MERINDU DI TANAH HARAM

Juni Damajanti

SMKN 3 BONDOWOSO

MERINDU DI TANAH HARAM

Harum kasturi begitu menyengat, itu parfum yang kau beli di tanah suci kemarin hari, tapi entah mengapa wanginya membuatku merindumu. Aku tahu, kali ini bukan saatnya buat kita berasyik masyuk, berdua berada di tempat ini adalah untuk mengetuk pintu langit, memohon ridlo dan ampunanNya atas dosa-dosa yang kita perbuat selama ini. Setiap aku berada di dalam ataupun di beranda masjid, usai kupanjatkan beribu do'a, kuingin dirimu berada disampingku. Bersama memuji kebesaran dan keagungan milikNya, memohon ampunan dariNya, dan bersyukur padaNya karena Dia telah memanggil kita menjadi tamu di tempat yang mulia ini.

Kupandangi langit Masjidil Haram malam itu, berhiaskan gumintang yang berbaur dengan kubah-kubah, puncak-puncak menara yang indah, dilengkapi bangunan-bangunan bercahaya sepanjang malam, keindahan sesungguhnya yang terpampang di depan mata.

"Assalamualaikum, Mama cantik aku sudah lama menunggumu di sini, kenapa Kamu tidak segera menemuiku, dari jauh kulihat dirimu sedang asyik menikmati pemandangan malam di Masjidil Haram ini" sapa suamiku menyadarkanku.

Aku hanya tersipu, dengan sedikit canggung kuhampiri tempat dimana kau berdiri menungguku, semoga saja tak ada orang yang mengerti ucapanmu tadi. Beberapa kali usai salat fardlu, kami berjanji bertemu di suatu tempat untuk melanjutkan perjalanan, entah kembali ke hotel atau sekedar berkeliling sambil berbelanja oleh-oleh.

"Hmmmm... harum kasturi ini kembali memenuhi udara nafasku, harum yang sanggup membangun kerinduanku padamu, ach!"