Hai virus corona, kami adalah tenaga pendidik yang memiliki tugas dan tanggung jawab mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi serta mengawasi peserta didik dalam lingkup sekolah. Kami tidak takut dengan bentuk dan rupamu tetapi pengaruhmu kepada kami sangat besar. Dulu banyak mengeluhkan UNBK dihapus sekarang karena mu itu menjadi kenyataan. Ini merupakan salah satu langkah pemerintah untuk menerapkan kebijakan social distancing untuk memotong rantai penyebaranmu. Sudah dihapus pun, tetap juga masih ada keluhan bahwa mereka lulus tanpa aba-aba ( #jalur virus) dan tidak sempat coret-coret seragam sekolah. Mau mereka apa sih? Selalu ada keluhan. Siapa yang lebih kecewa mereka atau kami? Kami lemah karena semua semangat, ilmu dan karakter yang kami tuangkan dalam didikan, ajaran, bimbingan, latihan kepada mereka seakan tidak berharga dan bernilai.

Engkau tau karena mu kami sekarang juga putar otak untuk memberikan materi pembelajaran dengan media online baik melalui WA, Rumah Belajar, Zoom,Google Classroom atau media lainnya. Diajari melalui tatap muka saja belum tentu mereka mengerti apalagi melalui media online. Mumet juga otak kami kan?. Bukan hanya mereka saja yang stress, kami juga ikut. Tugas kami juga begitu banyak dan juga kami hanya manusia yang memiliki kebutuhan pribadi dan memiliki keluarga yang harus dipenuhi juga kebutuhannya terlebih pembelajaran online ini yang menuntut kami harus selalu sedia kuota yang memakan biaya yang tak sedikit. Tetapi sayang, banyak peserta didik kami yang mengeluh dan merasa kurang antusias terhadap sekian banyak usaha kami.

Kendala pembelajaran daring juga bukan hanya mereka saja yang rasakan , kami juga ikut. Anggap saja pembelajaran online bisa dilakukan oleh kami para guru yang masih muda yang mahir dengan teknologi,bagaimana dengan yang masih meraba dalam penggunaan teknologi? Itupun kami cari akal dengan berkomunikasi melalui WA karena media ini yang bisa membantu kami saat ini. Selain itu juga beberapa mereka tidak aktif dengan pemebelajaran online berlangsung, anggaplah disebabkan oleh jaringan, kuota tidak ada dan bisa juga karena mereka merasa bosan dan tidak mau tau.Tidak juga semua sekolah menerapkan pembelajaran online sehingga banyak diantara sekolah memutuskan hanya memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah.

Akhir-akhir ini , masalah tugas selalu digembor-gemborkan mereka, tugas banyaklah, itulah, inilah, seolah-olah kami memberi tugas 1 buku pembelajaran. Kami juga mengerti akan situasi dan kondisi sekarang. Kami memberi takaran tugas yang pas yang dapat menyesuaikan dengan kemampuan dan waktu jam pembelajaran yang biasa dilakukan mereka tanpa menggangu waktu jam bermain game, media social, keluarga, atau aktivitas rumah lainnya. Bahkan orang tua mereka juga berkomentar akan masalah tugas ini, seolah-olah tugas ini tidak memberi ruang untuk bercengkrama dengan keluarga ataupun melakukan aktivitas rumah lainnya. Padahal peran orang tua penting dalam mengawasi mereka selama melaksanakan pembelajaran online sesuai dengan harapan kami. Sangat menyedihkan bukan?

Tidak ada keajaiban dalam pekerjaan kami, kami tidak dapat berjalan diatas air ataupun membelah lautan hanya saja kami mencintai mu yaitu anak bangsa. Corona oh corona, Tolong jangan menertawakan kami manusia ini yang hanya mengeluh kepadamu . Sudahlah cukup engkau membuat kami seperti ini, mengertilah dan segeralah berakhir supaya kami kembali bergeliat melaksanakan aktivitas pembelajaran seperti biasa.