Kadek suprapto

Menulis itu indah salam literasi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilusi Religiusitas Mengapa Otak Religius Tak Menjamin Hati yang Baik
Kecerdasan Emosi bukan karna religius tapi sebab kerja otakmu.

Ilusi Religiusitas Mengapa Otak Religius Tak Menjamin Hati yang Baik

“Religiusitas bisa dipelajari. Tapi empati, hanya tumbuh dari otak yang terbuka dan hati yang sadar.”

Ada yang lebih berbahaya daripada orang jahat: orang yang mengaku religius tapi tak punya kendali atas sikap dan emosinya. Di dunia yang semakin bising dengan simbol-simbol kesalehan, kita justru makin sering disakiti—bukan oleh mereka yang tak beragama, tapi oleh mereka yang paling lantang bicara tentang Tuhan.

Mereka tahu banyak tentang hukum langit, tapi tak paham cara memperlakukan manusia di bumi. Mereka hafal ayat, tapi lupa bahwa mempermalukan orang lain, menyindir, menyakiti, dan menindas tidak ada kaitannya dengan kebenaran yang sejati. Kita hidup dalam zaman ketika orang menyembah Tuhan dengan baik, tapi memperlakukan manusia dengan buruk.

Lalu, muncullah pertanyaan sederhana namun menyakitkan: apa gunanya ritual jika tak membentuk akhlak? Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa orang yang religius pasti lebih baik secara moral. Bahkan, studi-studi psikologi modern menunjukkan bahwa moralitas tinggi tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat religiusitas seseorang. Yang lebih berpengaruh justru adalah kemampuan mengelola emosi, menunda reaksi negatif, dan menumbuhkan empati.

Inilah mengapa kecerdasan emosional lebih penting daripada sekadar tampilan luar. Ia membuat seseorang bisa menahan amarah, mengendalikan ego, memberi ruang bagi orang lain, dan melihat dunia dari perspektif yang lebih luas. Cerdas secara emosi bukan sekadar tahu kapan harus marah dan kapan harus diam, tapi sadar bahwa perlakuan kita terhadap orang lain adalah investasi terhadap dunia yang kita tinggali bersama.

Jika kita ingin dihargai, mulailah dengan menghargai. Jika kita ingin dimengerti, belajarlah memahami. Kalau kita ingin dunia ini damai, jangan cuma mengatur urusan langit, tetapi juga pelihara relasi dengan sesama di bumi. Karena hukum kehidupan ini sederhana: apa yang kita lempar ke dunia akan kembali ke diri kita. Kebaikan akan kembali sebagai kebaikan. Keburukan akan datang dalam bentuk yang tak terduga.

Religiusitas yang sehat harusnya membuat seseorang makin lembut, bukan makin kasar. Makin bijak, bukan makin mudah menghakimi. Jika tidak, mungkin itu hanya ilusi yang dibungkus rapi oleh ego.

Bolano Lambunu, 1 Mei 2025

@kadek

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post