M.Kabul Marisi, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Panggilan Hati Jadi Guru(194)

Panggilan Hati Jadi Guru(194)

Panggilan Hati Jadi Guru(#194)

Paragraf 14

Pekerjaan yang di janjikan pak Uda ternyata tidak kunjung sua di temukan. Namun setelah itu memang ada beberapa tawaran pekerjaan.

Bekerja menjadi kuli bangunan memanjat ke tingkat atas membawa beberapa batu bata untuk di antar, itu adalah pekerjaan yang mengerikan, satu mingu berlalu sayapun sakit. Bongkar pasang alat-alat bangunan, sekaligus kernet gerobak yang bekerja selalu telat makan, karena sakit selama dua hari, tanpa pikir panjang saya tolak pekerjaan itu.

Alhasil saya kerja di sawah ladang pak Uda, membantu beliau bekerja di sawah. Tepat di depan rumahnya. Ada padi yang bulirnya mulai menghijau, menjaga dari burung agar tersisa kelak di panen. Begitu susah mencari pekerjaan. Tak sesuai yang di harapkan, lama merenung kian senja.

Akhirnya saya putuskan untuk kembali kerumah, bergegas berwudhu setelah mandi rasanya lega menyambut maghrib beranjak sholat berjamaah. Usai sholat berjamaah masing-masing kembali kerumah masing-masing. Sesampainya di rumah sontak mendengar tangis nanguda yang mengerang kesakitan. Ku dapati kekamar dengan perasaan cemas, begitu juga kak Imas yang lari dari dapur melihat duduk permaslahan terjadi.

"Ternyata, penyakit nanguda kambuh lagi" Ujar kak Imah sambil menangis.

Nattulang memuntahkan darah, darah begitu banyak membanjiri tempat tidur mereka. Saya hanya terdiam seribu bahasa melihat kejadian ini. Ini di luar pengetahuan saya, jika saja saya tidak datang kemari, mungkin beban pikiran mereka tidak bertambah.

Tetapi apakah ada hubungannya dengan kegelisahaan ku selama ini. Mengapa waktu pertama aku sampai kek kost teman aku, rasa cemas dan gelisah itu datang. Pusing bercampur takut, keringat jagung tak henti. Setiap perasaan itu menggerogoti saya harus wudhu dan sholat. Agak mendingan rasanya setelah sholat selesai.

Ah, itu hanya pikiran kamu saja, dalam hatiku. Ku coba menganjurkan supaya di bawa ke dokter. Mereka pun berangkat ke dokter. Kak Imah yang sedari tadi masih menangis mengajak saya ngobrol.

Bersambung...

Labura, 12 Oktober 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post