Junaedah

Mom, Teacher, Writer...

Selengkapnya
Navigasi Web

TERPASUNG KATA

Junaedah

Part 89 Keterangan yang diberikan Rani, di tambah sikap Acong terhadap anaknya, cukup meyakinkannya. Menjawab rasa penasaran yang menguntitnya. Fauzi percaya, tak ada hubungan khusus antara Indah dengan Acong. "Makasih, Ran. Aku pulang, ya," ujar Fauzi. "Kok terimakasih sama aku? Bayar anginnya sana!" Rani menunjuk ke arah Acong dengan mengangkat dagunya. "Eh ... maksudku, makasih infonya, Ran. Iya, ini aku mau bayar, kok." Sambil merogoh saku celananya. "Info apa?" Rani bertanya tak mengerti. "Eh, bukan apa-apa. Maksudku, ngobrolnya." Fauzi meralat ucapannya dan menghampiri Acong. Menyerahkan lembar sepuluh ribuan, dengan senyum ramah. "Kembaliannya buat si dede, Kang," katanya sambil menjawil pipi tembam anak lelaki Acong. Acong yang hendak memberikan kembalian, menarik kembali tangannya. Mengalihkan kepada jagoannya. " Ini, dikasih buat jajan sama Om. Ayo, kasih salam, bilang terimakasih," anjurnya. "Makasih, ya, Om." Bocah empat tahun itu menuruti perkataan ayahnya. Menyalami dan mencium tangan Fauzi. Fauzi mengusap kepalanya dengan tangan kirinya. Tindakan itu, tiba-tiba mengingatkannya akan kebiasaan Indah. Mengusap kepala anak-anak saat bersalaman dengan mereka di rumah yatim. Hatinya serasa ada yang menggigit. Ngilu. Ah ... rindu memang selalu begitu. Fauzi meninggalkan bengkel, dengan satu keyakinan dalam hati. Bahwa harapan itu masih miliknya. Indah tidak berubah. Hatinya tidak berpaling pada siapa pun. Hanya saja, ia pandai berpura-pura. Tinggal bagaimana cara meyakinkannya. Motor berlari dengan kecepatan maksimal. Fauzi langsung pulang untuk mengistirahatkan diri. Dua perempuan, yang satu paruh baya, satu lagi gadis belia, menyambutnya dengan tatapan penuh tanya. Mereka tahu, usaha keras Fauzi, untuk dapat bertemu dan berbicara dengan Indah belakangan ini. Keduanya turut menanti kabar baik dari upaya itu. "Sudah ketemu?" tanya si gadis muda. Fauzi mengangkat bahu. "Belum, tapi aku sudah dapat petunjuk." Fauzi menguatkan dengan isyarat anggukan. Menyatakan semua aman-aman saja. Setelahnya melipir ke kamar, untuk menghindari pertanyaan lanjutan dari Ibu dan sepupunya. Usaha belum selesai. Baru sedikit celah yang terbuka, dan ia belum berhasil mamasukinya. Berbekal keyakinan, bahwa Indah tak berubah, hati Fauzi lebih tenang. Dia putuskan, untuk menghentikan sementara pengejarannya. Agar dapat memberi kesempatan lebih leluasa pada jiwa lelahnya. Saatnya untuk lebih serius menyiapkan hari depan. Jika saat ini, Indah fokus untuk menyelesaikan semua agenda perkuliahan, maka dia tak boleh ketinggalan. Fauzi memunguti kembali semangat belajarnya yang belakangan ini benar-benar telah tercecer. Menyusunnya dalam rencana-rencana jitu. Dia harus bisa mengejar ketertinggalan. Kuliahnya harus selesai, bersamaan dengan Indah, pada tahun ini juga. Baru setelah itu, berusaha mewujudkan mimpi-mimpi indahnya tentang Indah. Cikulur, 17 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post