Ketika
155. Ketika
Musibah itu datang
Merenggut puluhan nyawa
Karena lalai sang supir
Hujan tangis tak terbendung
Pedih, perih, menyayat hingga
Hilang kesadaran
Ibu dan ayahku terdiam
Nafsu makan hilang
Hari berganti hari mereka renungi
Sampai pada suatu hari
Sang malaikat penolong menasihati
Ikhlaskan "dia" masih ada 4 nyawa yang perlu dikasihi
Ibu tersadar
Ayahku tersadar
Mereka pun bangkit
Perlahan perhatian dan kasih sayangnya ditumpahkan pada kami berempat
#terimakasihibu
#terimakasihayah
#kamisangatmencintaimu
Surabaya, 6 Juni 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Puisi yang haru. Kehilangan yang tak terkira. Keren, Bunda
Puisi indah. Keren bu. Sehat sukses Bu Karyani
Keren puisinya... Semangat! semoga sehat, bahagia dan sukses selalu
Keren puisinya. Bangkit dari kesedihan demi buah hati. Semoga sehat dan bahagia selalu Bunda.