Junaedah

Mom, Teacher, Writer...

Selengkapnya
Navigasi Web

TERPASUNG KATA

Junaedah

Part 91 Bagai disengat sekumpulan lebah, Indah terlonjak kaget. Mendengar ucapan Fatimah yang tidak disangka-sangkanya. Dia sangat tidak mengerti, permainan apa yang sedang mereka lakonkan. Jangan-jangan ... seperti yang pernah terlintas dipikirannya tahun lalu. Fauzi akan menjadikannya sebagai istri kedua. "Tidak ... bagaimana mungkin." Refleks, Indah melepaskan tangannya dari genggaman Fatimah. "Bukankah ... Bang Fauzi terikat janji? Aku tidak mau menjadi penghalang ...." "Janji itu, telah batal dengan sendirinya, nak Indah. Fatimah menolak perjodohan. Jadi, Fauzi tidak terikat apa-apa lagi." Ibu Fauzi yang memberi penjelasan. Sentuhan lembutnya di bahu, memberi ketenangan. Senyumnya meneduhkan. Kata-katanya, tentu saja melegakan. Melambungkan Indah ke atas gumpalan awan-awan. Indah mematung, masih merasa tak percaya. Semua seperti mimpi. Datang tiba-tiba, padahal ia sedang terjaga. Hatinya biru. Laksana permukaan laut, yang tenang tanpa gejolak ombak. Sejuk, ibarat butiran salju menyiraminya. "Teh, teteh nggak pingsan, kan?" Fatimah menggoyang-goyang lengan Indah yang terdiam. Membangunkan dari ketersimaannya. "Eh, ah, nggak ... nggak." Indah menggeleng-geleng beberapa kali. Fatimah merangkul, Indah balas memeluknya. Ibu Fauzi tersenyum, lalu meninggalkn mereka bertiga. Menghampiri Aba dan Umma yang memerhatikan dari jarak beberapa meter. Nampak mereka bersalaman, sepertinya berkenalan. Kemudian terlibat obrolan, serius. "Jangan lari lagi, ya, Ndah. Aku cape ngejarnya." Fauzi baru membuka suara. Lega setelah maksudnya tersampaikan. "Aku juga cape, lari-lari terus, Bang. Sumpah, aku sakit, setiap kali berkelit dan harus menyembunyikan diri." Indah memperlihatkan binar manja pada kerling matanya. Sesuatu yang langka dalam setahun terakhir ini. "Eh, Fatimah. Kenapa nggak mau dijodohkan sama Bang Fauzi?" Merasa masih ada yang mengganjal, Indah mengemukakkan tanya. "Mmm ... Bang Fauzi udah tua. Aku mau jadi adiknya aja." Fatimah tertawa. Sengaja memancing, untuk lebih mencairkan suasana. "Sembarangan." Fauzi mendelik galak. Fatimah makin tergelak. "Ha ha ... nggak ding. Bukan itu teh. Perjanjian itu cuma sepihak. Antara ayah sama Bang Fauzi aja. Aku sama sekali gak tahu menahu. Mungkin, maksud ayah, biar aku lebih aman dan terjaga. Padahal, dianggap bagian dari keluarga sejak kecil, bagiku sudah lebih dari cukup. Aku benar-benar merasa terlindungi." Fatimah meralat ucapannya, lalu menjelaskan panjang lebar. "Lagi pula, aku masih pengen kuliah. Sementara Bang Fauzi udah kebelet nikah. Jadi gak nyambung kan?" Cikulur, 19 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alasannya nyambung

19 Apr
Balas

Nyambung dengan indah

19 Apr
Balas



search

New Post