Derasnya air mata Bumi (T.127)
Bumi tak lagi baik
Sakitmu sangatlah parah
Usiamu di ambang renta
Tulangmu kian rapuh
Tak bisa menyangga sang gunung
Tumpahan lava memerah marah
Mengalir bagai air ngarai
Menerjang, membakar apa saja
Yang ada di depannya
Tumpahan banjir air laut tak bisa dibendung
Sesuka hati mencari tempat rendah
Menggenangi cekungan alam
Longsor pun tak kalah derasnya
Sang penghunjam bumi tak lagi kokoh
Hutan kehilangan akar tunggang pepohonan
Akar serabut mengganti peran
Siklus badai jauh dari prediksi
Datang tak diundang
Pulang tanpa pamit
Meratakan keangkuhan penyembah teknologi
Getaran dan goncangan bumi terdata skala Richter
Menyisakan retakan dan patahan tanah
Memisahkan dataran yang menyatu
Itulah sang gempa maha dahsyat
Sirene kembali berbunyi nyaring
Gelombang Tsunami terekam nyata
Manusia berlari terbirit-birit
Mencari daratan tinggi
Mencari nyawa terancam mati
Memang bumi tak lagi sehat
Air matanya mengalir deras
Menanti kepulihan dirinya
Seiring doa sang penghamba di malam buta
Lantunan istighfar merajai alam pada
Semoga Alam tak lagi murka
====================================================
Garahan, 17 April 2024/08 Syawal 1445 H, 17.17
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sirene kematian mengalun histeris di tengah tahlilan dimana mana
Tak bisa berbuat apa2 kecuali memohon ampun, sakalangkong cak