Kenapa ? “ reflek saya bertanya hampir melotot. “orang tua tidak punya biaya bu”. Ada rasa haru menyesak didada. Kenapa ya Alloh, baru sekarang misteri itu terkuak. Ternyata ini penyebab perubahan sikapnya. Saya tidak menyerah, saya panggil orang tuanya. Fihak sekolah berupaya mencari solusi dengan menghubungi sekolah yang bisa menerima dia secara gratis. Kami tawarkan bantuan, kami guru-guru siap menggalang dana untuk biaya hidup dia. Bahkan fihak SMK pun bersedia menerima tanpa dipungut biaya. Tapi orang tuanya keukeuh meminta dia berhenti sekolah dan bekerja. Bujukan kami tak mempan, rayuan fihak SMK diabaikan. Saya tak patah arang. saya bujuk dia untuk ikut kejar paket C. Tapi tetap penolakan yang saya dapat. Saya panggil dia secara pribadi. Saya nasehati dia dari hati ke hati. Saya sampaikan saya ingin melihat dia suatu saat nanti memakai seragam AD atau AL. Tapi hanya linangan air matanya yang saya terima. Sejak saat itu kami tidak pernah bertemu.
Sampai suatu pagi ketika saya berangkat mengajar. Saya berdiri tercekat didepan gedung SD yang sedang direnovasi. Salah satu pekerja bangunan disana menarik perhatian saya. Ya tidak salah lagi, pekerja itu yang sedang memecah batu dengan tangan kecilnya itu, dia idola saya, idola kami, murid kesayangan kami. Yang gagal kami selamatkan masa depannya.
· Penulis adalah peserta pelatihan sagu sabu Banjarnegara.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar