Riswo M.Si

RISWO...

Selengkapnya
Navigasi Web
ASAL-USUL NAMA KALIANDA DAN PEMANDIAN WAY BELERANG

ASAL-USUL NAMA KALIANDA DAN PEMANDIAN WAY BELERANG

Oleh : Riswo

Pada jaman dahulu, hiduplah seorang Ratu yang bernama Ratu Balarang. Ratu Balarang tinggal di kaki Gunung Rajabasa. Ia memiliki paras yang cantik jelita. Kecantikan Ratu Balarang tak ada bandingannya. Alis matanya tebal, melingkar, membentang seperti bulan sabit. Jika ia tersenyum, lesung pipinya bagaikan secawan anggur yang memabukan.

Maka tak heran, banyak pangeran dan saudagar kaya-raya, ingin meminangnya. Namun Ratu Balarang selalu menolaknya. Dengan alasan, ia tidak mau menikah, sebelum melihat negerinya menjadi sebuah negeri yang makmur dan sejahtera.

Untuk mewujudkan impiannya, Ratu Balarang membuat sungai di sepanjang kaki Gunung Rajabasa. Setelah itu mengalirkan air dari Gunung Rajabasa, ke sungai yang dibuatnya. Sehingga sungai tersebut dapat digunakan oleh rakyat Balarang, untuk minum, mandi dan mencuci, serta untuk mengairi sawah dan ladangnya.

Berkat kegigihan dan kerja keras dari Ratu Balarang, negeri yang dipimpinnya menjadi sebuah negeri yang subur, makmur dan sejahtera. Kebutuhan pangan dan sandang, rakyat Balarang, semuanya serba tercukupi. Membuat rakyat dari negeri lain, ingin merubah nasibnya. Mereka datang untuk berdagang dan mencari pekerjaan ke Negeri Balarang.

Setelah Ratu Balarang berhasil mewujudkan impiannya, menyulap negerinya menjadi sebuah negeri yang makmur dan sejahtera, Ratu Balarang membuka hati untuk mencari pasangan hidupnya. Maka dibuatlah sebuah sayembera, barang siapa yang dapat menaklukan hati Ratu Balarang, akan menjadi suaminya, sekaligus menggantikan Ratu Balarang menjadi raja di Negeri Balarang.

Sayembara itu pun terdengar sampai ke telinga seorang pangeran tampan. Pangeran tampan itu pun berangkat ke Negeri Balarang, dengan dikawal puluhan prajurit pilihan. Setelah menempuh perjalanan beberapa hari, pangeran tampan dan para pengawalnya telah sampai di Negeri Balarang.

Lalu pangeran tampan itu memerintahkan para pengawalnya, untuk menurunkan beberapa kotak berukir yang terbuat dari kayu pilihan, yang berisi perhiasan dan kepingan uang emas. Lalu menyerahkannya kepada Ratu Balarang sebagai maharnya.

Di hadapan Ratu Balarang, Pangeran tampan itu berdiri sambil berkacak pinggang, dan berbicara ceplas-ceplos kepada Ratu Balarang. Ia tak mencerminkan sebagai seorang bangsawan, yang selalu menjaga tata kramanya. Sehingga Ratu Balarang tak sedikit pun bersimpatik kepada pangeran tampan itu.

Ratu Balarang menolak pinangan pangeran. Mendengar penolakan dari Ratu Balarang, pangeran tampan pun sangat murka dan geram kepada Ratu Balarang.

“Hai Ratu Balarang! Lancang sekali kamu telah berani menolak pinangan ku. Hari ini kamu telah membuat ku malu di hadapan para pengawal ku. Tunggulah pembalasan dari ku, Balarang!” Sambil memacu kudanya, pergi meninggalkan Ratu Balarang.

Melihat sikap pangeran tampan itu, Ratu Balarang hanya terdiam, sambil tersenyum. Ia menatap kepergian pangeran sombong, dan congkak itu. Lalu Ratu Balarang kembali duduk di singgah sananya. Tiba-tiba salah satu prajurit jaga memberitahukan kepada Ratu, bahwa ada seorang Saudagar kaya-raya, yang datang ingin menghadapnya.

Lalu Ratu Balarang mempersilahkan saudagar itu untuk masuk, dan duduk. Setelah memberi hormat, saudagar kaya-raya itu menyerahkan puluhan kotak yang berisikan perhiasan dan kepingan uang emas kepada Ratu Balarang.

“Wahai Ratu Balarang yang cantik jelita. Kedatangan hamba ke sini, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk meminang Sang Ratu. Kotak-kotak yang hamba bawa ini, adalah sebagian kecil dari harta yang hamba miliki. Jika Tuan ku Ratu berkenan menerima pinangan hamba, hamba akan memberikan seluruh harta yang hamba miliki.”

Ratu Balarang menilai ucapan Saudagar kaya-raya tersebut, ada udang di balik batu. Di balik ucapannya, tersimpan sebuah rencana yang jahat. Yaitu ingin mengambil singgah sananya dengan cara halus. Oleh karena itu Ratu Balarang menolak pinangan saudagar kaya itu..

“Terima kasih, atas kesediaan Tuan datang ke negeri kami. Hari ini saya merasa sangat tersanjung sekali. Namun beribu-ribu maaf, Tuan. Bawalah kembali semua barang yang Tuan bawa. Karena saya sudah memiliki semua barang yang Tuan punya,” kata Ratu Balarang sambil tersenyum.

“Jadi Ratu menolak pinangan saya, ha? Selama ini tidak ada seorang pun yang berani menolak kemauan saya. Baru kamu saja yang berani menolak pinangan ku. Balarang! Itu artinya kamu harus siap menanggung akibatnya!” Sifat aslinya keluar, lalu pergi meninggalkan Ratu Balarang, diikuti para pengawalnya.

Mendengar ancaman dari Saudagar kaya itu, membuat Ratu Belarang sangat khawatir. Ia berdiri mondar-mandir di depan singgahsananya. Sebentar berdiri, sebentar duduk. Ia terlihat tampak risau sekali. Dari wajah cantiknya, tersirat sebuah kegelisahan yang sangat mendalam. Pandangannya kosong menerawang hampa, jauh ke depan. Ratu Balarang menghela napas panjang, berusaha menyudahi kegelisahannya.

Tiba-tiba dari luar pendopo, terdengar suara gaduh. Ratu Balarang memerintahkan salah satu pengawalnya untuk melihat keadaan di luar pendopo. Tak lama kemudian, pengawal itu sudah kembali bersama seorang prajurit jaga. Prajurit jaga melaporkan kepada Ratu Balarang, ada seorang Pemuda dengan wajah lusuh, dan hanya mengenakan celana pendek, memaksa ingin menghadap Ratu Balarang.

“Ampun paduka Ratu. Di luar sana ada seorang Pemuda lusuh memaksa ingin bertemu dengan Ratu. Hamba sudah berusaha mengusirnya, tapi pemuda itu bersikeras ingin menghadap, Paduka.”

“Biarkan dia masuk.”

Tak lama kemudian Pemuda itu masuk dengan membawa sebuah boneka kayu, dan langsung bersujud di hadapan Ratu Balarang.

“Mohon ampun Paduka Ratu, junjungan hamba. Hamba hanyalah rakyat jelata yang datang dari negeri tetangga. Ijinkan hamba untuk menyampaikan niat baik hamba.”

“Ada keperluan apa, hai Pemuda?”

“Ampun Paduka Ratu. Hukumlah hamba jika tutur kata hamba nanti dianggap lancang. Kedatangan hamba kemari, ingin meminang Paduka Ratu. Boneka kayu ini, sebagai bukti ketulusan hamba kepada Paduka Ratu,”sambil menyerahkan boneka kayu kepada Ratu Balarang.

Mendengar ucapan dari Pemuda polos itu, para pengawal Ratu Balarang tersentak kaget. Salah satu dari mereka, langsung marah dan berusaha mengusirnya. Ia menganggap pemuda lusuh itu sedang membuat sebuah lelucon yang sangat konyol, dan telah merendahkan junjungannya.

“Hai, Pemuda lusuh! Kamu telah lancang menghina junjungan kami!”

Seketika itu, Ratu Balarang mencegah, dan mempersilahkan Pemuda itu untuk melanjutkan pembicaraannya. Bahkan Ratu Belarang ingin mengetahui alasan pemuda itu, sampai ia nekad ingin meminang dirinya.

“Hai, Pemuda. Hari ini saya telah menolak pinangan seorang Pangeran, dan juga pinangan dari Saudagar kaya-raya yang mempersembahkan perhiasan dan kepingan uang emas kepada ku. Mereka saja saya tolak, kenapa kamu yang hanya membawa boneka kayu ini, berani meminang ku?”

“Ampun beribu-ribu ampun, Paduka Ratu. Hamba memang tidak sekaya mereka. Hamba tidak bisa memberikan harta yang berlimpah seperti mereka. Tapi jika dibandingkan dengan harta yang mereka miliki, yang diberikan kepada Tuan ku Ratu belum seberapa. Sedangkan hamba memberikan sesuatu yang paling berharga dalam hidup hamba, untuk Tuan ku Ratu.”

“Barang paling berharga apa yang kamu berikan kepada ku?”

“Boneka kayu itu adalah satu-satunya barang berharga yang hamba punya.”

“Apa istimewanya dengan boneka kayu ini?”

“Mungkin bagi Ratu, boneka kayu ini tidak ada harganya. Tapi bagi hamba, boneka ini adalah satu-satunya barang yang paling berharga dalam hidup hamba. Karena boneka kayu ini dibuat dari tangan hamba sendiri. Rambut yang dikenakan oleh boneka kayu ini, adalah rambut hamba yang telah bertahun-tahun lamanya hamba pelihara. Hamba rela gundul demi boneka ini. Sedangkan baju yang dikenakan boneka kayu ini, adalah baju satu-satunya milik hamba. Demi boneka kayu ini, hamba rela tubuh hamba terpanggang matahari. Dikala malam tiba, hamba rela tubuh hamba menggigil kedinginan.”

Mendengar cerita pemuda yang ada dihadapannya, Ratu Balarang tersentak kaget. Seketika itu tubuhnya menjadi lemas, dan jatuh merosot dari singgah sananya. Ia terduduk di hadapan Pemuda itu tanpa daya. Para pengawal yang melihatnya, matanya terbelalak, tak percaya.

Untuk sesaat suasana di tempat itu terlihat hening dan sepi. Tak lama kemudian Ratu Balarang mengangkat wajahnya, menatap sang Pemuda. Sambil tersenyum perlahan bibirnya bergetar, terdengar suara lirih keluar dari bibir manisnya.

“Saya menerima pinangan mu, hai Pemuda. Kamu telah membuktikan sepenuh jiwa raga mu untuk meminang ku. Saya yakin, kamu adalah seorang Pemuda yang baik dan bertanggung jawab. Oleh karena itu kamu pantas menjadi pendamping hidup ku.”

Mendengar jawaban Ratu Balarang, pemuda lusuh itu langsung sujud syukur kepada Sang Pencipta. Ia tak percaya pinangannya diterima oleh Ratu Balarang.

Kabar diterimanya pinangan Pemuda yang tak jelas asal-usulnya, tersiar sampai ke telinga Pangeran dan Saudagar kaya-raya yang pernah ditolak pinangannya. Hingga suatu ketika keduanya bermufakat jahat, ingin membuat perhitungan dengan Ratu Balarang. Dicarilah seorang dukun sakti yang jahat, untuk mengguna-gunai Ratu Balarang.

Sungai yang biasa digunakan untuk mandi oleh Ratu Balarang dan rakyatnya, tiba-tiba airnya berubah menjadi keruh. Tubuh rakyat Balarang mendadak gatal-gatal. Di sekujur tubuhnya yang digaruk mulai ditumbuhi koreng dan borok yang sangat menjijikan. Sedangkan Ratu Balarang sendiri, selamat dari guna-guna perbuatan dukun jahat suruhan dari pangeran dan saudagar kaya yang pernah pinangannya ditolak oleh Ratu Balarang.

Ratu Balarang tak sampai hati melihat penderitaan rakyatnya. Ia mencari orang sakti untuk mengobati penyakit gatal-gatal yang diderita oleh rakyatnya. Namun tidak ada satu pun orang sakti yang mampu menyembuhkannya. Hal itu membuat Ratu Balarang sangat sedih dan hampir putus asa.

Ratu Balarang akhirnya berpuasa dan berserah diri serta memohon petunjuk kepada Sang Pencipta. Hingga suatu ketika seorang kakek tua datang lewat mimpinya. Kakek tua itu memberitahukan kepada Ratu Balarang, bahwa penyakit yang diderita oleh rakyatnya, bukanlah penyakit biasa. Melainkan penyakit yang disebabkan oleh guna-guna, yang sengaja dibuat oleh Pangeran dan Saudagar kaya untuk mencelakai Ratu Balarang, dan rakyatnya.

“Wahai, cucu ku. Tidak ada satu obat pun yang akan dapat menyembuhkan penyakit yang diderita oleh rakyat mu. Penyakit itu bukanlah penyakit biasa. Melainkan penyakit yang sengaja dibuat oleh dukun jahat suruhan Pangeran dan Saudagar kaya. Datanglah ke kaki Gunung Rajabasa, dan berpuasalah di sana. Mintalah petunjuk kepada Sang Pecipta.”

Setelah terbangun dari tidurnya, Ratu Balarang mengenakan pakaian serba putih, dan meminta para pengawalnya untuk mengantarnya ke kaki Gunung Rajabasa. Dengan ditandu, Ratu Balarang mendaki kaki Gunung Rajabasa yang sangat sulit dilaluinya. Sampai akhirnya ia tiba di tebing Simpur Kecapi, yang memiliki tebing yang terjal. Setelah itu ia memerintahkan para pengawalnya untuk meninggalkannya seorang diri.

Di tebing Simpur Kecapi itu lah Ratu Balarang mengasingkan diri, dan melakukan puasa patigeni. Yaitu puasa tidak makan dan minum serta tidak tidur. Selama berpuasa, Ratu Balarang dijaga oleh puluhan siluman kera putih, penghuni Gunung Rajabasa.

Tepat di hari yang ketujuh Ratu Balarang berpuasa, ia didatangi oleh Kakek tua berpakaian serba putih, yang pernah hadir lewat mimpinya. Kakek tua itu memberi tahu kepada Ratu Balarang, bahwa penyakit yang menimpa rakyatnya hanya bisa disembuhkan dengan cara, mandi air mata, Ratu Balarang. Kakek tua itu juga mengatakan bahwa Ratu Balarang harus melebur dengan Gunung Rajabasa, dan meninggalkan duniawi.

Mendengar syarat dari Kakek tua, tiba-tiba wajah Ratu Balarang terlihat sangat sedih. Karena harus berpisah dengan rakyat yang sangat dicintainya. Tanpa sadar, ia menitikan air mata, dan air mata tersebut jatuh ke dasar tebing.

Tetesan pertama air mata Ratu Balarang membentuk semburan air panas berwarna kuning dan bau yang sangat menyengat. Tetesan kedua masuk ke dalam bumi dan keluar di desa Buah Berak, keluar semburan air panas berwarna kuning dan bau yang menyengat. Tetesan air mata ketiga, masuk ke dalam bumi dan menerobos keluar semburan air panas dan bau yang sangat menyengat, di pantai Kalianda Bawah.

Bersamaan dengan tetesan air mata Ratu Balarang yang ketiga, tiba-tiba tubuh Ratu Balarang menghilang, menyatu dengan Gunung Rajabasa, dan meninggalkan baju putih yang dikenakannya. Bersama menghilangnya Ratu Balarang, air sungai yang tadinya keruh berubah menjadi bening. Bahkan mengeluarkan cahaya putih kekilauan.

Rakyat Balarang pun melompat kegirangan sambil berteriak,”Way Handak, Way Handak, Way Handak.” Teriakan itu mengandung arti sungai atau air yang berwarna putih. Hingga akhirnya Keratuan Balarang diberi nama Keratuan Way Handak atau keratuan Kalianda.

Sejak itu Ratu Balarang pergi meninggalkan Keratuan Way Handak, dan tak pernah kembali lagi untuk selama-lamanya. Sedangkan ketiga sumber air panas tersebut yaitu, sumber air panas Balarang Simpur Kecapi, sumber air panas Balarang Buah Berak, dan sumber air panas Balarang Kalianda Bawah. Ketiganya digunakan rakyat Balarang untuk mandi. Penyakit gatal-gatal dan berbagai jenis penyakit lainnya akhirnya dapat disembuhkan.

Ketiga tempat pemandian yang berasal dari tetesan air mata Balarang tersebut, kini dikenal dengan nama,”Pemandian Balarang atau pemandian Way Belerang.”

Dari cerita di atas terdapat pesan moral, bahwa seorang pemimpin hendaknya bertanggung jawab atas nasib rakyat yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus rela berkorban demi rakyatnya. Seperti Ratu Balarang yang rela mengorbankan cintanya, bahkan ia rela mengorbankan jiwa dan raganya demi rakyatnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post