Jumriyah,S.Pd, M.Pd

Namaku Jumriyah Aku Lahir di Desa Bergaskidul tepatnya di RT 01/I Ayakhu Karto saleh Alm dan Ibuku Katijah Aku memiliki satu putri yang sekarang sudah bekerj...

Selengkapnya
Navigasi Web

Alhamdulillah Aku Jadi Guru

Jadi guru bukan kebetulan, juga bukan impianku waktu kecil, karena ketika aku ditanya guruku di sekolah dasar dulu jawabanku mengikuti teman-teman, yaitu ingin jadi dokter. Jadi dokter adalah pilihan siswa perempuan pada umumnya, dan jadi polisi adalah jawaban para siswa laki-laki.

Menjadi guru kusadari maknanya setelah sekolah menengah atas selesai kutempuh. Guru harus menarik bagi siswanya, guru harus baik hati, guru harus lemah lembut dan menyayangi siswanya sepenuh hati.

Guru era sekarang berbeda dengan guru era dulu, yang memberi nilai di sabak (papan berbingkai berbentuk persegi) dengan kapur tulis, dengan bangga siswanya menempelkan tulisan angka seratus di pipinya. Semua hasil belajar yang didapatnya di sekolah menempel di pipi untuk dibawa pulang dipamerkan kepada ayah dan bundanya di rumah.

Sekarang ini sudah bukan sabak lagi yang menemani siswa belajar. Bahan peninggalan guru jaman dulu sudah tak terpakai lagi entah kemana. Siswa pergi sekolah yang di tenteng tas punggung lengkap dengan properti pelengkap belajar, bahkan laptop sudah tidak asing lagi bagi siswa baik jenjang sekolah dasar dan oleh anak TK serta PAUD.

Perubahan perkembangan sarana dan fasilitas yang didapat siswa tidak berbanding lurus dengan perkembangan akhlak dan budi pekertinya. Perubahan dan perkembangan pola pikir, Pola asuh dan lingkungan keluarga berperan sangat kuat dalam membentuk karakter siswa.

Atmosfir perubahan teknologi yang mewarnai dunia pendidikan tidak hanya menampakkan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi, akan tetapi dibalik itu pertumbuhan macam dan jenis kenakalan dan ulah para remaja usia sekolah juga bervariasi. Di sini para orang tua sibuk dengan aktivitasnya mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga, istripun tak mau ketinggalan lebih aktif di dunianya. Dda yang dua duanya bekerja di pabrik berangkat pagi pulang petang, ada yang istrinya kerja seharian sedang sang suami hanya bekerja seadanya sambil merawat anaknya di rumah. Tidak sedikit juga siswa yang orang tuanya bekerja sebagai tenaga kerja di luar negeri sementara pengasuhan anaknya diserahkan kepada kakek dan neneknya.

Bagaimana nasib pertumbuhan mental emosional anak-anak di usia pertumbuhannya? siapa yang melayani makannya? siapa yang membantu memilih dan menyiapkan baju sekolahnya? Kebutuhan anak-anak yang seharusnya meraka dapatkan dari ibunya sebagai pembimbing dan pengasuh anak tidak lagi dapat dirasakan. Anak tumbuh dengan sendirinya tanpa pengasuhan langsung dari kedua orang tuanya. Anak diasuh dan dibesarkan oleh lingkungannya.

Bagaiama dengan anak-anak jalanan yang tidak mau sekolah, kalaupun mereka sekolah tapi tidak sampai jam sekolah usai sudah cabut dan bergabung bersama genknya untuk 'mbonek' ke jalanan. Apa yang mereka cari ? siapa yang mereka ikuti? Siapa yang tau? Nasehat yang diberikan oleh orang tuanya sudah tidak 'mempan'. Orang tua bahkan tidak mengenali lagi siapa anaknya karena anak tidak lagi membutuhkan nasehatnya. Empatinya sudah hilang. Perhatian keluarga sudah tak dihiraukan, lalu apa yang mereka pedulikan? Mereka tidak butuh keluarganya lagi.

Ketika mau menjawab pertanyaan yang terlontar, hanya teman jalannya saja yang di dengar di telinganya, sedihnya, tangisnya, senyumnya, dan tawanya diberikan di jalan, bahkan tangis dan uluran tangn ibunya tak dihiraukan lagi.

Wahai dunia..., ini salah siapa? salah gurukah, orang tua yang sibuk mencari nafkah, dinas sosial yang tak mampu mengayomi warga yang butuh perlindungan ataukah kehidupan yang kejam kepadanya?

Alhamdulillah aku jadi guru, bisikku... Meski aku bukan orang tuanya, sedikit nasehatku masih di dengarnya, namun apa daya, ketika anak sudah usai di jenjangnya, lepas sudah nasehat ini, lepas sudah perhatian ini, dunia pendidikan menyudahi dan tangan lain yang menyambutnya.

"Karyaku yang masih banyak cela mohon bimbingannya..."

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

terimakasih bunda saya baru belajar menulis jadi masih acak acakan mohon bimbingannya

25 Jan
Balas

Bunda Raihana Rasyid bagaimana kabar bunda sekarang. Sehat kan? Alhamdulillah ya, semoga kita semua terhindar dari covidMaaf baru sempat ke konten gurusiana lagi. Insyaallah 1 Januari ini saya awali menulis lagi. Bismillah

01 Jan
Balas

Alhamdulillah...aku bangga jadi guru. Sangat setuju..Bunda.Lanjut terus Bund....mantabbbss...Salam kenal..salam literasi.

24 Jan
Balas



search

New Post