Tiba-tiba saja saya ingin menulis ini. Tidak terlalu penting, tapi sangat efektif bagi kehidupan saya. Yaitu, cara merespons setiap hal yang menghampiri saya. Baik hal yang saya anggap baik maupun hal yang saya anggap buruk.

Saya mengatakan "yang saya anggap" yang artinya sesuai sudut pandang. Seringkali, sesuatu yang saya anggap baik justru berdampak buruk. Sebaliknya, sesuatu yang saya anggap buruk malah berdampak baik.

Oleh karena itu, saya selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa saja yang pernah berlaku kurang baik terhadap saya. Baik tindakan berupa ucapan maupun perilaku lainnya.

Sebab, berkat tindakan-tindakan itulah saya bisa semakin teguh dan bangkit lebih maju. Meminjam istilah Tan Malaka, "Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk."

Ucapan yang berupa cacian, makian, hinaan, dan cemoohan seringkali lebih efektif untuk mendorong saya lebih baik. Malah pujian dan sanjungan yang seringkali membuat saya stagnan, merasa nyaman, dan jadi malas bergerak lebih maju.

Di sinilah pentingnya memiliki sudut pandang positif. Dengan sudut pandang itu, cara merespons saya pun akan ikut positif. Saya menjadi tidak mudah marah ketika ada orang yang berbuat kurang baik kepada saya. Justru sebaliknya, saya akan berupaya untuk lebih baik lagi untuk membuktikan bahwa saya tidak seburuk yang dianggap orang lain.

Saya mengistilahkan, jangan-jangan perbuatan kurang baik orang lain terhadap saya adalah cara Tuhan menegur saya, cara Tuhan mengingatkan saya, dan cara Tuhan membimbing saya agar tetap istiqamah di jalan kebaikan. Jika benar begitu maka saya harus berterima kasih kepada mereka yang telah menjadi tangan panjang Tuhan.