Panggilan Hati Jadi Guru(199)
Panggilan Hati Jadi Guru(#199#
Paragraf 19
Akhirnya saya mulai mengajar sebagai guru honorer yang tidak di gaji. Di lalui bulan pertama, kedua, dan yang ketiga saya di kasi uang terimakasih sebesar Rp. 150.000.-. Dengan uang itu saya senangnya bukan main memberikan pada omak.
Bulan keempat dan ke lima saya tak di beri apa-apa. Dan memang tak di gaji, kadang sih kepala sekolahnya berbaik hati, ada bulan-bulannya. Hari ini A besok B, kadang di kasi kadang tidak begitulah bulan ke bulan. Mengajar saja, yang penting dapat pahala. Masalah gaji di pasrahkan saja dengan keputusan kepala sekolah. Pikiran itu yang terlintas di benakku ketika itu.
Awal sebelumnya tidak ada gaji. Ya, memang begitu katanya?. Kata kepala sekolah sesuai perjanjian. Saya pasrah saja, mau berobah itu haknya. Ketika itu saya hanya mengikuti dan pasrah dengan keputusannya. Dan saya juga mengikuti keinginan omak mengajar guru sekolah dasar, di kampung sendiri dekat rumah. Omak sangat gembira dan bahagia jelas terlihat di gerak dan cara ia berkomunikasi.
@@@
Masuk bulan ke enam juga tak di gaji, bulan ketujuh pengusulan honorer komite. Alhamdulillah gajian honor komite di bulan kedelapan ful gajian sebesar Rp. 500.000,- bukan main senang dan bangganya omakku. Ikut senang juga melihat kegembiraannya, semangat semakin bertambah semua karena doa dan restunya.
"Omak, kalaulah saya tetap bertahan di perantauan, mungkin saya tidak seperti ini. Entah apa jadinya kalau saya bertahan di Medan". Mencoba menambah kebahagiaan omak.
"Olo mattong aya, nang di botoho usahakku asa mulakko sian Medan i. Ziarah do au tu tuan guru asa mulak ko gasak, asa ulang tahan ko di san. Nang kokrakku kehe ho. Tanpa sadar ibu keceplosan ngomong
"Patut ma nang tenang parasaakku di parattoan, hapengan na sogoni do. Partama au sappe di kota Medan gelisah, mabiar parasaakku, cemas, hadogas marcucuran nang mattak-mattak. Parasaakku giot mulak sajo, nangadong pangolo na, uring-uringan tu aha tu dia, au nang bisa so. Menjelaskan persaanku ketika di Medan
"Sude i amang, tujuattu nadenggan ma i, nang kokrakku tu aha tu dia anakki. Asa boi hu paida-ida, holong ni rohakku do sude hu baen pe songni. Ulang sego rohamu da yak?. Au pe na ra au susah anakkonki, anakkonki do nahamoraon di au, marhoi-hoi pe au amang da tu dolok tu toruan mangalului ngolu-ngolu na boi parbodarian asal ma sahat gelenghi da sai sahat tu tujuan anakkonhi do hasangapon du au". Airmata omak mengalir tanpa ia rasa
Bersambung...
Labura, 19 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Salut dengan semangat pengabdiannya. Semoga dilancarkan di semuanya. Salam kenal salam sukses selalu buatmu, pak guru
Izin follow balik ya. Terimakasih