M.Kabul Marisi, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Panggilan Hati Jadi Guru(193)

Panggilan Hati Jadi Guru(193)

Panggilan Hati Jadi Guru(#193)

Paragraf 12

Sesampainya di stasiun kereta api. Kami bergegas menuju gerbang pintu stasiun kereta api Medan. Setelah sholat subuh kami ambil tempat duduk tepat di dekat pintu gerbang, mengingat masih pukul 05.30 Wib. Pintu gerbang tidak di perbolehkan di buka sebelum pagi hari bersinar.

"Yuk, pintu gerbang sudah di buka. Kita berangkat, becak pesanan saya sudah nunggu di luar" Mengajak saya bergegas

Sesampainya di tempat kost teman saya, kami bergegas menuju kamar kost yang biasa ia tempati. Saya rebahkan tubuh melepaskan lelah yang sangat berat. Tiba-tiba saya di kejutkan dengan debar jantung berdetak kencang, keringat mengucur deras, gelisah tak berarah.

Sampai teman aku mengajak mandi pagi, pikiran saya masih gelisah, gelisah tak karuan. Entah apa yang membuat saya begitu. Keringat tak henti-henti mengalir, saya tak mengerti apa yang terjadi. Saya coba jelaskan pada teman saya, ia bilang itu biasa awal-awal merantau ke suatu tempat yang jauh.

"Perasaan ingin pulang aja, nggk tau setelah sampai ke sini. Ingin pulang saja di pikiran saya, lho bud" Menjelaskan kegelisahan saya

"Ah, kamu ini macam anak kecil saja. Udah ah. Jangan pikirkan itu fokus sekarang. Supaya hidup kamu berubah" Budi bergegas menuju meja makan.

"Baiklah, saya harus kuat melawan perasaan ini, terimakasih motivasinya, sahabat" Dalam hatiku berkata lirih

Saya coba menenangkan diri, istighfar dengan semua yang saya alami. Saya bergegas menuju meja makan, saya makan bersama teman saya. Beberapa saat kemudian teman saya bergegas menemani saya mengantarkan ketempat Uda Sya'ban. Angkot yang sudah kami singgahi kini sudah membawa ke alamat tujuan saya merantau. Sesampainya di simpang jalan teman saya berpesan pada saya.

"Bul, hati-hati ya. Jangan lupa ingat tuhan, tetap kamu sholat walau masalah apa yang menimpa keadaanmu" Menghibur hatiku yang sedang kacau.

"Terimakasih bud, kamu memang teman aku yang paling baik. Terimakasih atas semua pengorbanan dan bantuan kamu ke-saya."

"Iya, bro. Kamu jangan sedih lagi. Semagat ya" Kali ini ia membuat saya tersenyum dan semangat

"Saya berangkat dulu ya". Becak tumpangan saya melaju meninggalkan sahabat sejati saya.

Bersambung...

Labura, 13 Oktober 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post