Panggilan Hati Jadi Guru(183)
Panggilan Hati Jadi Guru(#183)
Paragraf 4
Mak, Ucok berangkat dulu ya? Sambil cium tangan Omak.
Iya hati-hati di jalan. Jangan lupa bawa bontot. Kerjanya sampai sore. Nanti penyakit maag datang. Itu selalu omak siapkan untuk kelengkapan ketika berangkat kerja.
Baiklah omak saya berangkat nih? Sambil memakai sandal jepit bergegas menuju pintu keluar. Menyelusuri jalan yang masih gelap sesaat sholat subuh selesai. Agak sedikit risih ketika pagi membuncah berangkat kerja. Banyak warga yang tanya-tanya maklum masih labil dan masih baru tamat SMK ketika itu. Terpaksa harus bekerja membantu kedua orangtua.
Akhirnya saya lanjutkan perjalanan. Sontak ku dengar panggilan paman Bashar dan isterinya memanggil serentak. Sebenarnya bukan di sengaja, hanya saja mereka heran. Kok ada orang jalan kaki bawa bungkusan plastik beras 10 Kg ya? Mencurigakan sepertinya?
Suara itu semakin jelas memanggil namaku
" O bere... Abul...o bere...Abul
"Iya tulang. ini saya Ucok Abul ponakan
tulang dan nattulang" tanyaku.
"Ada apa gerangan tulang dan nattulang manjou au" tanyaku balik
" O bere... Na gasak ma hamu bere na karejo i"
"Giot tu dia.? Tanya mereka
"Giot tu huma do, marlakar mancari hangoluan tulang"
"Sogot nian hamu na makkais si bere."? Nattulang balas tanya
"Olo nattulang, molo poltak mata ni ari majogoti songon na maila hu lala. Sanga pe jolma i mallayasi di au nadangol on"Hihi!
"Na tola da bo dokkonon songoni bere, ila roha, bahat kalak un parah sian hamu. Sahat ma sude na di hagiotmunu bere. Denggan-denggan hamu bere tarcapai ma hagiot na di cita-cita i"
"O lo ma nattulang dohot tulang, tarimakasih atas nasehat munu, semoga tuhan mamborkati. Amin
Sesaat dalam pebincangan yang memberikan nasehat juga. Saya berangkat melanjutkan perjalanan. Tulang dan nattulang bergegas menuju rumahny. Setelah sebelumnya mereka sholat subuh berjamaah. Di masjid yang tidak terlalu jauh dari rumah.
Langkah kaki semakin cepat menyusuri jalan menuju pekerjaan. Tak terasa fajar mulai menampakkan diri. Matahari sedikit-demi sedikit menunjukkan warnanya yang keemasan. Kian jelas jalan yang di telusuri.
Bergegas matahari memancarkan sinar di belahan cakrawala. Tampak semakin membuncah menyebar keseluruh bumi persada. Sinar matahari mulai memancarkan cahaya ke emasan. Terlihat jelas roket melaju di antara awan yang berekor.
Wah...Sedikit berbeda pagi ini, Kuntum-kuntum bunga seakan berbisik bahwa pagi ini begitu cerah. Secerah hati pejalan kaki di sekitar jalan yang melintas. Untuk yang ke sekian kalinya. Sepertinya ia mengerti akan kebahagian yang aku rasakan.
Begitulah silih berganti hari-demi hari, bulan demi bulan. Bekerja mencari nafkah penghidupan. Adalah suatu keharusan. Kewajiban terlebih harus mandiri dan mampu....
Bersambung...
Labura, 3 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar