Saya percaya, selalu ada hikmah pada setiap peristiwa. Hanya saja, terkadang kita tidak mampu melihat secara kasat mata. Kita akan melihatnya bila menggunakan mata hati dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Secara pribadi, munculnya virus corona di Indonesia sejak Maret 2020 telah mengguncang seluruh kebiasaan. Hidup saya menjadi berubah drastis. Kebiasaan ngopi dan belajar dengan tatap muka sudah dibatasi.

Hari-hari lebih banyak dihabiskan di rumah. Saya pulang ke kampung halaman. Kalaupun ke Surabaya, paling hanya 5-10 hari. Tidak sampai berbulan-bulan lamanya.

Namun, sungguh ada banyak hikmah bagi pribadi saya. Setidaknya, sejak Maret saya lebih banyak bersama orang tua. Momen yang luar biasa untuk memberikan pengabdian dan bakti sebagai seorang anak.

Karena punya banyak waktu, kesempatan untuk belajar ilmu baru menjadi terbuka. Buku-buku yang belum terjamah bisa kembali dibaca. Video-video edukasi bisa disimak. Webinar-webinar gratis bisa diikuti secara bebas.

Sejak corona ini, saya bisa lebih multitasking. Dalam satu hari bisa mengikuti beberapa webinar, membaca, menulis, nonton video, dan berkegiatan sosial. Rasanya, ilmu bertebaran di mana-mana secara gratis. Sesuatu yang sulit untuk dilakukan di masa normal.

Corona telah mengajarkan saya untuk banyak bersyukur. Corona telah menyadarkan saya bahwa hidup tak sepenuhnya bisa dikendalikan oleh manusia. Corona telah mengingatkan saya bahwa manusia hanyalah makhluk biasa dan lemah.

Sumenep, 8 Desember 2020