Bismillah

Seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya kalau saya senang membaca sejak kecil. Akibat dari membaca terjadi keriuhan di kepala dan untuk mengeluarkan keriuhannya saya senang menulis sehingga sejak dulu saya selalu ingin menjadi penulis.

Tetapi sampai hari ini pencapaian menulis saya baru sampai tahapan pengokohan jejak kepenulisan lebih dulu. Banyak hal yang belum saya miliki untuk menjadi seorang penulis.

Selain itu level kepenulisan saya baru sampai tahapan menuliskan keresahan yang saya temui. Keresahan karena apapun yang menghambat saya menghasilkan tulisan maka saya tuliskan tentang itu. Keresahan karena peristiwa yang saya temui keseharian maka saya akan menuliskan hal itu.

Sepanjang menulis tentang keresahan yang paling berkesan adalah jika membahas tentang "hantu diri". Istilah ini saya dapatkan dari komentar seorang senior penulis di sebuah platform.

Hantu diri -- dalam hal ini dalam kerangka kepenulisan -- adalah hambatan yang datangnya dari dalam diri seperti minder kalau tulisan buruk, sederhana, tidak penting, alasan apapun yang menunjukkan tulisan kita tidak layak dibandingkan tulisan penulis lain. Semua hal yang mengerem diri untuk menulis yang berasal dari dalam diri saya kategorikan sebagai hantu diri.

Keresahan tentang hantu diri bisa menghasilkan beberapa tulisan seperti bahasan tentang hantu diri itu sendiri, bagaimana mengatasinya, bahkan bagaimana memanfaatkan hantu diri untuk keuntungan kepenulisan kita.

Sama seperti keresahan yang menjadi kesulitan dalam menjejakkan kepenulisan justru ditunggangi agar lebih mengokohkan dan membuat menulis menjadi lebih baik.

Keresahan tidak boleh menghentikan perjalanan jika memang ingin menjadi penulis karena penulis profesioanal adalah penulis amatir yang tidak berhenti dan menyerah.

A professional writer is an amateur who didn't quit. (Richard Bach)

Siapa tahu tulisan yang dibuat walau sederhana menjadi jalan amalan sholih karena menjadi ilmu yang bermanfaat apalagi kalau sampai memiliki karya abadi yang menjadi perpanjangan pahala walau jasad sudah tidak ada di dunia lagi.

Alhamdulillah

Karla Wulaniyati untuk Gurusiana