Jalan-jalan Sahur di negeri Sakura (T.394)
Sahur, Anata
(Sahur, sayang)
Okinasai
(Ayo bangun)
Ara, okiteba
(Aduh, bangun dong)
Sahur no jikan wa
(Waktu sahur)
Masugu owaru nda yo
(Sebentar lagi selesai loh)
O shokuji mo
(Masakannya juga)
Samuku naru yo
(akan segera dingin)
dattara
(karena itu)
Oki Nasai, anata)
(Bangunlah, sayang)
Kalimat di atas adalah cara orang membangunkan orang yang sedang puasa untuk segera sahur, unik juga kalimatnya, tidak menggunakan Toa yang ada di masjid cukup menggunakan pesan suara menggunakan media sosial karena agama islam bukanlah agama yang mayoritas maka cukup menggunakan apa adanya seperti yang dilakukan oleh Nanako yang baru mualaf.
Di Jepang, sahur menjadi pengalaman unik bagi umat Muslim karena perbedaan budaya dan iklim. Dengan jumlah Muslim yang relatif sedikit, restoran halal sulit ditemukan, sehingga banyak yang menyiapkan makanan sendiri di rumah. Suasana sahur terasa sepi karena mayoritas penduduk Jepang tidak menjalankan puasa, berbeda dengan di negara mayoritas Muslim yang penuh dengan aktivitas dini hari. Tantangan terbesar adalah waktu sahur yang sangat dini, terutama saat musim panas ketika Subuh bisa tiba sekitar pukul 03.00 pagi. Meski begitu, semangat menjalankan ibadah tetap tinggi, dengan komunitas Muslim saling mendukung melalui grup media sosial atau pertemuan kecil di masjid.
Bagi pelajar dan pekerja Muslim di Jepang, sahur sering kali harus dilakukan dengan cepat sebelum berangkat beraktivitas. Beberapa memilih makanan praktis seperti onigiri isi tuna, roti, atau makanan beku yang mudah disiapkan. Ada juga yang memasak sendiri hidangan khas dari negara asal, seperti nasi dan lauk sederhana, agar lebih mengenyangkan. Meskipun sibuk, mereka tetap berusaha untuk sahur karena menyadari pentingnya menjaga energi selama berpuasa dalam lingkungan yang mayoritasnya tidak ikut menjalankan ibadah ini. Kedisiplinan dan manajemen waktu menjadi kunci agar tetap dapat menjalankan puasa dengan baik tanpa mengganggu pekerjaan atau studi.
Meski jauh dari kampung halaman, suasana sahur di Jepang tetap bisa terasa hangat dengan adanya komunitas Muslim yang solid. Masjid dan pusat Islam sering mengadakan buka puasa bersama, yang juga menjadi ajang silaturahmi bagi mereka yang merindukan suasana Ramadan di tanah air. Sahur bersama teman-teman di asrama atau apartemen juga menjadi cara untuk mengurangi rasa sepi. Dengan segala tantangannya, sahur di Jepang menjadi pengalaman yang memperkuat keimanan dan kesabaran. Hal ini mengajarkan arti keteguhan dalam beribadah, meski berada di lingkungan yang berbeda.
===================================================
Garahan, 23 Maret 2025/Ahad, 23 Maret 1446 H, 09.04 WIB
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar