Syaiful Rahman

Syaiful Rahman dapat dihubungi melalui [email protected] atau 081915522463....

Selengkapnya
Navigasi Web
(92) TITIK TIGA DAN BACAAN PANJANG
Sumber Gambar: literasi.net

(92) TITIK TIGA DAN BACAAN PANJANG

Tadi siang iseng-iseng saya membuka Q&A di grup FB MGI. Siapa pun boleh bertanya terkait kepenulisan. Nanti pertanyaan-pertanyaan itu akan saya pilih dan akan saya jawab. Tentu sesuai kemampuan saya.

Banyak yang bertanya tentang penulisan puisi. Salah satu pertanyaannya adalah tanda baca apa yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam puisi. Katanya, si penanya biasa menggunakan tanda titik tiga untuk menunjukkan bahwa kata itu dibaca panjang. Namun, cara demikian justru mendapatkan kritikan tanpa penjelasan.

Dalam pelatihan menulis, biasanya soal puisi memang sempat disinggung. Tetapi, pembahasannya tidak terlalu dalam. Maklum, sebab dalam pelatihan menulis, semua genre tulisan disinggung, sementara waktu yang tersedia sangat terbatas. Kalau dibahas secara detail, nanti peserta malah tidak menulis sebab pusing memikirkan jenis-jenis tulisan.

Baiklah, mari kita mulai pembahasan mengenai titik tiga atau tanda elipsis. Bisakah titik tiga dipakai untuk menunjukkan sebuah kata dibaca panjang?

Contoh:

Ibu… Kalaupun kerut wajahmu sudah tak mampu kuhitung

Rambutmu tak lagi sehitam bintang iklan samphoo

Di telapak kakimu surgaku tetap bersemayam

Sebelum membahas mengenai boleh atau tidak, sebaiknya kita pahami dulu fungsi tanda elipsis menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Tanda elipsis memiliki dua fungsi, yaitu (1) untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan dan (2) untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.

Contoh:

(1) Penyebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.

(2) “Jadi, simpulannya … oh, sudah saatnya istirahat.”

Dari penjelasan di atas, kita tahu bahwa tanda elipsis tidak berfungsi untuk menunjukkan bacaan panjang. Meskipun begitu, dalam karya sastra seperti cerpen atau novel, khususnya dalam dialog, kadang kala kita temukan penggunaan elipsis untuk menunjukkan bacaan panjang. Sebenarnya itu kurang tepat.

Lantas, bagaimana jika ingin menunjukkan bacaan panjang dalam puisi? Saya belum pernah menemukan – atau mungkin saya tidak ingat – ada penyair menggunakan tanda elipsis untuk menunjukkan bacaan panjang. Bahkan sangat jarang ditemukan tanda elipsis dalam puisi-puisi modern.

Umumnya, penyair bermain dalam pemilihan diksi, majas, pemotongan larik, dan lain-lain. Mereka tidak memakai tanda elipsis. Coba kita rasakan perbedaannya jika puisi di atas kita mainkan pemotongan lariknya.

(1)

Ibu… Kalaupun kerut wajahmu sudah tak mampu kuhitung

Rambutmu tak lagi sehitam bintang iklan samphoo

Di telapak kakimu surgaku tetap bersemayam

(2)

Ibu, kalaupun kerut wajahmu sudah tak mampu kuhitung

Rambutmu tak lagi sehitam bintang iklan samphoo

Di telapak kakimu surgaku tetap bersemayam

(3)

Ibu

Kalaupun kerut wajahmu sudah tak mampu kuhitung

Rambutmu tak lagi sehitam bintang iklan samphoo

Di telapak kakimu surgaku tetap bersemayam

Cara penulisan nomor (1) jarang dipakai oleh penyair. Penulisan nomor (2) biasa dipakai, tapi rasanya kata ibu tidak dibaca panjang. Berbeda dengan penulisan nomor (3), meskipun tanpa tanda elipsis, ketika dibaca secara insting saja akan lebin panjang membacanya.

Coba kita pakai contoh lain, bagaimana pemotongan larik akan berpengaruh terhadap cara baca dan makna.

(1)

Cinta yang mulai tumbuh kini luruh

(2)

Cinta yang mulai tumbuh

Kini luruh

(3)

Cinta yang mulai tumbuh

Kini

Luruh

Saya memang sering menerima naskah puisi yang penyairnya sangat suka memakai tanda elipsis. Sayangnya, tanda itu dipakai tidak pada tempatnya. Puisinya dipenuhi dengan tanda elipsis yang sangat banyak. Akibatnya, puisi itu bukan semakin indah, justru tampak lebay. Contoh:

Tuhan…

Kala malam sempurna pada pekatnya…

Hanya nama-Mu yang kurapal, Tuhan….

Hapuslah dosa-dosaku dengan ampunan-Mu…

Sekarang kita lanjut pada pertanyaan berikutnya, tanda baca apa yang boleh dan tidak boleh dipakai dalam puisi? Sebenarnya semua tanda baca boleh dipakai dalam puisi. Namun, dalam memakai tanda baca harus benar-benar dipertimbangkan ketepatan penggunaannya.

Sumenep, 15 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ilmu baru untuk saya. Terima kasih pak. Barakallah.

15 Apr
Balas

mantap mas syaiful. ada ilmu baru buat saya.

15 Apr
Balas

Alhamdulillah.. Ilmu baru. Yuk kita edit puisi yg masih ada tanda elipsis begitu..

15 Apr
Balas

Nyimak untuk penyesuaian ke depannya trims Mas syaiful.

16 Apr
Balas

Trims Mas Syaiful, ilmunya sangat bermamfaat bagi saya yg baru belajar menulis puisi, salam.

16 Apr
Balas

Terima kasih Pak, ilmunya sangat bermanfaat. Tp untuk semua karya yg pernah terbit, Sata tidak mungkin merubahnya demi keorisinilan sebuah karya. Mungkin untuk penulisan sebuah kalimat atau paragraf biasa dan ilmiah harus menggunakan kaidah-kaidah sesuai dengan EYD, tp puisi adalah karya sastra baru, setiap orang bebas bereksplorasi di dalamnya bahkan mungkin mengevolusi dirinya ke dalam karyanya itu. Bebas, tanpa beban dan ikatan. Sekali lagi saya ucapkan Terima Kasih, Pak

16 Apr
Balas

Terima kasih Pak, ilmunya sangat bermanfaat. Tp untuk semua karya yg pernah terbit, Sata tidak mungkin merubahnya demi keorisinilan sebuah karya. Mungkin untuk penulisan sebuah kalimat atau paragraf biasa dan ilmiah harus menggunakan kaidah-kaidah sesuai dengan EYD, tp puisi adalah karya sastra baru, setiap orang bebas bereksplorasi di dalamnya bahkan mungkin mengevolusi dirinya ke dalam karyanya itu. Bebas, tanpa beban dan ikatan. Sekali lagi saya ucapkan Terima Kasih, Pak

16 Apr
Balas

Terimakasih pak Saiful..ilmunya bermanfaat bagi penulis

15 Apr
Balas

Sangat bermanfa'at, terimakasih ilmunya pak.

15 Apr
Balas

Alhamdullilah sangat manfaat tulisannya Barakallahu

17 Apr
Balas

ilmu yang bermanfaat

16 Apr
Balas

Terima kasih ilmunya ma, semoga barokah

19 Apr
Balas

Terima kasih atas ilmunya Pak..

15 Apr
Balas

Makasih ilmunya, Pak Syaiful

15 Apr
Balas

Terima kasih mas syaiful..Artikelnya sangat bermanfaat bagi kami yang suka menulis puisi.

15 Apr
Balas

Terimakasih ilmunya

23 Apr
Balas

Terimakasih atas penjelasannya pak, sungguh saya sangat membutuhkan artikel seperti ini. Sukses pak.

16 Apr
Balas

Terimkasih share ilmunya pak doktor...

15 Apr
Balas

Mantap, Pak.

15 Apr
Balas

Alhamdulillah.. Ilmu baru, terimakasih pak

16 Apr
Balas

Terimakasih info dan ilmu yg sangat bermanfaat ini

15 Apr
Balas

Berkat artikel Bapak, kesalahan yg selama ini terjadi bisa berangsur-angsur diperbaiki. Terima kasih... Barakallah

15 Apr
Balas

Asyik, dapat pengetahuan baru lagi. Terima kasih.

16 Apr
Balas

Alhamdulillah, tercerahkan. Terimakasih pak.

15 Apr
Balas

Mantap Mas Syaiful, makasih ilmunya ya. Semoga Mas Syaiful selalu sehat dan sukses. Aamiin. Salam hormat dari saya.

15 Apr
Balas

info dan pengetahuan yg bermanfaat terimakasih bu

15 Apr
Balas

Trm kasih, aku banget itu

15 Apr
Balas

Terimakasih atas penjelasannya pak... Alhamdulillah, respon cepat, singkat dan padat.

16 Apr
Balas



search

New Post