Kadek suprapto

Menulis itu indah salam literasi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kebaikan Palsu Adalah Cermin Hati yang Luka

Kebaikan Palsu Adalah Cermin Hati yang Luka

Ada orang yang bercerita buruk tentang kita di belakang, namun menyapa dengan sopan saat bertemu.

Kita mungkin bertanya-tanya, “Kenapa bisa begitu?” atau bahkan tergoda untuk merasa marah, kecewa, dan balas menghakimi.

Tapi semakin saya renungkan, semakin jelas satu hal: perilaku seperti itu lebih banyak berbicara tentang luka dalam dirinya, daripada tentang kita.

Pikiran negatif adalah beban. Ia tumbuh diam-diam dari rasa tidak puas, iri, atau bahkan ketakutan. Saat seseorang membiarkan pikirannya penuh dengan prasangka dan rasa dengki, lambat laun itu akan menggerogoti cara dia melihat dunia.

Apa yang sebenarnya biasa saja, tampak mengancam. Apa yang seharusnya bisa dirayakan bersama, terasa menyakitkan.

Maka tidak heran, seseorang bisa mengumbar cerita buruk tentang kita tanpa benar-benar mengenal keseluruhan cerita. Tidak heran pula, dia bisa menyapa dengan senyum palsu, karena hidupnya sendiri sudah terlalu berat dengan prasangka dan pertarungan batin yang tak selesai.

Di titik ini, kita punya pilihan: mau tenggelam dalam emosi yang sama, atau berdiri lebih tinggi dengan pemahaman.

Mereka yang membiarkan pikirannya dipenuhi iri dan dengki sebenarnya sedang merusak dirinya sendiri, pelan-pelan.

Mereka kehilangan ketenangan.

Mereka kehilangan kemampuan melihat orang lain dengan jernih.

Mereka sibuk berperang dengan bayangannya sendiri.

Dan kita? Kita tidak harus ikut masuk ke dalam pusaran itu.

Karena hidup ini terlalu singkat untuk membalas kebencian dengan kebencian. Lebih baik mengisinya dengan kedamaian yang lahir dari pikiran yang bersih.

Memaafkan bukan berarti membiarkan perilaku buruk. Memaafkan berarti menyadari bahwa kita berhak hidup bebas dari racun perasaan yang tidak perlu. Kita tetap bisa menjaga jarak, tetap bisa waspada, tapi tanpa perlu membawa dendam yang memberatkan langkah kita sendiri.

Akhirnya, kita belajar: bukan semua senyum itu tulus, tapi kita tetap bisa memilih menjaga hati kita tetap jujur.

Bukan semua kata manis itu berarti bersih, tapi kita tetap bisa memilih menjaga pikiran kita tetap jernih.

Karena pada akhirnya, hidup yang paling damai bukan datang dari bagaimana orang lain memperlakukan kita,

tetapi dari bagaimana kita memilih berpikir tentang dunia ini.

Jagalah pikiranmu. Karena dari situlah seluruh hidupmu akan mengalir.

Bolano Lambunu, 27 April 2025

@kadek

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post