#30HariMenulisGurusiana.id

#TantanganKe3#17/01/2020

Panggilan Hati Jadi Guru

Paragraf 3

Kondisi ekonomi sangat memengaruhi setiap keinginan atau cita-cita sesorang. Usaha yang keras serta doa senantiasa terus di lakukan agar tercapai keinginan. Energi positif menggerakkan semangat untuk lebih giat menjalani hidup. Walau badai menghadang takkan pernah sedikitpun untuk berputus asa. Apalagi bunuh diri. Dan bunuh diri bukannya sifat lelaki hanya karena tuntutan dunia fana.

Alasan saya bukan untuk menuntut banyak kepada kedua orangtua agar menuruti segala permintaan anak-anaknya. Saya sadar bahwa keterbatasan ekonomi keluarga sangat terbatas. Dan tak harus pula di paksakan. Walau kelihatan sulit orangtua harus tetap mendapatkan haknya. Dari yang ia perjuangkan selama ini. Agar kebutuhannya terpenuhi setiap hari. Saya tak ingin kedua orangtua menderita kelaparan hanya karena keinginan agar anaknya berhasil. Sementara kondisi ekonomi tidak memungkinkan untuk mencapainya. Dan kita masih bersikeras menuntutnya. Jadi jangan berharap terlalu banyak. Jangan memaksakan kehendak. Jangan coba-coba menyesali dirimu punya orangtua yang miskin papa. Apalagi sampai ridak mengakuinya sebagai orang tua. Bahkan berhenti dan pergi meninggalkannya. Itu merupakan dosa besar. Berhentilah berharap banyak jika tidak menyesal akhirnya.

Berbekal usaha dan doa itulah saya tidak boleh berkecil hati. Tak terhalang rezeki meski dunia selebar daun kelor. Karena memang dunia tak selebar daun kelor maka saya harus giat bekerja dan berusaha. Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara yang dapat di lakukan agar segala impian dan cita-cita dapat tercapai. Hanya saja jangan berkhayal terlalu tinggi-tinggi. Jalani sesuai dengan kemampuan, prosesi hidup dengan rasa kebahagian. Yakinlah tuhan pasti tau. Tahu siapa yang bersungguh-sungguh. Siapa yang menjalani sepenuh jiwa dan raga. Temukan keindahaan itu raihlah impianmu. Insyaallah.

Raih kesuksesan dengan menuntut ilmu walau bekerja serabutan. Apa saja yang kira-kira mendatangkan uang, dengan cara yang halal. Kerjakanlah. Jangan gengsi. Jangan malu susah. Agar kedua orangtuamu tertolong. Melangkah tahap demi tahap tingkatkan kualitas. Hati-hati dalam berproses. Gunakan waktu sebaik-baiknya. Gunakan kesabaran. Berhati-hatilah jangan mudah putus asa.

Di dalam Kitab Suci Al Quran di jelaskan (QS. Al Insyirah: 49).

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ (1) وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ (2) الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ (3) وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ (4) فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6) فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (7) وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ (8)

Artinya :

“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,(1) Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu,(2) yang memberatkan punggungmu? (3) Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. (4) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (5) sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.(6) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, (7) dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.(8)”

Berpegang teguhlah pada Allah tuhan yang maha Esa. Ketika masa sulit menimpa. Ketika badai menampar itu adalah proses menuju kedewasaan. Ujian yang harus kita jalani. Ujian yang sudah di takdirkan semasa di kandungan. Kita tinggal menjalani. Dan tak lupa pada aturan dan pedoman yang ada....

Bersambung...