Baju karung goni (T.172a)
Ketika saya masih kecil, kakek dan nenek orang tua ibu mengajak cucu-cucunya menemaninya membuat gedek (dinding rumah dari anyaman bambu) untuk melihat proses pembuatan gedek, mulai dari membilah bambu, menganyam sampai selesai, sedangkan nenek memasak didapur. Kalau hari Minggu cucu-cucunya selalu datang menjenguk kakek nenek di desa sebelah termasuk saya.
Satu hari sang kakek bercerita kepada saya tentang kehidupan masa lalu di jaman penjajahan Belanda dan penjajahan Jepang terutama di saat penjajahan Belanda bahwasanya untuk makan nasi sangat sulit, sering makan tiwul yaitu ubi kayu yang dikupas dan di jemur selanjutnya di haluskan menggunakan lesung, tidak hanya itu selain tiwul, talas, ubi jalar makanan pokok kala penjajahan jika makan nasi sudah sangat luar biasa bahkan dikatakan orang kaya.
Tak hanya kebutuhan primer kebutuhan sekunder juga sangat terbatas, kakek mengatakan bahwasanya baju yang sering dipakai adalah karung goni mempunyai kelebihan luar biasa, panas, gatal, banyak kutunya dan masih banyak lagi keistimewaannya, tidak bisa saya bayangkan bagaimana memakainya ketika musim kemarau. Seperti yang ada di foto seorang nenek memakai sarung goni ngantri untuk mendapatkan pakaian layak pakai dari Palang Merah Belanda tahun 1947 di Sukabumi Jawa Barat. Kalau kakek nenek hanya bercerita, bernarasi atau mendeskripsikan tapi di jaman sekarang pembuktian dengan foto jaman dahulu dapat merasakan betapa menderitanya mereka hanya untuk Merdeka dan menyambung hidup hari ini dan hari esok.
Foto-foto jaman dahulu di jaman penjajahan dapat kita ambil hikmah bahwasanya kita perlu banyak bersyukur dan berterima kasih atas perjuangan rakyat Indonesia sampai Merdeka agar anak cucu tidak mengalami hal yang sama yang serupa yang mereka alami sebelumnya.
Garahan, 02 Juni 2024 l 24 Dzulqo'dah 1445 H, 11.52 WIB
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap Mas ustadz. Sayangnya sekarang rakyat seperti kembali pada zaman penjajahan. Entah apa yang sedang terjadi di negeri yang katanya kaya raya. Sukses selalu
Begitulah adanya sekarang, kita tetap brjuang di jalur prndidikan, sukses juga untuk Ustadz Burhan
Pengorbanan agar anak cucunya lebih sejahtera. Keren ulasannya, Pak
Perjalan sejarah yang mengispirasi perubahan pak...keren!
Iya bund, terima kasih atas perhatiannya, salam sukses
Alhamdulillah, Puji Tuhan kt mengalami mkn & pakaian berkecukupan
Begitulah bunda kita terlahir di tahun yang enak,
Jadi ingat cerita kakek nenek kita jaman penjajahan Jepang. Sukses pak
Iya pak terima kasih, mereka yang hidup di Jaman penjajahan jepang sangat hafal dengan bahasa Jepang dan lagu Jepang
Wow keren banget, kisah hidup yang inspiratif.
Terima kasih atas perhatiannya pak, salam Sukses
Sepakat, Bapak. Bersyukur selalu. Sayangnya, penjajahan itu masih ada. Salam bahagia.
Nah itu dia bunda tidak sepenuhnya merdeka, Merdeka bunda!