Dunia Tak Selebar Daun Kelor
Tantangan Hari Ke-52
Dunia Tak Selebar Daun Kelor
Rembulan malam menampakkan wajah sungguh indah. Berjuta bintang bertaburan di angkasa. Semilir angin bertiup riuh. Diiringi dingin malam, hati Arsya berbunga-bunga. Esok ia telah siap melabuhkan hatinya pada lelaki pujaannya.
Arsya sudah menyiapkan 2 gaun pengantin di hari bahagianya. Satu berwarna putih untuk prosesi ijab kabul dengan hiasan manik-manik dan jilbab putih dengan rangkaian bunga melati. Gaun kedua berwarna merah yang dipakai saat resepsi pernikahan. Ia hendak memakai adat Melayu dalam resepsinya.
Usai subuh, berkali-kali Arsya ke toilet. Sudah tiga kali, Arsya minta izin pada perias. Namanya bu Titin. Alhamdulillah sang perias sabar menunggu. Pengalaman bu Titin dalam merias sudah 10 tahun. Makanya bu Titin mafhum pada Arsya.
"Bagaimana mbak Arsya, apa bisa dimulai? Sudah jam setengah tujuh," tanya bu Titin.
"Maaf ya, Bu. Jadi merepotkan Ibu."
"Nervous, ya". Arsya menganggukkan kepala.
"Baik, bu Titin. Saya sudah siap. Semalam saya sudah tenang. Gak tahu, pagi ini saya mau nangis".
Bu Titin mendengarkan curhatan Arsya sambil sibuk merias wajahnya.
"Mestinya mbak Arsya bahagia dong akan melepas masa lajang. Ntar kalau sedih, cantiknya gak terlihat. Apalagi mau menghadapi ratusan tamu".
Arsya menghela nafas dalam-dalam. "Ya, saya paham bu Titin. Saya hanya ingat ayah saya. Seandainya ayah masih ada di samping saya, pasti ayah akan bahagia," isak Arsya.
"Aduh, mbak Arsya. Ayah ikut melihat kebahagiaan mbak. Percayalah. Jangan nangis lagi ya. Nanti gak kelar-kelar riasannya".
Arsya mengusap linangan air mata. Lama ia diam membisu. Ia ikuti semua perintah bu Titin.
"Mbak Arsya, pengantin laki sudah datang," kata adikku Doni.
"Iya, sebentar".
Bu Titin membereskan riasan. Lamat-lamat Arsya mendengarkan percakapan saudara dari dalam kamar. Ustadz Imam selaku qori, ustadz Farhan selaku penasihat nikah, dan petugas KUA sudah datang. Setengah jam berlalu. Riasan Arsya selesai. Ia menuju meja yang disiapkan untuk akad nikah. Di situ sudah duduk mas Hamzah, para saksi, dan perangkat dalam pernikahan. Di belakang sudah dikelilingi keluarga Arsya dan keluarga mas Hamzah.
Adikku Doni mulai, " Saudara Hamzah bin Muhammad Zuhry, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Arsya Kumalasari binti Muhammad Bukhori dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan sebuah cincin, tunai".
Mas Hamzah mengucapkan ijab kabul.
"Saya terima nikah dan kawinnya Arsya Kumalasari binti Muhammad Bukhori dengan mas kawin yang tersebut di atas, tunai".
Usai ucapan ijab kabul, teriring doa yang dipimpin ustadz Farhan, "Barokallohu laka wa baaroka 'alaika wa jama'a bainakumaa fii khoir".
Setelah prosesi ijab dan sesi foto selesai, Arsya kembali ke kamar. Bu Titin sudah menunggu untuk persiapan resepsi di gedung. Saudara-saudara Arsya dan mas Hamzah yang bertindak sebagai panitia sudah siap di gedung. Mereka dirias oleh pegawai bu Titin. Selang waktu antara ijab ke resepsi hanya 2 jam.
Arsya terlihat sangat cantik. Mas Hamzah tampil sangat tampan. Tiba di gedung, tamu undangan sudah ramai menanti sebab kedua mempelai datang terlambat. Alhamdulillah, ada tarian Gatot Kaca yang menghantarkan keduanya ke pelaminan sehingga para tamu dapat terhibur. Lagu-lagu Islami dinyanyikan oleh artis lokal selama resepsi Arsya. Sementara mempelai sibuk menyalami para undangan dan melayani foto bersama.
Acara diakhiri lagu Kemesraan yang sudah tidak asing di telinga para tamu. Tiba-tiba dua orang berjalan menuju mempelai. Seorang saudara sepupuku, bernama Siti. Seorang lagi saudara mas Hamzah, bernama Eva.
"Mbak Arsya, ternyata mas Hamzah itu om dari temanku, Eva," ujar Siti. Belum sempat Arsya dan mas Hamzah berkomentar, Eva sudah menyahut. "Dan tante Arsya adalah kakak dari Siti".
"Oh itu toh yang akan kalian katakan tadi sambil lari-lari," sahut Arsya.
"Iya, mbak-tante," jawab Siti dan Eva bersamaan.
"Ternyata dunia ini sempit ya. Tak selebar daun kelor," jawab mas Hamzah.
#tantangan60harimenulis
#tantanganharike-52
#mediaguru
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen bu, semangat terus
Terima kasih bu Endang, sukses jg tuk ibu
Dunia tak selebar daun kelor ....kereen ceritanya
Keren Bu. Jadi ingat kisah waktu akad dulu
Terima kasih bu Herni, smg bermanfaat. Sukses buat ibu
Terima kasih bu Herni, smg bermanfaat. Sukses buat ibu
Siip, Bu. Lanjutkan sampai tantangan 90. Semangat!
Wow...ini aja terseok-seok bu Laili. Makasih supportnya. Lanjut hg tuk Ibu
Dunia mmg tdk selebar daun kelor..banyak hal yg tak disangka bs saja terjadi...salam
Termasuk sekarang ini kita sll slg menyapa walaupun mll dumay ya bunda.
ha.ha...saat ini..ini moment saya bu...pas ini...trimakasih..salam
Kalau saya, dunia sepi tanpa sayur daun kelor, hehehe. Barokallah bu, cerita yang mantul...
Wah mantap itu, segar ya. Sukses tu bu Erwin
Dunia tidak selebar daun kelor hingga kita bisa bertegur sapa di dunia maya ya Bu Karyani. Selamat Bu si perak sudah menanti
Benar bu Fitri. Jauh Dimata Dekat Dihati
Heeem..jadi ingat waktu itu...mantap tulisannyasanny
Pertemuan keluarga yg tak di sengaja. Mmglh dunia tdk selebar daun kelor.Kisah yg bgs bu,keren.
Terima kasih bu Faridawaty, sukses tuk ibu