Bab 2 Dalam Diam yang Tumbuh (T.418a)
Sejak kabar itu sampai ke telinganya, hari-hari Afkar berjalan seperti biasa, tapi tidak benar-benar biasa. Ia tetap membantu ayahnya menjajakan tempe dari kampung ke kampung. Tapi pikirannya kerap terbang ke satu wajah. Senyum Aisyah, suara lembutnya saat mengaji, dan sorot matanya yang teduh seperti fajar di ujung Ramadan.
Di rumah, ibunya mulai bertanya:
“Afkar, kau kenapa akhir-akhir ini sering melamun?”
Afkar hanya menggeleng dan menyunggingkan senyum. Ia tahu, sekalipun ia jujur, ibunya takkan mampu mengubah apa pun. Cinta ini seperti bayang-bayang ada, tapi tak bisa digenggam.
Suatu malam, Afkar nekat menulis surat. Bukan surat cinta biasa, tapi semacam catatan doa. Ia menuliskan rasa yang selama ini tertahan.
"Aisyah… Aku tahu aku tak akan pernah bisa menyebut namamu dalam ucapan, apalagi dalam lamaran. Tapi aku ingin kau tahu, bahwa doaku akan selalu mengiringi langkahmu, ke mana pun kau pergi. Jika pun kau menikah dengan lelaki pilihan ayahmu, aku hanya berharap dia bisa menjagamu sebaik mungkin.
Dari yang pernah mencintaimu dalam diam. Afkar"
Surat itu tak pernah dikirim. Ia hanya melipatnya rapi dan menyimpannya di antara lembaran kitab kecil di rak kayu.
Di sisi lain kampung, Aisyah pun merasakan kegundahan yang sama. Malam-malamnya dipenuhi istikharah. Ia tak pernah menyebut nama Afkar dalam doanya, tapi hatinya selalu mengarah ke satu titik yang sama:
“Ayah… jika aku tak mencintainya, haruskah aku tetap menerima perjodohan ini?” tanya Aisyah suatu malam.
Ustaz Salman menatap putrinya dengan pandangan yang tak bisa ditebak:
“Cinta datang setelah akad, Nak. Jika kau percaya Allah memilihkan yang terbaik, maka yakinlah.”
Namun di dalam hatinya, Ustaz Salman tahu bahwa putrinya tak sepenuhnya bahagia. Ia pun mulai bertanya-tanya tentang kebahagiaan anaknya. Dan saat melihat tatapan Afkar dalam satu kesempatan di masjid, ia membaca sesuatu. Sebuah cinta yang dalam… tapi penuh hormat.
========================================================
Garahan, 17 April 2025 / Kamis, 18 Syawal 1446 H, 21.19 WIB
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ditunggu lanjutannya ....
Siap bunda