Mr Jun

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Apakah Anda Percaya Bahwa Sukses itu di awali dari Pemikiran ?
Ilustrasi (Berpikir Positif)

Apakah Anda Percaya Bahwa Sukses itu di awali dari Pemikiran ?

POSITIF THINGKING

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), Karena sesungguhnya prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

(Q.S Al-Hujurat:12)

Sebuah penelitian yang dilakukan Harvard University membuktikan bahwa kesuksesan seseorang 85 persen ditentukan oleh sikap, dan 15 persen sisanya ditentukan oleh keterampilan dan intelektualitas. Sikap itu sendiri dibentuk oleh pikiran. Dengan kata lain, 85 persen kesuksesan dan kegagalan ditentukan oleh kualitas pikiran. Dalam konteks bahasan ini, kesuksesan untuk dekat dengan kepercayaannya sangat dipengaruhi oleh sejauh mana seseorang berpikir positif tentang apa yang sudah dipercayainya.

Albrecht (1980) berpendapat bahwa berpikir positif memiliki kaitan dengan perhatian yang positif (positif Attention) dan perkataan yang positif (Positive Verbalization). Perhatian yang positif berarti memusatkan perhatian pada hal-hal yang positif

Individu yang berpikir positif cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal yang positif terhadap keadaan diri, orang lain bahkan pada peristiwa yang sedang dialaminya dan menafsirkan bahwa permasalahan itu sifatnya sementara, sebaiknya orang berpikir negatif meyakini bahwa permasalahan mereka akan berlangsung lama dan menghancurkan segala yang telah mereka lakukan dan menjadi tidak terkendali (susetyp, 1999)

Ada dua jenis pola pikir yang negatif dan pola pikir yang positif. Pada individu yang memiliki pola pikir negatif cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal negatif dan menggunakan bahasa yang negatif dalam mengungkapkan atau mengekspresikan isi pikirannya, sedangkan individu yang berpikir positif tidak mudah menyalahkan dirinya sendiri ataupun lingkungannya ketika terjadi kesalahan atau permasalahan (Huffman, et al, 1997)

Cara berpikir positif selalu didasarkan fakta setiap permasalahan pasti ada pemecahannya dan suatu pemecahan yang tepat selalu melalui proses intelektual yang sehat. Cara berpikir yang lebih menekankan pada hal-hal yang positif , baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun situasi-situasi tertentu. Pemikiran yang positif akan melihat kesulitan dengan cara pandang yang gamblang dan polos sehingga tidak mudah terpengaruh dan menjadi putus asa oleh berbagai rintangan maupun hambatan yang dihadapi (Peale, 2007). Adapun aspek-aspek positive thinking diungkapkan oleh Albrecht (1980) adalah sebagai berikut:

1. Harapan yang positif, lebih dipusatkan pada hal-hal yang positif sehingga individu yang berpikir positif akan mempunyai cita-cita dan harapan yang positif

2. Afirmasi diri yang lebih memusatkan perhatian pada kekuatan diri serta melihat diri secara positif

3. Pernyataan yang tidak menilai (non judgement thinking) merupakan suatu pernyataan yang lebih menggambarkan keadaan diri daripada menilai keadaan dan aspek ini juga berperan dalam menghadapi keadaan yang cinderung negatif

4. Penyesuaian diri yang realistik (realistic adaptation) yaitu mengakui kenyataan dan segera berusaha untuk menyesuaikan diri dari penyesalan rasa frustasi dan menyalahkan diri sendiri.

Individu yang berpikir positif akan mengarahkan pikiran-pikirannya pada hal-hal yang positif, akan membicarakan kesuksesan daripada kegagalan, kebahagiaan daripada kesedihan, cinta kasih daripada kebencian, keyakinan daripada ketakutan, kepuasan daripada kekecewaan sehingga individu yang berpikir positif akan dapat menghadapi permasalahannya dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil disekitarnya (peale, 2007; Albrecht, 1980)

Bagaimana cara menanamkan paradigma positif di dalam pikiran Anda sekarang juga?.Belajar Kisah nyata dari sosok yang benar-benar dicintai oleh Allah dan menjadi panutan semua umat Islam di seluruh dunia. Ya…kisah ini datang dari pengalaman Nabi Muhammad SAW. Inilah Contoh Paradigma Positif dalam pikiran..Tahukah kita, bahwa Nabi Muhammad SAW hampir setiap hari melewati pasar untuk menuju rumahnya. Di pasar itu, biasanya melewati seorang pengemis Yahudi buta yang selalu mengatakan, “Muhammad pembohong, Muhammad pembohong!” Suatu saat, ketika Nabi Muhammad SAW lewat pasar itu, iya tidak melihat pengemis buta itu. Nabi Muhammad bertanya kepada orang-orang “Ke manakah pengemis buta itu?” Orang-orang di sana menjawab, bahwa ia sedang sakit. Rasulullah SAW langsung mengunjungi rumah orang buta itu hanya untuk menjenguk dan melihat keadaan sang pengemis itu. Pengemis buta itu sangat terharu melihat keagungan dan kemuliaan sifat yang dimiliki oleh Rasulullah SAW. Hingga pada suatu ketika, pengemis buta itu memutuskan untuk memeluk agama Islam. Kebaikan hati dan kemuliaat sifat yang ditunjukkan oleh Rasulullah bisa membuka hati seseorang yang terbelenggu pemikiran negatif.

Konsep khalifah yang mengikuti suara hati fitrah telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Ia menyadari bahwa dirinya menjadi sumber integritas, bukan persepsi dari bentukkan lingkungan. Sehingga ia adalah subyek, bukan obyek dari lingkungan sekitar karena Rasulullah merupakan wakil Allah yang Agung. Sikap yang ditunjukkan Rasulullah memperlihatkan bahwa ia mampu menembus belenggu yang bisa menutupi suara hati fitrah. Belenggu yang dikalahkan oleh suara hatinya itu bernama “Kemarahan”.Rasulullah mampu untuk tidak membiarkan dirinya didominasi oleh emosi kemarahan. Ia tetap bisa mengikuti suara hatinya, suara Ilahiah milik Allah untuk “menolong dan berempati” kepada sesama makhluk Allah. Ia menjadi raja bagi dirinya sendiri. Tetap berpikir positif, mempertahankan bahwa ia harus bersikap baik dengan apapun dan siapapun yang ditemuinya sekalipun orang itu membenci dirinya.

Teori tentang berpikir positif terhadap suatu lingkungan akan mengantarkan kita pada kebaikan. Sebagaimana yang di contohkan oleh Rasulullah Saw. Lalu, Bagaimana dengan penulis ?. Baik Pemula maupun yang berpengalaman, sikap positif thingking harus benar-benar tertanam dan terpola dengan baik dalam jiwa.

Positive thinking bagi penulis itu penting. Karena akan mengalirkan energi yang baik untuk tulisan-tulisannya. Pernah jumpai penulis yang tulisannya selalu menginspirasi. Benar sekali, gambaran nyata kehidupan yang penuh pemikiran dan kebijakan. Sudah pasti penulis tersebut mempunyai energi positive thinking. Bertolak belakang dengan positif yaitu negatif. Apa aura yang didapatkan jika seorang beraura suuzon. Penulis yang selalu negative thingking tidak akan pernah menghasilkan tulisan yang berkualitas.

Pikiran negatif akan menguras banyak energi manusia. Pikiran negatif akan membawa manusia untuk selalu was-was, menyalahkan orang lain, dengki, dan hasad. Sebaliknya berpikir positif akan menjadi sebuah energi yang dahsyat bagi kita. Energi dahsyat untuk menciptakan kenyataan. Menulislah dan Berpikir Positiflah dengan tulisanmu.

“Doa akan memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post