Jurtawani

Ibu dari tiga orang anak berprofesi sebagai guru kelas di MIN 6 Banda Aceh. Menulis adalah hobby yang dilakukan disela kesibukan sebagai pendidik sekaligu...

Selengkapnya
Navigasi Web

Tobi dan Momo

TOBI dan MOMO

Musim kemarau telah melanda negeri beberapa bulan. Musim ini masih akan terjadi sampai waktu yang belum diketahui. Tobi, si semut lincah yang tidak pernah menyia-nyiakan setiap kesempatan. Hari ini, ia akan mengumpulkan sisa-sisa makanan di tempat sampah.

Tobi dan teman-teman akan membawa sisa roti yang dibuang oleh manusia. Ia berusaha keras, agar makanan tersebut bisa dimasukkan ke dalam lubang tanah. Masih banyak makanan lain yang berukuran besar. Kalau dipikir-pikir, makanan yang besar tidak akan habis dimakan ramai-ramai dalam jangka waktu yang lama. Namun, Tobi tidak serakah. Ia mengumpulkan sisa-sisa yang mampu digotong oleh teman-teman.

Saat Tobi dan teman-temannya menuju lubang tanah tempat tinggalnya, mereka berpapasan dengan Momo si Rayap tanah.

"Kenapa, sih, mesti repot-repot? Alam ini cukup menyediakan makanan untuk kita. Kalian ini, naif sekali ya!" kata Momo. Tobi tidak menghiraukan ejekan Momo, ia terus saja berlalu.

"Hahaa... Kasihan kali aku lihat kalian. Bisa-bisanya ditipuin Tobi," ujar Momo seraya tertawa.

Tobi berhenti sejenak, kata-kata Momo membuat pendengaran sakit.

"Daripada kamu asyik mengomentari pekerjaan kami, mending kamu pergi mengumpulkan makanan untuk bekal kemarau ini," jelas Tobi.

"Buat apa aku harus bersusah payah seperti kalian. Kayu di alam masih banyak untuk kumakan, terutama kayu-kayu yang ditumpuk oleh manusia," sahut Momo sombong.

Kemarau panjang masih saja terjadi, bahkan semakin parah. Sumber air mengering. Momo sang Rayap angkuh datang menemui Tobi.

"Tolonglah aku Tobi! Aku sangat lapar." Momo mengiba.

"Bukankah, kayu di alam masih sangat banyak? Kenapa kamu harus meminta bantuan kami?" sindir Tobi, sambil terus berlalu meninggalkan Momo.

Sungguh malang kehidupan Momo, kemarau panjang membuat dia kesusahan mencari makanan. Kayu-kayu kering yang biasanya digerek Momo, telah habis diambil manusia untuk dijadikan kayu bakar.

Momo menyesali kesombongannya tempo hari. Seandainya dia mengumpulkan makanan seperti yang dilakukan Tobi, tentu dirinya tidak akan kelaparan.

Momo kembali menuju lubang tempat Tobi tinggal, tetapi lubang itu tertutup rapat. Rasa haus dan lapar yang mendera tidak lagi tertahankan, sehingga Momo jatuh pingsan.

Semut yang melihat Momo terkapar, segera memberitahu Tobi. Rayap malang itu pun dimasukkan ke dalam lubang tanah.

Saat Momo tersadar, dia segera meminta maaf pada kaum semut. Tobi dan teman-temannya memberi makanan pada Momo.

Akhirnya, Momo dan kaum semut pun bersahabat. Momo selalu ingat, sombong adalah sifat yang harus dijauhi. Sombong dapat memcelakan diri. Siapa saja yang memiliki sifat sombong pasti akan dijauhi oleh teman-teman.

Banda Aceh, 3 Januari 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post